Home / Rumah Tangga / Kejutan Anniversary / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kejutan Anniversary : Chapter 71 - Chapter 80

111 Chapters

Bab 71

Imran dan Alya menghabiskan waktu mereka liburan di sana. Memadu kasih dan menyenangkan hati. Waktu penuh pria itu hanya untuk sang istri yang wajahnya begitu cantik dan muda. Merasa seperti kembali muda juga jiwa pria itu. Semangatnya untuk memiliki keturunan baru pun semakin menggebu. “Aku mencintaimu, Alya.”Gadis itu tak dapat menjawab karena Imran telah menenggelamkan mereka ke dalam lautan cinta. Dunia seperti hanya untuk mereka berdua. Ke mana-mana berdua dan bergandengan. Tak peduli meski jarak usia terlihat jauh. Mereka tetap sama-sama menikmatinya. Hujan sore itu membuat Imran dan Alya enggan keluar kamar hotel. Mereka berdua menikmati secangkir coklat bersama. Berselimut sambil berpelukan menikmati film lucu untuk melunakkan suasana yang sempat membuat keduanya lelah. “Mas,” panggil Alya. “Ya?”“Gimana kabar ibu, ya? Kita belum telpon sejak kemarin.”“Kamu mau telpon?”Saat Alya mengangguk, Imran segera meraih ponselnya di atas nakas dekatnya duduk. Ia melihat ben
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Bab 72

"Aku pulang dulu ya, Al. Seneng banget bisa ngasuh Aksa. Dia gemesin banget. Pengen aku cubitin pipinya." Rani tertawa dan tangannya masih enggan melepaskan Aksa sebenarnya. "Mbak bisa ke sini kapan aja. Aku doakan bulan depan langsung isi. Semoga jadi anak yang berbakti." Alya membalas sambil tersenyum. "Aamiin. Makasih banyak, Al. Hem, nanti aku bakal sering-sering ke sini. Duluan, ya." Rani melambai pada Alya yang mengantarnya sampai ke depan gerbang. Wanita yang sudah 10 tahun berumah tangga dan belum dikaruniai seorang anak pun itu bergegas masuk ke dalam mobil yang dibukakan oleh suaminya. Mereka saling melambai pada Alya. Begitu juga sebaliknya. Setelah tak ada kegiatan lagi, Alya kembali masuk ke dalam rumah. Ia mengerjakan tugasnya sebagai istri sekaligus ibu sambung untuk Aksa. Waktu berputar begitu cepat, malam pun tiba. Mobil Imran terdengar masuk ke halaman. Saat itu, malam sudah menunjukkan pukul sembilan. Aksa dan Alya sudah terbaring di ranjang tidur bersama. Kea
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 73

30 tahun berlalu, Aksa kini sudah besar. Ia memiliki adik dari ibu sambungnya yaitu Alya. Sama sepertinya, mereka tumbuh bersama. Dua pria dewasa kini tumbuh berbeda profesi. Mereka duduk di meja makan bersama dua orang tuanya. Aksa terlihat begitu tampan mengenakan kemeja biru dilapisi jas hitam. Dengan potongan rambut sisi samping tipis dan bagian depan disisir ke samping. Hidung bangir, bibirnya sedang. Wajahnya yang tampan selalu menjadi idola karyawati di kantor tempatnya bekerja. “Mah, hari ini Aksa pulang agak malam. Ada acara di kantor,” ucap pria matang itu. “Aku juga, Mah. Ada operasi dan jadwalnya malam. Kalau enggak percaya, tanya aja papa,” ujar Zain juga. Dokter muda yang baru saja mengambil jurusan spesialis seperti papanya. “Yang penting kalian jaga diri,” sahut Alya. Ia membantu suaminya mengupas buah pagi itu. “Papa sama Mama selalu nunggu kalian pulang. Udah enggak ada nenek, kalian harus pengertian juga, ya!” Dua putra mereka mengangguk. Namun, tampak sifat ya
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Bab 74

“Jangan macam-macam kamu! Karyawan baru, bisa aja saya minta kamu angkat kaki besok.” “Tiap hari juga saya angkat kaki, Pak. Eh ....” Gadis itu meringis saat Aksa semakin geram. Namun, pria itu saat ini tak bisa jalan lebih jauh lagi. Sementara mobilnya ada di dalam parkiran yang lumayan jauh. Jalan satu-satunya hanyalah gadis itu. Kebetulan sekali satpam juga tak ada. “Tolong bantu saya pesankan taksi!” pinta Aksa lagi. “Bapak mau pulang juga? Biar saya anterin.” “Enggak usah. Saya enggak biasa naik motor.” “Bukan naik motor, Pak.” “Terus apa? Jalan kaki? Tau enggak kaki saya begini?” “Ya Allah, galak banget. Su’udzon aja di Bapak. Saya cuman nawarin.” “Cari aja taksi, nanti saya pulang sendiri. Biar orang rumah nanti yang ambil mobil saya.” “Saya bisa, kok, Pak bawa mobil.” Aksa terkejut sampai menoleh. Bibirnya terbuka, mereka berdua sama-sama saling bertatapan. “Serius? Punya SIM kamu?” “Punya, dong, Pak. Cuman mobilnya aja yang enggak punya.” “Ya udah, kalau gitu ban
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Bab 75

“Makasih, Tuan, Nyonya. Saya pulang dulu. Makasih, Pak Aksa.” Gadis itu terlihat menunduk sopan saat berpamitan. Mobil yang akan mengantarnya pun sudah siap. “Makasih juga ya, Aruna.” Alya melambai, membalas sikap sopan gadis itu. Setelah Alya masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana, Aksa masih terdiam dengan sejuta lamunan. Pria itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Saat mamanya hendak masuk, pria itu masih tetap di sana hingga Alya sadar kalau putranya tengah memikirkan sesuatu. “Aksa, ayo masuk!” “Iya, Mah.” Pria tampan itu pun mengikuti mamanya. Sampai di dalam kamarnya sendiri. Ia mulai merebahkan tubuh yang letih. Acara yang seharusnya ia hadiri, akhirnya batal karena insiden sore tadi. Namun, yang ada di dalam benak saat ini bukan itu. Melainkan gadis berlesung pipi tadi. Senyumannya tak dapat ia lupakan. Aksa mulai menatap ponselnya. Ia mencari kontak asistennya. Kemudian setelah itu, Aksa mulai menelpon. “Halo, Bos?” “Minta nomor ponsel Aruna!” “Siap,
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab 76

“Pindah? Mau pindah ke mana lagi, Pak? Susah nanti saya. Harus bayar ulang. Ini kan udah pertengahan bulan juga. Aduh, Pak. Ampun, jangan buat saya makin susah napas lagi, Pak.” Aksa tertawa dalam hati. “Ibu kamu yang katanya sakit itu sekarang di mana? Kamu udah bawa ke rumah sakit belum?” “Enggak, Pak. Ada temen yang meriksa langsung ke rumah,” jawab Aruna. “Temen? Kamu punya temen dokter?” “Punya.” Aksa tak melanjutkan ucapan lagi. Ia meminta Aruna bergegas menghabiskan makannya. Setelah itu mereka kembali ke kantor lagi. Seharian itu, Aksa tampak sering menengok keberadaan Aruna. Gadis cantik yang tampak sibuk dengan segudang kerjaan itu meminta Aksa agar tidak berdiri mengawasinya setiap kali kerja. “Nanti pulang sama saya!” Aksa berdiri menyandar kusen pintu sebuah ruangan yang sedang Aruna. Aruna menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengelap meja bekas meeting. “Saya bisa naik angkot, Pak.” “Kan saya sudah bilang, kamu pulang sama saya!” “Tapi saya enggak bisa, P
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab 77

Aksa masuk ke dalam dengan modal yakin saja. Pria itu mencoba menyusuri lorong di depannya. Begitu selangkah hendak membelok pada pertigaan lorong, ia melihat Aruna. Ya, itu benar Aruna. Gadis itu tampak menangis. Saat Aksa hendak menghampiri, tiba-tiba dari dalam ruangan muncul sosok dokter muda. Yang wajahnya memang sangat tampan. Dokter itu mengenakan kacamata. Mirip sekali dengan Zain. "Zain ...," gumam Aksa sendiri. Aruna menangis. Lalu tampak Zain menarik kepala gadis itu dan membenarkannya dalam dekapan. Sempat sesak dada Aksa melihat pemandangan itu. Zain dan Aruna saling kenal. "Aruna ...." Aksa kembali bergumam. Namun, ia tetap mendekati mereka. Pria itu menyapa, "Aruna. Gimana keadaan ibu kamu?"Aruna yang terlihat masih terisak itu pun menoleh. Wajahnya menelisik sosok yang baru saja datang itu. "Pak Aksa."Aruna menunduk lagi. "Mas Aksa?" Zain ikut terkejut. "Mas kenal Aruna?""Kenal. Dia bawahanku." Aksa menjawab. "Ibunya Aruna sudah enggak ada lagi. Kami tim dokt
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bab 78

"Serius kamu mau nikahin dia? Kamu kenal berapa lama dia? Apa dia enggak ada laki lain yang disukai? Maksud Mama, kamu udah tanya dia?" Alya tampak risau dengan keputusan putranya."Aku tinggal izin dari Mama sama Papa aja. Aku yakin dia gadis baik-baik. Dia juga enggak lagi deket sama siapa-siapa," bohong Aksa. Sebenarnya, ia hanya takut kalah start dengan adiknya. Semen hati sudah yakin kalau Aruna memang gadis baik-baik. "Aksa ke kamar dulu, Mah." Pria itu berdiri lalu meninggalkan kedua orang tuanya. Alya menatap suaminya. "Gimana, Mas?" "Gimana lagi, dia juga punya pilihan sendiri. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendoakan. Oh ya, Zain pun juga udah ada calon kan, katanya. Jadi apa sekalian nikahannya?""Ih, Mas gimana sih? Masa barengan? Enggak, ah.""Lah, kenapa? Syukurannya, maksud aku, Sayang.""Enggak, Mas. Jangan, enggak suka aku.""Kenapa enggak suka? Aku khawatir aja ada yang enggak cocok nanti.""Lah." Imran mengerutkan dahinya. Ia menatap sang istri yang mulai per
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bab 79

"Mas Zain ...." Aruna langsung berdiri. Ia tak menyangka bakal bertemu dengan Zain di tempat itu."Lanjutin aja makannya. Aku tadi cuman kebetulan beli makan di sini juga. Mau kembali ke rumah sakit setelah ini." Zain memaksa bibirnya tersenyum. "Mas ... aku ...." Aruna berusaha menjelaskan. Namun, lidahnya mendadak kelu. "Aku sebenarnya udah tau dari awal, Run. Sejak saat pertama kali melihat kalian di rumah sakit. Beberapakali juga sempat memergoki kalian jalan bareng. Aku tau, kakakku ini menaruh hati padamu.""Mas ... tapi aku tidak menaruh perasaan apa pun pada Pak Aksa." Aruna berkata dengan wajah serius. Hingga membuat Aksa sendiri menyadari. Bahwa memang ia tak pernah ada di dalam hati gadis itu. Sampai ia tersenyum sumbang. Menertawakan dirinya sendiri yang konyol dan pemaksa. Aksa berdiri. Ia pergi begitu saja membawa rasa malu. Ia meninggalkan Aruna bersama Zain yang masih bicara soal perasaan. "Aku memang jahat. Aku memang bodoh! Memisahkan dua orang yang saling menci
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bab 80

"Ini tempat kamu sekarang," ucap Aksa saat membuka pintu apartemen.Aruna masih menelisik ke setiap sudut ruangan. Langkahnya ragu untuk masuk ke dalam. "Enggak ah, Pak. Saya balik ke kontrakan aja." Aksa langsung mencegah gadis yang hendak memutar badan itu. "Kenapa? Kamu bakal aman di sini. Enggak akan ada yang ganggu kamu. Yang menghina kamu lagi, juga enggak akan ada. Percayalah!" "Masa office girl tinggal di tempat mewah gini. Yang ada malah dikiran jadi simpenan nanti. Enggak ah, Pak. Saya juga takut sendirian di sini. Mana banyak yang enggak saya tau, kegunaan barang-barangnya."Aksa tertawa. "Makanya, nikah sama saya. Nanti saya ajarin apa aja kegunaan benda-benda di sini. Yang enggak kamu tau.""Hem." Gadis itu menghela napas. Lalu Aksa memaksanya masuk. "Eh, Pak.""Udah masuk aja! Kamu itu masih belum sembuh bener. Istirahat aja di tempat tidur. Biar saya buatkan makan siang." Pria itu berjalan ke dapur. Yang mana di dalam kulkas terdapat berbagai makanan siap saji dan s
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status