Home / Rumah Tangga / Kejutan Anniversary / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Kejutan Anniversary : Chapter 51 - Chapter 60

111 Chapters

Bab 51

"Tapi apa, Sayang? Kenapa ngomongnya berhenti?" Zayyan tersenyum lagi. Ia menarik tangan istrinya agar duduk di tepi ranjang bersamanya. Ia sudah sangat rindu sekali. "Aku ... enggak tau awalnya kalau sebenarnya Mbak Mega ada hutang di bank. Dan juga Mas Imran lagi banyak masalah karena dia. Karena Mbak Mega ketipu investasi bodong.""Apa? Yang benar kamu, Sayang? Ya Allah, kasian sekali masmu. Sekarang gimana terus? Dikejar-kejar depkolektor?" Raut wajah Zayyan seperti tak percaya akan berita itu. Ia sudah lama mengenal Imran, bahkan mereka seumuran. Pasti banyak beban dan pikiran karena hal itu. "Aku enggak tau, Bang. Makanya aku bisik-bisik sama Mas Imran tadi. Aku harap Mas Imran peka. Soalnya enggak mungkin bicara soal itu saat Mbak Mega ada di dekatnya. Aku kasian sama anaknya sih. Semoga enggak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.""Sayang, kamu tenang aja! Kamu harus bahagia. Saat produksi asi untuk anak itu, pikiran enggak boleh terganggu. Enggak boleh stres. Biar aku yan
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

Bab 52

"Abang, aku ke sana ya. Aku pengen ketemu ibu." Suara di dalam panggilan itu membuat Zayyan menghela napas panjang. Pasalnya, saat ia sedang duduk di kursi depan ruangan rawat mertuanya, Diandra terus menelepon, menanyakan kabar ibunya. Ia meminta izin ingin menyusul ke rumah sakit. "Jangan, Sayang! Di rumah aja. Nanti kalau ibu udah sadar, Abang kasih tau. Kamu yang sabar, ya! Jangan berpikiran buruk. Ibu pasti sehat lagi. Kamu harus percaya sama suami sendiri." "Tapi, Bang ....""Udah, kamu istirahat aja! Tidur siang kalau Alifa tidur! Jangan kurang tidur, kan kamu malam juga begadang kalau Alifa bangun. Tekanan darah kamu nanti enggak stabil, kan, udah pernah ngalamin.""Iya-iya, Bang. Aku tau. Aku juga ingat. Tapi, kalau ibu udah sadar, beneran, ya, kasih kabar!""Iya, Sayang. Gih, tidur!" Setelah mereka saling melepas, Diandra segera mengakhiri panggilan. Ia meletakkan ponselnya di atas meja. Lalu, menyusul Alifa yang tidur di atas tempat tidur. Gadis mungil itu terlihat sang
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

Bab 53

Setelah mendapat izin pulang, Imran segera mengajak suami dari adiknya itu ikut dengannya. Mereka memiliki firasat yang tidak baik di rumah. Soal Halimah, mereka titipkan pada rekan dokter Imran. Mobil melaju dengan kencang, melewati cuaca yang begitu terik. Setelah tiba di halaman rumah Zayyan, dua pria gagah itu lantas berlari menuju ke dalam rumah. Keadaan rumah sudah tak karuan. Mereka saling melempar pandangan saat mendapati Mega menarik tubuh Diandra. Diandra terlihat memegangi perutnya yang masih terasa bekas melahirkan. Meskipun pembantu juga mencoba melerai, tetap saja Mega lebih unggul. "Mega!" bentak Imran. Pria itu langsung berlari melerai mereka. "Mas ...." Mega ternganga. Ia langsung salah tingkah. Tak menunggu lama, satu tamparan langsung mengenai wajah Mega. Mega terjatuh ke lantai sambil memegangi pipinya yang merah. Napas Imran yang baru saja melayangkan tamparan kali pertama itu masih tampak naik turun. Sebenarnya ia tak mau begitu. Namun, Mega sungguh keterlalu
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

Bab 54

"Di, tolong kamu bantu Mas. Carikan baby sitter buat Aksa. Mas kepanya pusing." Imran mengeluh pada adiknya. Wajahnya terlihat pucat pasca pertengkaran tadi. "Mas tenang aja. Selama aku belum menemukan baby sitter buat Aksa, aku akan jagain dia juga. Biarkan dia di sini. Mas sama Abang, kabarin aja keadaan ibu di rumah sakit. Oh ya, Mas nginep aja malam ini di sini. Besok kelarin urusan sama Mbak Mega di rumah sana. Biar fix gitu. Dia ada masa Iddah yang harus dijalani selama 4 bulan 10 hari," jawab Diandra panjang lebar. "Iya. Rencananya aku juga akan nasehatin dia lagi. Tapi aku udah enggak mau lagi rujuk kalau dia enggak mau berubah. Aku enggak akan ajak dia rujuk." Imran tampak sayup matanya. Tak lama malah tertidur di sofa saking lelahnya. Diandra mengajak suaminya membawa Aksa ke kamar mereka. Kini, mereka bak memiliki dua putra putri sekaligus. Zayyan membukakan pintu kamar untuk istrinya dan Alifa. Sementara dirinya sendiri masuk sembari menggendong Aksa. "Sayang, aku beli
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

Bab 55

Diandra masih menunggunya. Tak lama setelah itu, dua wanita keluar dari sana. Saat melihat sahabat lamanya keluar dari sana Diandra langsung ternganga. Ia tercengang sesaat, kemudian berjalan mendekat. Mereka tampak berpelukan seperti telah menahan rindu yang teramat dalam. "Ya Allah, aku kira masih lama mau ke sininya." Dia tertawa. Ia melepas pelukan setelah itu. "Gue kalau tau elu udah manggil, bakalan cepet ke sini. Mana mungkin berani menolak permintaan Nyonya Zayyan," lanjut Mia. "Halah, bisa aja. Oh ya, ini ...." Dia menatap gadis manis yang berdiri di sebelah Mia. Penampilannya sederhana, wajahnya natural tanpa make up. Pakaiannya sopan dan yang terpenting menurut Diandra, gadis itu menutup aurat. "Iya, dia ini namanya Alya." Mia beralih menatap gadis itu. "Al, ayo kenalan!"Gadis itu tersenyum lagi. "Saya Alya, Nyonya." Gadis itu masih terlihat gugup saat menyalami tangan Diandra. "Hallo, aku Diandra. Umur kita jauh beda kayaknya. Panggil aku Mbak aja, ya!" "Baik, Buk.
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 56

Belum sempat gadis itu menjawab, Imran merasakan getaran ponsel di dalam sakunya. Ia pun segera meraih lalu melihat siapa yang tengah menelpon. Tanpa menunggu lagi, pria itu lantas berdiri. Ia berjalan ke dalam lagi.Alya kembali mengajak anak asuhannya itu bermain lagi. Ia membuat Aksa tertawa hingga lelah dan akhirnya tertidur di pangkuan Alya. Gadis berjilbab putih itu mengangkat Aksa kecil untuk digendong dan dibawa masuk. Setelah menidurkan Aksa di atas ranjang goyang, Alya duduk sejenak di dekat sana. Menatap wajah tampan yang begitu lucu itu. Ia teringat dengan adiknya yang meninggal beberapa tahun silam. Kini hanya tinggal sang ibu yang mengisi waktu luang dengan berjualan makanan matang. Ia rindu dengan Santi. "Ibu pasti sekarang lagi sibuk," gumamnya sendiri. Ia tak sadar kalau di ambang pintu sosok Imran tengah menatap ke arahnya. Ketika hendak berdiri untuk keluar kamar, tiba-tiba Alya terlonjak karena kaget melihat Imran di sana. Pria bertubuh atletis itu berkata, "Dia
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 57

Saat gadis itu ditanya, ia tak dapat menjawab. Ia bingung dan tiba-tiba tenggorokan serasa tercekat. Namun, ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk membalas meskipun hanya satu kata. "Sss--saya ....""Aku tanya sama kamu sekali lagi, kamu siapanya Mas Imran?" Wanita bersuara ketus itu mendekat sejengkal demi sejengkal. Ditambah lagi dengan sorot matanya yang begitu tajam. "Mm--maaf, Buk. Saya hanya bantuin Pak Imran ngangkut barang. Eh, maksud saya mengemas untuk dibawa pindah." Alya sama sekali tak mendongak. Ia tak berani menatap wanita berambut panjang itu. "Sejak kapan kamu kerja sama Mas Imran? Sudah lama? Berarti kamu udah tau semua tentang dia? Atau jangan-jangan kamu ... selingkuhannya? Iya!" Suara Mega semakin meninggi. Ia mematikan nyali gadis itu saat itu juga. "Bukan, Buk. Saya berani sumpah. Saya enggak tau apa-apa. Saya baru sehari kerja mengasuh anaknya." Alya kembali menjawab. Sakit rasanya dibentak dan dituduh keji seperti itu. "Jangan bohong kamu! Lagian mana mungk
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 58

Malam itu, Imran terbangun. Saking lelahnya, ia selepas pulang langsung tidur. Sebelumnya mandi dan menyegarkan diri. Rasa kantuk pun menyerang dengan tiba-tiba. Ketika matanya terbuka lebar, ia melihat jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia juga lupa belum makan, sekarang merasa perut ingin diisi.Namun, pria tampan itu tahu, jika makan malam-malam tidak baik untuk kesehatannya. Saat teringat putranya, ia juga teringat dengan Alya. Ia berhutang jasa pada gadis itu. Imran pun segera menurunkan kakinya dari atas ranjang. Kemudian setelah itu, ia mencari krim oles untuk luka. Begitu mendapatkan benda itu di laci kamarnya, Imran pun lekas keluar dan melangkah ke kamar putranya. Di sana memang kamar Alya juga sekarang. Sampai di depan pintu, pria itu mengetuk tiga kali. Akan tetapi, tak ada satu pun sahutan dari dalam. Karena keadaan rumah juga sudah sepi, Imran kira Alya pun sudah tidur. Saat ia sudah pasrah dan memutuskan untuk kembali, samar-samar telinganya mendengar suara
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

Bab 59

Imran yang masih duduk sambil memegangi kotak makan di tangan pun tersedak seketika. Adiknya datang sambil meledek. Begitu pun Zayyan yang muncul dari belakang tubuh istrinya sambil menggendong Alifa yang mau berjemur. "Alya, aku titip Masku, ya! Soalnya dia harus diasuh juga. Maklumin aja kalau sering oleng orangnya," ucap Diandra dengan sengaja. Dia tertawa gemas. Seketika Imran ikut tertawa. Entah mengapa rasanya malu sekali saat Diandra menyindir. Selama ini ia selalu bersikap dewasa dan menjaga image. Namun, di depan Alya barusan, rasanya seperti berbanding terbalik. Pagi ini ia dibuat salah tingkah oleh mereka. "Dia, jangan gitu dong! Kasian Alya," imbuh Imran. "Ciee. Yang belain. Oke deh, semoga perjalanannya lancar." Dia berjalan ke samping rumah sambil membawa dua gelas jus buah. "Duluan ya, Mas." Zayyan masih saja tertawa lalu mengikuti istrinya yang sudah lebih dulu. Imran menggeleng kepalanya menyadari adik dan iparnya sedang menggodanya. Ia beralih pada Alya yang te
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

Bab 60

"Selamat ya, Al. Sebentar lagi kamu akan menikah." Imran duduk di pinggir taman sambil menatap pemandangan taman kota yang begitu indah. Napasnya terdengar begitu berat. Entah mengapa kalimat itu lolos begitu saja dari lisannya yang semu merah itu. "Maaf ya, Pak. Kalau ucapan ibu ada yang salah. Saya jadi enggak enak sendiri. Ibu banyak bicara kayaknya." Gadis yang memangku Aksa itu menjawab. Ia duduk satu bangku dengan pria duda itu. "Enggak apa-apa. Lagian yang penting ibu kamu senang. Kamu harus berbakti dengan beliau. Em, ngomong-ngomong, siapa laki-laki yang mau melamar kamu? Kalian udah lama dekat?" "Enggak sih, Pak. Cuman dulu kami remaja masjid. Jadi saya juga cukup tau tentang dia. Begitu sebaliknya. Hubungan keluarga kami juga baik.""Oh, jadi udah tau seluk beluk keluarga masing-masing, ya. Oke deh, semoga kamu bahagia dengan dia. Aku selalu doakan."Beberapa menit Alya terdiam. Gadis itu menatap ke depan, raut wajahnya seperti memikirkan sesuatu. Namun, sejauh ini tak m
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status