Semua Bab Kejutan Anniversary : Bab 41 - Bab 50

111 Bab

Bab 41

"Lama banget Abang perginya. Mana aku udah lapar," gumam Diandra setelah membaca pesan dari suaminya. Sejenak ia menatap kaca jendela dari ruangan direktur itu. Udara sudah mulai panas, tetapi Diandra malah mematikan AC karena ia ingin keluar mencari makan. Tas tenteng segera ia raih, lalu keluar dari ruangan itu. Setelah tidur rasanya kepala sudah tak berat lagi, wanita hamil itu menatap jam tangan yang menunjukkan pukul satu siang. Keluar dari lift, tepat saat ingin memberi pesan pada bagian resepsionis, Dia melihat suaminya datang. Keluar dari mobil hitam itu seorang pria berwajah tampan. Akan tetapi, sorot mata Diandra teralihkan pada seorang wanita berambut panjang yang keluar dari jok belakang. "Hah, Abang sama siapa itu? Jangan bilang sekretaris barunya. Kenapa cewek?" Dia mulai kesal. "Sayang," sapa Zayyan, pria itu melewati pintu kaca yang dibukakan oleh seorang sekuriti. "Udah bangun dari tadi?" Wajah Diandra terlihat taj bersahabat. Ia terus memerhatikan wanita yang me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-29
Baca selengkapnya

Bab 42

Hari demi hari, bulan berlanjut di penghujung tahun. Diandra dan Zayyan terlihat tak sabar menanti kehadiran buah hati mereka. Canda tawa kian hari kian memenuhi rumah itu. Begitu juga dengan pertemanan Hani dan Diandra yang membuat hubungan keduanya semakin dekat. Hani sudah dianggap seperti adik sendiri oleh mereka. Dan siang ini, wanita muda itu akan datang kabarnya. Ingin mengantar Diandra senam ibu hamil. Diandra sudah terlihat rapi dengan pakaian elastisnya. Ada rasa malu saat ia menatap cermin di depannya. Tampak perut besar itu sudah tak muat lagi ditutupi kaus senam."Udah enggak muat, Bang." Wanita itu tertawa. Zayyan malah memeluk dari belakang. "Kamu seksi kalau begini," bisiknya di dekat telinga istrinya. "Abang, jangan bercanda. Mana ada seksi, tapi perut segede gaban gini. Abang masih cinta enggak kalau makin lama, makin enggak cantik lagi? Berat badanku udah enggak ideal lagi." Diandra memutar badannya, menatap Zayyan yang sudah terlihat tampan dengan setelan kerja.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-29
Baca selengkapnya

Bab 43

Mendengar kabar dari Hani, Zayyan merasa tubuhnya tak bertulang lagi. Tubuh kekar itu lemas seketika. Ia pun segera menutup panggilan dan meminta salah seorang bawahannya untuk memesankan tiket pulang. Waktu berjalan begitu cepat, kini lelaki gagah itu sampai juga di Jakarta lagi. Suasana masih sepi, jalanan masih berembun, tak banyak kendaraan yang lewat di sana. Mobil melesat begitu cepat ke arah rumah sakit tempat Diandra di rawat. Lelaki itu berlari ke arah lobi setelah turun dari mobil. Zayyan langsung bertanya soal korban kecelakaan yang merupakan ibu hamil. Tak lama, petugas jaga menjawab kalau Diandra berada di lantai dua dengan kamar yang disebutkan. Lelaki tampan itu berlari masuk ke dalam lift. Ia langsung menekan tombolnya dan kemudian lift pun naik ke atas. Ketika sampai di lantai dua, lelaki itu kembali berlari menoleh kanan kiri mencari di mana kamar istrinya. Di ujung lorong sana, ia melihat Hani duduk termenung seorang diri. Zayyan pun langsung menghampiri. "Giman
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-29
Baca selengkapnya

Bab 44

"Dia, kenapa kamu enggak cerita sama Ibu? Kalau gini caranya, Ibu yang akan jagain kamu di rumah ini. Ibu enggak mau kamu kenapa-kenapa saat suami kamu kerja," ucap lirih disertai air mata mengalir di kedua pipi tua itu. Halimah mengusap wajahnya saat ia sudah duduk di tepi ranjang putrinya. Ia menatap iba pada Diandra yang terlihat menyandar dipan. Begitu malang nasibnya sejak memutuskan untuk menikah sampai menikah kedua kalinya pun, ujian berat terus menghantam. Perutnya sudah besar, sekitar tiga bulan lagi jadwal melahirkannya. "Ibu enggak usah sedih. Dia baik-baik aja, kok. Untungnya enggak apa-apa. Calon anak kami selamat, Buk." Dia membalas dengan lemah. Suaranya terdengar sangat pelan karena menahan tendangan dari dalam. "Gimana enggak sedih, kamu lemes gini. Ibu suapin makan buah, ya!" Tanpa menunggu persetujuan dari anaknya, Halimah langsung mengupas buah jeruk untuk Diandra. Pagi tadi, setelah sampai di rumah, Zayyan kembali keluar untuk menjemput mertuanya. Ia ingin D
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-30
Baca selengkapnya

Bab 45

Pagi itu, Zayyan sibuk dengan ponselnya. Sampai-sampai, ia tak tahu jika sang istri sudah masuk ke dalam kamar. Diandra tampak menatap suaminya yang duduk belum mengenakan kemeja kerjanya. Wanita berbadan dua itu lantas pergi ke dekat kemari. Ia meraih kemeja putih yang tergantung pada gagang kemarin. Kemudian setelah itu, Dia mendekat. "Abang, pakai bajunya!""Eh, iya, Sayang. Maaf, ya. Aku lagi balas pesan Hendra." Zayyan berdiri, menerima bantuan dari istrinya yang memakaikan kemeja."Memangnya kenapa dengan dia? Apa ada masalah di kantor, Bang?" Terlihat gurat khawatir di wajah Diandra. Dadanya berdegup kencang saat tahu suaminya ada masalah. "Bukan masalah kantor, Sayang. Tapi ... kabar dari Hendra ini sungguh mengejutkan sekali. Dia melihat Hani dan seorang pria bertengkar di hotel. Terus, sekarang Hendra sedang mengejarnya. Aku suruh dia ikutin Hani." "Hani? Ya Allah, semoga dia baik-baik saja. Aku khawatir sekali dengan dia. Dia udah banyak baik sama aku, Bang." "Tapi, den
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-31
Baca selengkapnya

Bab 46

"Aku enggak nyangka semua itu ada hubungannya sama Mas Dani. Hani ... kenapa bisa?" Diandra menggeleng kepala sambil menutup wajahnya. Merasa hidupnya tak akan tenang selama Dani masih selalu mengganggu. Sentuhan lembut mendarat pada pundak Diandra. Zayyan mendekat seraya membisik, "Sabar, ya! Aku akan selalu ada untuk kamu, Sayang. Doakan aku agar berumur panjang. Agar bisa menua bersamamu."Diandra langsung mendongak, menatap mata nanar suaminya. "Makasih, Abang. Aku tidak pernah bertemu dengan orang sebaik Abang. Maaf jika selama menjalin pernikahan denganku, hidup Abang jadi enggak pernah tenang. Ada aja cobaan.""Enggak, Sayang. Semua ini sudah takdir. Kita tunggu giliran masuk ke dalam."Diandra mengangguk. Mereka berdua sedang duduk di depan ruangan rawat Hani. Detik berjalan, mereka menunggu dokter keluar dari sana. Ketika dokter keluar, Diandra dan zayyan segera berdiri. Mereka bertanya soal keadaan Hani. "Gimana, Dok? Apakah teman kami baik-baik saja?" tanya Dia dengan waj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-01
Baca selengkapnya

Bab 47

Tiga bulan setelah huru hara yang menimpa Diandra dan Zayyan, mereka berdua hidup tenang. Sampai detik ini, saat kandungan wanita itu menginjak usia sembilan bulan. Hati dan pikiran mulai tak sabar menanti kehadiran sang buah hati. Wajah Diandra terlihat gugup saat menghadapi ranjang persalinan. Tangannya menggenggam erat tangan sang suami. Zayyan terus membisikkan kalimat dzikir pada istrinya yang mulai merasakan sakit yang luar biasa."Sayang, kamu pasti kuat. Pasrah kan saja, ikuti apa kata dokter!" Zayyan memberikan kecupan hangat pada kening istrinya yang bercucuran keringat. "Abang ...." Diandra mulai mengejan. Dokter terus memberikan hitungan agar bayi juga keluar dengan selamat. "Tarik napas, Sayang!" Zayyan yang melihat perjuangan seorang ibu untuk kali pertama itu malah ikut mengajan. Rasanya spontan ia melakukannya. Satu jam berada di ruang persalinan, akhirnya mereka mendengar suara tangisan bayi juga. Air mata berlinang mendengar suara mungil yang menggema seisi ruang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-02
Baca selengkapnya

Bab 48

Suara tangis di tengah malam membuat Zayyan terbangun. Lelaki itu menyalakan lampu utama setelah berdiri. Ternyata, Diandra sudah bangun sambil menyusui putrinya. Dia terlihat terkantuk-kantuk dengan punggung menyandar dipan. Zayyan tak tega melihatnya. "Sayang, maaf. Aku ketiduran." Zayyan duduk di pinggir ranjang dekat istrinya. Diandra belum menjawab karena ia sangat mengantuk. Bayi mungil itu ia letakkan di atas bantal, sambil terus menyesap asi. Zayyan mengusap wajah istrinya hingga Diandra tersadar lagi. Mereka sama-sama saling mengulas senyuman. Mereka beralih pada bayi kecil itu. "Aku buatkan minuman hangat, ya. Biar enakan." "Enggak usah, Mas. Malam ini aku agak gerah. Air putih biasa aja segelas," balas Diandra. "Oke, Sayang. Aku akan ambilkan, tunggu, ya!" Dia membalas lagi dengan senyuman. Ia menatap punggung kekar itu sampai keluar dari pintu kamar. Setelah putri kecilnya tertidur lagi, Diandra segera meletakkan bayinya di dalam keranjang tidur lagi lalu merapikan p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-03
Baca selengkapnya

Bab 49

"Dia, Mbak pinjam uang boleh? Masmu lagi banyak pengeluaran bulan ini. Aku enggak enak minta lagi sama dia. Kamu tau sendiri, anak aku sekarang tambah gede, popok juga tambah ukuran. Sebagai sesama perempuan, jamu pasti paham tentang kebutuhan rumah tangga." Mega duduk menatap iparnya dengan wajah melas. Diandra terdiam sesaat. Ia tahu, kakaknya tak mungkin menelantarkan nafkah anak istrinya. Terlebih saat ini Imran tengah dirundung kebahagiaan karena putra yang mereka nantikan setelah bertahun-tahun, akhirnya lahir juga. "Gimana, Dia? Kenapa kamu diam saja?" Mega terus mendesak iparnya itu agar mau memberikan sedikit pinjaman uang padanya. "Memangnya ... Mbak butuh berapa?" tanya Diandra. Kali ini ia langsung saja. "10 juta ada enggak? Kamu pasti enggak keberatan karena yang segitu untuk istri seorang Zayyan, direktur perusahaan ternama enggak seberapa, kan?"Sebenarnya, Diandra cukup terkejut. Ia khawatir bukan karena takut tak kembali itu uang pinjaman iparnya, tetapi tak enak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-04
Baca selengkapnya

Bab 50

"Ya aku kasih, Buk. Orang dianya maksa. Diandra enggak tega juga. Katanya lagi ada masalah ekonomi sama Mas Imran. Ya gitulah pokoknya bahasanya. Intinya minjem dulu 10 juta, buat kebutuhan dia sama anak."Halimah mengurut dadanya. Wanita tua itu menghela napas berat. Ia langsung berdecak sambil memijat keningnya yang mendadak pusing. Diandra yang tak tahu apa-apa pun lantas bertanya, "Buk, kenapa? Ibu sakit kepala?" Dia ikut duduk di sebelah ibunya. "Dia ... kamu tau enggak, Masmu itu memang sekarang lagi ngusahain cari usaha sampingan. Karena apa? Semua tabungan dipakai sama Mega. Kamu tau ... semua uang Imran itu dipakai buat apa?" Dia terlihat menggeleng kepala dengan mulut ternganga. "Mega diam-diam make buat investasi perhiasan katanya. Tapi kamu tau, apa yang didapat? Ternyata investasi yang Mega ikuti itu penipuan. Dia ditipu temannya sendiri." Panjang lebar Halimah menceritakan tentang menantu perempuannya itu. Ia sudah tak tahu lagi harus apa selain bersabar. "Astaghfirull
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status