"Zain, kamu ... ada perasaan sama si Aruna?" Alya bertanya dengan pelan. "Kenapa Mama tanya gitu?" Zain berusaha menghindar. "Tanya aja. Kalau kamu suka, kan, tinggal nikahin aja kalau udah lahiran." Alya tersenyum lagi. "Doakan yang terbaik aja, Mah. Aruna enggak suka sama Zain. Cintanya cuman buat Mas Aksa.""Tapi, Mama rasa Aksa sama kamu cuman beda dikit. Wajah kalian mirip, cuman beda profesi aja.""Ya enggak lah, Ma. Aku sama siapa pun, beda. Aku ya aku. Selera Aruna bulan laki-laki seperti Zain, Mah. Percuma aja kalau Mama mencoba mendekatkan kami.""Tapi, Zain ... dia butuh kamu. Sosok pemimpin.""Tanyain aja dianya, Mah. Kalau Zain, terserah Mama aja."Alya semakin mengembang bibirnya. Ia sangat bahagia memiliki putra seperti Zain. Selalu menurut apa kata orang tua. Setelah mamanya keluar dari sana, Zain kembali membayangkan. Namun, ia sadar, perasaan yang tumbuh di hatinya, tak halal. Ia tak boleh membayangkan wajah Aruna terlalu lama. Dia bukan istrinya. Apalagi masih
Last Updated : 2024-02-04 Read more