Home / Romansa / Tuan CEO, Aku ingin Bercerai / Chapter 1411 - Chapter 1420

All Chapters of Tuan CEO, Aku ingin Bercerai: Chapter 1411 - Chapter 1420

1465 Chapters

Bab 1411

Saat Molly keluar dari kamar mandi, dia mengenakan jubah mandi hotel yang longgar sehingga tubuhnya yang mungil terlihat makin kecil.Lampu di kamar utama menyala terang. Ivander yang juga telah selesai mandi di kamar mandi sebelah, sedang bersandar di kepala ranjang yang besar.Sesekali, Ivander membolak-balik majalah hotel dengan santai. Pria itu hanya mengenakan celana panjang hitam. Tubuhnya yang tinggi dan kekar terpampang jelas.Molly mengalihkan pandangannya dari tetesan air di tubuhnya. Dia memegang tepi ranjang dengan hati-hati, lalu setengah berlutut dan mendekatkan diri untuk mencium Ivander sesuai dengan apa yang ada dalam ingatannya.Tiba-tiba sebuah tangan besar merangkul bagian belakang kepalanya, lalu menariknya lebih dekat dengan penuh gairah. Kemudian, semua kenangan mesra itu kembali mengalir. Kedua orang itu segera tenggelam dalam hasrat.....Ivander enggan melepaskan Molly. Pada akhirnya, mereka pun bersenang-senang selama beberapa ronde. Setelah semuanya berakhir
Read more

Bab 1412

Wulan segera memahaminya. Dia menimpali, "Oh, jadi si Ivander. Nenekmu selalu menyebut-nyebut dia."Molly memaksakan diri untuk tersenyum. Meskipun dekat dengan Molly dan neneknya, Wulan hanyalah seorang pekerja. Dia merasa tidak pantas untuk ikut campur terlalu jauh.Kemudian, Molly berjalan kembali ke kamarnya dan mengganti pakaian sambil merenungkan perkataan Wulan. Neneknya memang tahu tentang Ivander.Dalam masa-masa paling sulit dan hampir tidak bisa bertahan hidup, Molly bercerita tentang seorang pemuda baik bernama Ivander kepada neneknya.Molly berkata bahwa Ivander sedang belajar di luar negeri. Ketika kembali, dia akan menikah dengan Molly. Nantinya, akan ada anggota baru dalam keluarga mereka.Neneknya memang tidak bisa melihat. Hanya saja setiap kali mendengar tentang Ivander, dia akan tersenyum tanpa sadar. Menurutnya, Ivander adalah nama yang sangat indah.....Setelah membersihkan diri, Molly masuk ke kamar neneknya, Mia. Dengan uang yang dikumpulkannya, Molly menyewa a
Read more

Bab 1413

Harlina sebenarnya punya rencana lain. Dia berpikir jika Molly dan Ivander bisa benar-benar bersama, gadis polos seperti Molly ini sebenarnya tidak cocok untuk dunia hiburan.Jika kelak Molly menikah dan hidup bahagia, yang diharapkan Harlina hanyalah agar Molly tidak melupakannya.Namun sebelum Ivander benar-benar menunjukkan keseriusannya, Harlina merasa Molly memang perlu melalui sedikit kesulitan.Harlina tidak bermain licik. Dia memperlihatkan segalanya secara terbuka agar Ivander bisa melihat sendiri.Apabila Ivander tidak peduli pada Molly, uang yang dia berikan selama tiga bulan itu akan cukup bagi Molly untuk hidup nyaman selamanya.Harlina sudah lama berkecimpung di dunia hiburan. Dia sudah melihat berbagai macam hal yang menjijikkan.Setelah bertemu begitu banyak orang jahat, Harlina mulai mendambakan sesuatu yang indah. Dia berharap Molly bisa menemukan kebahagiaan yang layak.Pada saat itu, telepon dari Ivander masuk. Molly menggenggam ponselnya. Dia memberi tahu Ivander d
Read more

Bab 1414

Molly berada di dalam pelukan Ivander. Tercium aroma maskulin dari tubuh Ivander yang sangat familier dan wangi. Aromanya terasa jauh lebih dewasa dibandingkan dulu.Molly menundukkan kepalanya karena ingin menangis. Dia benar-benar menangis. Ketika sedang terluka dan melihat Harlina sedang bertengkar dengan Aurel, Molly tidak menangis. Dia justru menangis saat Ivander bersikap lembut padanya.Molly merendahkan harga dirinya dan bertanya pelan, "Ivander, kamu masih peduli padaku, 'kan?"Ivander tertegun. Beberapa saat kemudian, dia mendengus dingin sebelum membalas, "Molly, kamu berpikir terlalu jauh! Menurutmu setelah semua hal yang kamu lakukan, apa aku masih bisa punya perasaan padamu? Apa masih ada kesempatan untuk mengembangkan hubungan kita?"Lantaran merasa belum cukup, Ivander menambahkan, "Aku cuma takut kamu pingsan saat aku menidurimu."Molly terdiam sejenak, lalu menyahut pelan, "Aku mengerti."Ivander merasa bahwa Molly sangat tidak tahu malu. Ketika Ivander meletakkan Mol
Read more

Bab 1415

Molly benar-benar mungil sampai Ivander bisa memeluknya dengan satu tangan. Gadis yang lembut bersandar di dalam pelukan Ivander. Perasaan itu sebenarnya sedikit aneh, tetapi Ivander berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikannya.Dokter wanita berkomentar, "Ini baru benar!" Dia mengobati luka Molly dengan sikap profesional yang disertai rasa ingin tahu.Ketika serpihan porselen dikeluarkan, Molly mencengkeram pinggang Ivander. Hal ini membuat Ivander menunduk melihat Molly.Molly kesakitan hingga sekujur tubuhnya bergetar. Dia terlihat sangat malang. Ivander tanpa sadar memegang bahu Molly dengan satu tangan dan membawanya ke dalam pelukan. Kala ini, Ivander merasa kasihan.....Setelah keluar dari rumah sakit, Molly mengira Ivander akan langsung membawanya ke hotel. Tidak disangka, Ivander justru membawanya ke jalanan tempat mereka kuliah dulu. Di sana ada jual berbagai macam camilan. Para pelajar suka kemari untuk membeli makanan.Dulu, mereka pernah datang beberapa kali. Dengan status
Read more

Bab 1416

Rambut hitam Molly tergerai lembut di atas bantal. Tubuhnya ramping dan hanya ada sedikit lekukan. Dia bertanya dengan pelan, "Apa kamu masih mau?"Ivander tidak merespons. Kala ini, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari Satya.Ivander melirik Molly dan memberi isyarat jangan bersuara, lalu langsung menjawab panggilan. Dia bertutur, "Aku ada perjalanan bisnis mendadak. Aku nggak pulang malam ini."Satya yang berada di ujung telepon tidak mudah dibodohi. Dia mencibir dan menimpali, "Perjalanan dinas? Kamu atau kakakmu yang pergi dinas?"Ivander terdiam.Satya menegur, "Ivander, aku nggak peduli apa pun yang kamu lakukan di luar. Tapi aku mau ingatkan satu hal. Jangan bermain-main hingga akhirnya menghancurkan dirimu sendiri. Nanti kamu menyesal!"Ivander menyahut dengan suara serak, "Aku mengerti."Satya menimpali, "Jangan cuma mengerti, lalu diabaikan."Jelas sekali Satya mengetahui hal yang dilakukan Ivander akhir-akhir ini. Satya tentu saja tidak setuju. Jika benar-benar tid
Read more

Bab 1417

Molly bangun pagi-pagi sekali. Ivander sudah tidak ada di sana, tetapi masih ada kehangatan di bantalnya. Sepertinya dia baru saja pergi.Molly mengusap kehangatan yang tertinggal di bantal itu. Wajahnya yang mungil tampak sangat rindu. Dia merindukan setiap waktu yang dia habiskan bersama Ivander.Meskipun Ivander membencinya, mempermainkannya, dan akan berpisah darinya setelah tiga bulan, Molly merasa memiliki kenangan ini sudah cukup baginya.Sinar matahari pagi menembus tirai putih dengan lembut dan hangat. Di ujung kasur putih yang besar ada mantel kasmir pria milik Ivander yang tertinggal.Molly mengambil mantel itu sebelum meninggalkan hotel. Dia berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk membawakannya ke perusahaan Ivander setelah pukul 9 pagi.Molly kembali ke rumahnya. Dia berjalan dengan perlahan-lahan. Wulan sudah terbiasa melihat ini, jadi dia hanya mengingatkan, "Jangan sampai nenekmu tahu kamu bermalam di luar."Wajah Molly seketika terasa panas. Setelah mandi, dia menggant
Read more

Bab 1418

Usai berkata begitu, Ivander langsung meninggalkan Molly dan berjalan ke lift. Wanita cantik berseragam tadi masih menunggunya di dalam sana.Setelah Ivander masuk, wanita cantik itu tersenyum tipis dan mengobrol dengannya. Sorot mata Ivander juga melembut, sama sekali berbeda dengan tatapan dinginnya pada Molly.Banyak orang berlalu-lalang di lobi. Molly berdiri mematung. Beberapa pasang mata yang memandangnya penasaran terasa seperti pisau yang menusuknya.Setelah beberapa saat, Molly tersenyum pahit. Ya, bukankah itu sudah sewajarnya?Sejak awal, Ivander sudah menjelaskan bahwa hubungan mereka hanyalah transaksi. Molly-lah yang melewati batas dan memendam ekspektasi. Alhasil, dia berakhir mempermalukan dirinya sendiri. Namun, dia tetap merasa sangat terluka.Molly masuk ke dalam mobil, di mana Harlina sudah menunggunya. Saat wanita itu hendak mengucapkan sesuatu, Molly membuka tasnya dan mengambil sekotak rokok. Dia sangat butuh asupan nikotin saat ini.Sejak hubungannya dengan Ivan
Read more

Bab 1419

Ivander memikirkan sesuatu, tetapi ekspresinya tidak berubah. Beberapa detik kemudian, dia bahkan membuang muka.Harlina menyapa dengan sopan, "Pak Ivander."Ivander mengangguk. Hanya saja, dia terkesan sedikit angkuh, seolah-olah ingin menunjukkan statusnya.Setelah orang-orang di dalam lift keluar dan hanya menyisakan Harlina dan Molly di sana, Harlina langsung menggerutu, "Sombong banget! Apa dia memang selalu seperti ini?"Molly memakai kacamata hitam, jadi Harlina tidak bisa melihat matanya yang memerah. Saat mendengar Harlina menggerutu, dia berucap pelan, "Nggak, sebelumnya dia nggak seperti ini."Harlina menatap Molly, lalu akhirnya berucap dengan nada serius, "Aku tahu kamu sangat menyukainya. Kalian pernah saling mencintai, tapi kamu lihat gimana dia memperlakukanmu sekarang, 'kan? Aku hanya nggak mau kamu menderita. Kalau memang berat, lepaskan saja dia.""Aku mengerti," sahut Molly dengan pelan.Harlina tahu bahwa Molly hanya mengiakan sekadarnya. Dia juga bisa memahaminya.
Read more

Bab 1420

Molly langsung menyangkal, "Aku dan Pak Ivander hanya sebatas kenalan."Gendhis menghela napas dan berucap, "Biarpun hanya kenalan, itu sudah sangat hebat."Tadi, Gendhis melihat sikap Ivander dengan sangat jelas. Molly sudah pasti adalah wanitanya Presdir Perusahaan Teknologi Mudeco.Ivander juga sepertinya sangat posesif. Dia bahkan menunjukkan kecemburuannya meski tidak secara terang-terangan.Pulang nanti, Gendhis harus memperingatkan Brandon untuk berhati-hati saat pria itu bekerja sama dengan Molly nanti. Jika sampai muncul skandal, masa depan Brandon akan terhambat.Tiba-tiba, ponsel Molly berdering. Begitu diperiksa, ternyata itu adalah pesan WhatsApp dari Ivander.[ Nanti temui aku di hotel. ]Molly membaca pesan itu dengan tenang. Dari kata-kata dalam pesan singkat itu, status di antara mereka tercermin dengan jelas.Meski begitu, Molly tidak marah. Dia hanya menyanggupi dengan patuh.Di sisi lain, Ivander sedang duduk bersandar di kursinya. Tubuhnya bergoyang pelan. Ketika p
Read more
PREV
1
...
140141142143144
...
147
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status