Molly langsung menyangkal, "Aku dan Pak Ivander hanya sebatas kenalan."Gendhis menghela napas dan berucap, "Biarpun hanya kenalan, itu sudah sangat hebat."Tadi, Gendhis melihat sikap Ivander dengan sangat jelas. Molly sudah pasti adalah wanitanya Presdir Perusahaan Teknologi Mudeco.Ivander juga sepertinya sangat posesif. Dia bahkan menunjukkan kecemburuannya meski tidak secara terang-terangan.Pulang nanti, Gendhis harus memperingatkan Brandon untuk berhati-hati saat pria itu bekerja sama dengan Molly nanti. Jika sampai muncul skandal, masa depan Brandon akan terhambat.Tiba-tiba, ponsel Molly berdering. Begitu diperiksa, ternyata itu adalah pesan WhatsApp dari Ivander.[ Nanti temui aku di hotel. ]Molly membaca pesan itu dengan tenang. Dari kata-kata dalam pesan singkat itu, status di antara mereka tercermin dengan jelas.Meski begitu, Molly tidak marah. Dia hanya menyanggupi dengan patuh.Di sisi lain, Ivander sedang duduk bersandar di kursinya. Tubuhnya bergoyang pelan. Ketika p
Annika tidak tahu apakah semua pria yang berselingkuh itu memiliki dua ponsel. Ketika Zakki sedang mandi, pacar Zakki mengirimkan sebuah swafoto. Gadis itu cantik dan masih sangat muda, tetapi dia mengenakan pakaian mewah yang tidak sesuai dengan usianya, jadi dia terlihat sedikit tidak nyaman.“Pak Zakki, terima kasih hadiah ulang tahunnya.”Annika menatap pesan itu untuk waktu yang lama hingga matanya sakit. Dia tahu bahwa Zakki berselingkuh, tetapi dia tidak menyangka suaminya berselingkuh dengan gadis seperti itu. Annika merasa patah hati dan terkejut ketika melihat wanita yang disukai oleh suaminya. Dia benar-benar menyesal telah mengetahui rahasia Zakki. Kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Sesaat kemudian, Zakki keluar dalam keadaan basah kuyup. Jubah mandi berwarna putih membalut otot perut dan dadanya yang kekar. Lelaki itu tampak tampan dan seksi. "Sampai kapan kamu akan menatapnya?" Zakki mengambil ponselnya dari tangan Annika. Dia melirik ponseln
Dia sudah mencintai Zakki selama enam tahun!Annika tiba-tiba memejamkan matanya. Dia tidak menunggu Zakki kembali. Pada Jumat malam, sesuatu yang besar terjadi pada Keluarga Chandra. Dikabarkan bahwa Satya, putra tertua dari Keluarga Chandra, mungkin akan dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara karena kasus ekonomi Grup Chandra. Sepuluh tahun itu sudah cukup untuk menghancurkan seseorang.Malam itu, ayah Annika dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan otak akut. Kondisinya kritis dan dia memerlukan pembedahan secepatnya. Annika berdiri di koridor rumah sakit sambil terus menelepon Zakki berkali-kali, tetapi Zakki tidak menjawab. Ketika Annika ingin menyerah, Zakki mengirimkan pesan WhatsApp kepadanya. Jawabannya sangat singkat seperti biasanya.“Aku masih di Kota Handa. Kalau ada perlu, hubungi Sekretaris Dania saja.”Annika menelepon lagi dan kali ini Zakki menjawab. Dia segera berkata, "Zakki, ayahku ...." Zakki menyela perkataan Annika. "Kamu butuh uang? Aku sudah bilang be
Tiga hari kemudian, Zakki kembali ke Kota Brata. Saat senja tiba, sebuah mobil RV hitam mengilap perlahan-lahan melaju menuju vila. Ketika sudah sampai di vila, mobil itu berhenti. Sopir membuka pintu mobil tersebut. Zakki turun dari mobil, lalu menutup pintu kursi belakang. Ketika dia melihat sopirnya hendak membawa barang bawaannya, dia berkata dengan tenang, "Aku akan membawanya sendiri."Begitu Zakki memasuki aula, seorang pelayan mendatanginya. "Mertua Anda mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu. Suasana hati istri Anda sedang buruk, dia ada di atas sekarang!"Zakki sudah tahu tentang apa yang terjadi pada Keluarga Chandra. Dia merasa sedikit kesal, lalu membawa barang bawaannya ke atas. Dia membuka pintu kamar tidur dan melihat Annika duduk di depan meja rias sambil merapikan barang-barang.Zakki meletakkan kopernya dan melonggarkan dasinya. Kemudian, dia duduk di samping tempat tidur sambil memandangi istrinya. Setelah menikah, Annika sangat senang melakukan pekerjaan
"Ya, keluargaku bangkrut dan kamu memberiku subsidi 200 juta per bulan. Tapi, tiap kali aku menerima cek, aku merasa seperti wanita murahan yang jadi pelampiasan amarah orang lain!"Zakki menyela Annika dengan nada dingin, "Jadi, itu yang kamu pikirkan?" Dia mencubit dagu Annika dengan lembut. "Memangnya ada wanita murahan sepertimu yang nggak tahu cara menyenangkan pria? Kamu mau cerai? Memangnya kamu bisa apa setelah bercerai denganku?”Annika kesakitan dan menepis tangan Zakki. Kemudian, Zakki meraih tangan Annika dan melihat jari manis Annika yang kosong dengan tatapan dingin. "Di mana cincin kawinmu?""Aku menjualnya! Zakki, kita bercerai saja!" ujar Annika sedih.Mengucapkan kalimat itu hampir menghabiskan seluruh energinya. Zakki adalah pria yang dia cintai selama enam tahun. Jika bukan karena kejadian malam itu, jika dia tidak melihat kembang api itu, mungkin dia masih terjebak di dalam pernikahan tanpa cinta selama bertahun-tahun.Akan tetapi, dia tidak ingin hidup bersama Z
Dia melakukan ini karena Annika yang memintanya. Terlebih lagi, Annika tampak sangat indah di bawah tubuhnya. Meskipun Zakki tidak mencintai Annika, dia harus mengakui bahwa dia menyukai tubuh Annika. Dia yakin bahwa dia bisa menguasai tubuh wanita itu.Annika mencengkeram bahu Zakki dan berkata, "Zakki, aku nggak minum obat sama sekali akhir-akhir ini, aku akan hamil."Ketika mendengar itu, Zakki berhenti. Tidak peduli seberapa besar dia menginginkan tubuh itu, Zakki tidak pernah kehilangan akal sehatnya. Dia tidak ingin Annika mengandung anaknya. Setidaknya saat ini dia tidak berencana untuk memiliki anak."Sepertinya kamu sudah memikirkannya beberapa hari terakhir ini!" cibir Zakki.Perlawanan Annika tidak membuat Zakki berhenti. Zakki menahan Annika dengan satu tangan dan membuka laci meja di samping tempat tidur dengan tangan yang lain. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang belum dibuka. Ketika Zakki hendak membuka kotak tersebut, teleponnya berdering! Zakki tidak peduli.
Zakki tahu neneknya melakukan itu dengan sengaja, lalu dia melirik ke arah Annika.Annika tidak menunjukkan rasa sayangnya pada Zakki.Annika menemani wanita tua itu sebentar, lalu dia berdiri. "Aku akan membuat kue lapis."Saat Annika pergi, senyum wanita tua itu pudar dan tubuhnya bersandar ke belakang."Zakki, ada apa dengan Shilla itu? Kamu hanya perlu menjaganya, untuk apa kamu menyalakan kembang api seperti itu? Jangan sampai istrimu cemburu."“Kamu juga harus menjaga Annika baik-baik. Jangan bersikap seperti nggak ada masalah apa-apa.”"Kalau kamu terus bersikap dingin, dia akan lari.”…Zakki hanya mengucapkan beberapa patah kata dan tidak menjelaskan soal kembang api itu. Mungkin itu adalah ulah Sekretaris Dania!Setelah mengobrol cukup lama, Annika datang sambil membawa camilan.Zakki menoleh dan menatap Annika. Pakaian Annika masih bersih dan rapi meskipun dia baru selesai memasak. Dia tampak cantik dan bermartabat, seperti seorang wanita bangsawan.Zakki merasa agak bosan.
Annika memegang pintu mobil dan mencoba membukanya.Suasana di dalam mobil itu sangat mencekam.Zakki langsung pergi ke Kediaman Ruslan begitu dia pulang dari perjalanan bisnis, jadi dia merasa agak lelah. Dia meletakkan satu tangan di kemudi dan mengusap alisnya dengan tangan yang lain. "Mau sampai kapan kamu mau cari masalah?"Sampai saat ini, Zakki masih mengira bahwa Annika hanya ingin mencari masalah dengannya.Sikap Annika menjadi makin dingin, dia duduk tegak dan melihat ke depan mobil. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan lembut, "Zakki, aku serius! Aku nggak mau bersamamu lagi."Zakki tiba-tiba menoleh dan menatap Annika.Zakki adalah pria yang sangat tampan. Annika dulu sangat terobsesi dengan wajah ini, tetapi sekarang dia tidak merasakan apa pun ….Zakki menatap Annika dengan tajam dan melepaskan sabuk pengamannya dengan satu tangan. "Keluar dari mobil!"Dia membuka kunci mobil tersebut.Annika segera turun dari mobil dan berjalan menuju gerbang masuk vila. Di bawah ca
Molly langsung menyangkal, "Aku dan Pak Ivander hanya sebatas kenalan."Gendhis menghela napas dan berucap, "Biarpun hanya kenalan, itu sudah sangat hebat."Tadi, Gendhis melihat sikap Ivander dengan sangat jelas. Molly sudah pasti adalah wanitanya Presdir Perusahaan Teknologi Mudeco.Ivander juga sepertinya sangat posesif. Dia bahkan menunjukkan kecemburuannya meski tidak secara terang-terangan.Pulang nanti, Gendhis harus memperingatkan Brandon untuk berhati-hati saat pria itu bekerja sama dengan Molly nanti. Jika sampai muncul skandal, masa depan Brandon akan terhambat.Tiba-tiba, ponsel Molly berdering. Begitu diperiksa, ternyata itu adalah pesan WhatsApp dari Ivander.[ Nanti temui aku di hotel. ]Molly membaca pesan itu dengan tenang. Dari kata-kata dalam pesan singkat itu, status di antara mereka tercermin dengan jelas.Meski begitu, Molly tidak marah. Dia hanya menyanggupi dengan patuh.Di sisi lain, Ivander sedang duduk bersandar di kursinya. Tubuhnya bergoyang pelan. Ketika p
Ivander memikirkan sesuatu, tetapi ekspresinya tidak berubah. Beberapa detik kemudian, dia bahkan membuang muka.Harlina menyapa dengan sopan, "Pak Ivander."Ivander mengangguk. Hanya saja, dia terkesan sedikit angkuh, seolah-olah ingin menunjukkan statusnya.Setelah orang-orang di dalam lift keluar dan hanya menyisakan Harlina dan Molly di sana, Harlina langsung menggerutu, "Sombong banget! Apa dia memang selalu seperti ini?"Molly memakai kacamata hitam, jadi Harlina tidak bisa melihat matanya yang memerah. Saat mendengar Harlina menggerutu, dia berucap pelan, "Nggak, sebelumnya dia nggak seperti ini."Harlina menatap Molly, lalu akhirnya berucap dengan nada serius, "Aku tahu kamu sangat menyukainya. Kalian pernah saling mencintai, tapi kamu lihat gimana dia memperlakukanmu sekarang, 'kan? Aku hanya nggak mau kamu menderita. Kalau memang berat, lepaskan saja dia.""Aku mengerti," sahut Molly dengan pelan.Harlina tahu bahwa Molly hanya mengiakan sekadarnya. Dia juga bisa memahaminya.
Usai berkata begitu, Ivander langsung meninggalkan Molly dan berjalan ke lift. Wanita cantik berseragam tadi masih menunggunya di dalam sana.Setelah Ivander masuk, wanita cantik itu tersenyum tipis dan mengobrol dengannya. Sorot mata Ivander juga melembut, sama sekali berbeda dengan tatapan dinginnya pada Molly.Banyak orang berlalu-lalang di lobi. Molly berdiri mematung. Beberapa pasang mata yang memandangnya penasaran terasa seperti pisau yang menusuknya.Setelah beberapa saat, Molly tersenyum pahit. Ya, bukankah itu sudah sewajarnya?Sejak awal, Ivander sudah menjelaskan bahwa hubungan mereka hanyalah transaksi. Molly-lah yang melewati batas dan memendam ekspektasi. Alhasil, dia berakhir mempermalukan dirinya sendiri. Namun, dia tetap merasa sangat terluka.Molly masuk ke dalam mobil, di mana Harlina sudah menunggunya. Saat wanita itu hendak mengucapkan sesuatu, Molly membuka tasnya dan mengambil sekotak rokok. Dia sangat butuh asupan nikotin saat ini.Sejak hubungannya dengan Ivan
Molly bangun pagi-pagi sekali. Ivander sudah tidak ada di sana, tetapi masih ada kehangatan di bantalnya. Sepertinya dia baru saja pergi.Molly mengusap kehangatan yang tertinggal di bantal itu. Wajahnya yang mungil tampak sangat rindu. Dia merindukan setiap waktu yang dia habiskan bersama Ivander.Meskipun Ivander membencinya, mempermainkannya, dan akan berpisah darinya setelah tiga bulan, Molly merasa memiliki kenangan ini sudah cukup baginya.Sinar matahari pagi menembus tirai putih dengan lembut dan hangat. Di ujung kasur putih yang besar ada mantel kasmir pria milik Ivander yang tertinggal.Molly mengambil mantel itu sebelum meninggalkan hotel. Dia berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk membawakannya ke perusahaan Ivander setelah pukul 9 pagi.Molly kembali ke rumahnya. Dia berjalan dengan perlahan-lahan. Wulan sudah terbiasa melihat ini, jadi dia hanya mengingatkan, "Jangan sampai nenekmu tahu kamu bermalam di luar."Wajah Molly seketika terasa panas. Setelah mandi, dia menggant
Rambut hitam Molly tergerai lembut di atas bantal. Tubuhnya ramping dan hanya ada sedikit lekukan. Dia bertanya dengan pelan, "Apa kamu masih mau?"Ivander tidak merespons. Kala ini, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari Satya.Ivander melirik Molly dan memberi isyarat jangan bersuara, lalu langsung menjawab panggilan. Dia bertutur, "Aku ada perjalanan bisnis mendadak. Aku nggak pulang malam ini."Satya yang berada di ujung telepon tidak mudah dibodohi. Dia mencibir dan menimpali, "Perjalanan dinas? Kamu atau kakakmu yang pergi dinas?"Ivander terdiam.Satya menegur, "Ivander, aku nggak peduli apa pun yang kamu lakukan di luar. Tapi aku mau ingatkan satu hal. Jangan bermain-main hingga akhirnya menghancurkan dirimu sendiri. Nanti kamu menyesal!"Ivander menyahut dengan suara serak, "Aku mengerti."Satya menimpali, "Jangan cuma mengerti, lalu diabaikan."Jelas sekali Satya mengetahui hal yang dilakukan Ivander akhir-akhir ini. Satya tentu saja tidak setuju. Jika benar-benar tid
Molly benar-benar mungil sampai Ivander bisa memeluknya dengan satu tangan. Gadis yang lembut bersandar di dalam pelukan Ivander. Perasaan itu sebenarnya sedikit aneh, tetapi Ivander berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikannya.Dokter wanita berkomentar, "Ini baru benar!" Dia mengobati luka Molly dengan sikap profesional yang disertai rasa ingin tahu.Ketika serpihan porselen dikeluarkan, Molly mencengkeram pinggang Ivander. Hal ini membuat Ivander menunduk melihat Molly.Molly kesakitan hingga sekujur tubuhnya bergetar. Dia terlihat sangat malang. Ivander tanpa sadar memegang bahu Molly dengan satu tangan dan membawanya ke dalam pelukan. Kala ini, Ivander merasa kasihan.....Setelah keluar dari rumah sakit, Molly mengira Ivander akan langsung membawanya ke hotel. Tidak disangka, Ivander justru membawanya ke jalanan tempat mereka kuliah dulu. Di sana ada jual berbagai macam camilan. Para pelajar suka kemari untuk membeli makanan.Dulu, mereka pernah datang beberapa kali. Dengan status
Molly berada di dalam pelukan Ivander. Tercium aroma maskulin dari tubuh Ivander yang sangat familier dan wangi. Aromanya terasa jauh lebih dewasa dibandingkan dulu.Molly menundukkan kepalanya karena ingin menangis. Dia benar-benar menangis. Ketika sedang terluka dan melihat Harlina sedang bertengkar dengan Aurel, Molly tidak menangis. Dia justru menangis saat Ivander bersikap lembut padanya.Molly merendahkan harga dirinya dan bertanya pelan, "Ivander, kamu masih peduli padaku, 'kan?"Ivander tertegun. Beberapa saat kemudian, dia mendengus dingin sebelum membalas, "Molly, kamu berpikir terlalu jauh! Menurutmu setelah semua hal yang kamu lakukan, apa aku masih bisa punya perasaan padamu? Apa masih ada kesempatan untuk mengembangkan hubungan kita?"Lantaran merasa belum cukup, Ivander menambahkan, "Aku cuma takut kamu pingsan saat aku menidurimu."Molly terdiam sejenak, lalu menyahut pelan, "Aku mengerti."Ivander merasa bahwa Molly sangat tidak tahu malu. Ketika Ivander meletakkan Mol
Harlina sebenarnya punya rencana lain. Dia berpikir jika Molly dan Ivander bisa benar-benar bersama, gadis polos seperti Molly ini sebenarnya tidak cocok untuk dunia hiburan.Jika kelak Molly menikah dan hidup bahagia, yang diharapkan Harlina hanyalah agar Molly tidak melupakannya.Namun sebelum Ivander benar-benar menunjukkan keseriusannya, Harlina merasa Molly memang perlu melalui sedikit kesulitan.Harlina tidak bermain licik. Dia memperlihatkan segalanya secara terbuka agar Ivander bisa melihat sendiri.Apabila Ivander tidak peduli pada Molly, uang yang dia berikan selama tiga bulan itu akan cukup bagi Molly untuk hidup nyaman selamanya.Harlina sudah lama berkecimpung di dunia hiburan. Dia sudah melihat berbagai macam hal yang menjijikkan.Setelah bertemu begitu banyak orang jahat, Harlina mulai mendambakan sesuatu yang indah. Dia berharap Molly bisa menemukan kebahagiaan yang layak.Pada saat itu, telepon dari Ivander masuk. Molly menggenggam ponselnya. Dia memberi tahu Ivander d
Wulan segera memahaminya. Dia menimpali, "Oh, jadi si Ivander. Nenekmu selalu menyebut-nyebut dia."Molly memaksakan diri untuk tersenyum. Meskipun dekat dengan Molly dan neneknya, Wulan hanyalah seorang pekerja. Dia merasa tidak pantas untuk ikut campur terlalu jauh.Kemudian, Molly berjalan kembali ke kamarnya dan mengganti pakaian sambil merenungkan perkataan Wulan. Neneknya memang tahu tentang Ivander.Dalam masa-masa paling sulit dan hampir tidak bisa bertahan hidup, Molly bercerita tentang seorang pemuda baik bernama Ivander kepada neneknya.Molly berkata bahwa Ivander sedang belajar di luar negeri. Ketika kembali, dia akan menikah dengan Molly. Nantinya, akan ada anggota baru dalam keluarga mereka.Neneknya memang tidak bisa melihat. Hanya saja setiap kali mendengar tentang Ivander, dia akan tersenyum tanpa sadar. Menurutnya, Ivander adalah nama yang sangat indah.....Setelah membersihkan diri, Molly masuk ke kamar neneknya, Mia. Dengan uang yang dikumpulkannya, Molly menyewa a