Home / Romansa / Pemuas Hasrat Dosen Tampanku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pemuas Hasrat Dosen Tampanku: Chapter 71 - Chapter 80

108 Chapters

Dukungan Dari Teman Masa Kecil Silvana

“Hai Sir Leon.”“Ah, Jarvis,” sahut Leon sembari mengucapkan kalimat sapaan balik bahkan sebelum kepalanya berbalik menghadap mahasiswa pintar kesayangannya. Dia sudah terbiasa dengan Jarvis yang kerap kali memilih untuk berjalan dibelakangnya dibandingkan sejajar meskipun mereka sudah cukup akrab. Leon melirik dan mendapati mahasiswanya itu sedang merokok. “Sejak kapan kau merokok?” tanya Leon agak heran sebab seingatnya Jarvis membenci asap rokok. “Entahlah aku tidak begitu ingat,” sahut si pemuda. Sebetulnya ada alasan mengapa Leon sengaja mendekati pemuda ini, dia ingin melihat Silvana lantaran gadis itu jarang sekali terlihat batang hidungnya. Sebenarnya sejak kemarin dan sejujurnya dia agak merindukan si gadis cerewet itu ada disekitarnya. Padahal dia berulang kali mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia telah dewasa dan seharusnya cinta antara orang dewasa tidaklah begitu. Namun tetap saja sudut hatinya terlalu kuat untuk diabaikan. Leon terlalu merindukannya, sampai rasan
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

Kunjungan Pertama Ke Rumah Silvana

Dia telah tiba dikediaman gadis itu, tapi setelah turun dari jok motornya sekarang Leon malah bingung harus bagaimana. Pria itu sempat mondar-mandir sebentar sambil meremas kedua tangannya yang terasa dingin, alisnya bertautan. Entah kenapa rasanya lebih sulit dari pada saat ujian pertama kelayakannya sebagai dosen di kampus, yang ini dua kali lipat lebih menyeramkan dibandingkan yang bisa dia bayangkan.Ditambah kedua orang tua gadis itu tidak tahu apa-apa tentang hubungannya dengan Silvana. "Segalanya akan baik-baik saja. Kau bisa melewati rintangan ini, jika kau mampu menghadapinya," gumam Leon pada dirinya sendiri. Sisanya segala macam mantra dia ujarkan untuk mengurangi kegugupan. Oh, ayolah dia tidak datang untuk melamar anak gadis mereka, tapi kenapa dia harus merasa tulang belakangnya kaku, dan tangannya bergetar begini? Kegelisahan itu semakin nampak saat pria itu menekan bel pintu rumah dihadapannya. Leon benar-benar seperti anak kecil yang membutuhkan toilet dibandingkan
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

Medan Perang Sesungguhnya

“Kenapa memangnya Ayah?” Silvana tiba-tiba membalas perkataan ayahnya sendiri, gadis itu terlihat gusar. Ini mungkin terbilang ekspresi baru yang Leon dapati dari si gadis yang selalu menampakan raut muka yang selalu optimis dan kerap menggodanya. “Kami bahagia saat bersama. Dia bahagia saat bersamaku, begitupun aku,” tambahnya lagi mencoba memberikan penjelasan dan pengertian kepada sang ayah.“Silvana kau bahkan masih dua puluh tahun! Dan dia adalah dosen yang harusnya mendidikmu, bukan malah berani mengencanimu!” Sang kepala keluarga nampak murka, Leon bertaruh pria itu bahkan hampir mencabut seluruh rambutnya karena terlalu kesal memberikan pengertian terhadap putrinya yang bebal. Bisa dilihat dari ekspresi dan nada suaranya yang naik beberapa oktaf dan penuh dengan emosional. Ketika segalanya nyaris meledak dan menjadi sebuah kekacauan, untung saja sang istri cepat mengintervensi. Pertengkaran antara ayah dan anak di depan Leon nyaris terjadi sebetulnya tetapi wanita itu bisa den
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

Demi Kata 'Ya'

Leon tentu tahu jawabannya secara pasti.“Bu,” panggil Leon, kepalanya tertunduk sedikit. “Pak, saya mencintai putri kalian berdua. Saya tahu dan secara sadar mengetahui bahwa hal ini memang tidak benar sejak semula. Saya sangat mengerti alasan kemarahan serta keenggananmu terhadap saya. Namun, begitulah faktanya. Saya telah mencintai putrimu. Itu terjadi dengan cara yang tidak terduga dan sangat cepat, bahkan saya sendiri tidak percaya telah jatuh hati padanya. Sejujurnya saya tidak pernah memikirkan putrimu sebagai pilihan dalam hidup saya. Tidak sama sekali. Tapi setelah semua yang terjadi diantara kami, saya tidak bisa membayangkan hidup saya tanpa Silvana.”Leon berusaha sebisa mungkin untuk melatih kedua matanya agar dapat terlihat gagah dihadapan sang kepala keluarga yang masih pula menyimpan kebencian besar terhadapnya. Dia harus menghadapi, dan harus tahu bagaimana reaksi pria itu terhadap perkataannya yang tulus.“Maafkan saya, saya setuju dengan anda tentang segalanya. Mema
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

Kepergok

“Jiyya! Jiyya!” Mendengar namanya di panggil keras-keras dari luar pintu, Jiyya kontan tersentak. Di cobanya untuk bangkit dari ranjang meskipun kepalanya masih sedikit pusing dan perlu sedikit pembiasaan dengan cahaya terlebih dahulu. Tapi dia tidak bisa membiarkan waktu berlalu ketika mendengar gedoran di pintu terdengar begitu kencang seolah orang di luar sangat terdesak dan ingin cepat-cepat bertemu muka dengannya. Demi Tuhan! Ini masih pagi buta, apa yang diinginkan oleh Dean? Batinnya dengan sedikit mendecak sebal sambil menyeret kedua kakinya menuju ke pintu depan. Dia bahkan tidak sempat melirik ke arah Joan yang tertidur di ranjangnya. Sayang sekali memang wajah yang pertama kali dia lihat justru adalah Dean pagi ini. “Jiyya! aku tahu kau di dalam. Karena semua lampu masih menyala dan kamu tidak pernah membiarkan lampu menyala bila kau tidak ada di rumah. Karena kau sangat pelit soal tagihan listrik. Cepat keluar sekarang juga!” gedoran kurang ajar sekali lagi membuat emos
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

Bertikai

Mendengar Jiyya membentaknya dengan marah sambil menuntut, Dean menatap sahabat masa kecilnya dengan tatapan tak percaya. “Kau sudah kehilangan kewarasanmu hah?! Dia itu dosen kita Jiyya!” Dean kemudian balas berteriak padanya. Tampaknya bocah itu sangat marah, bingung dan juga kesal kepadanya. Itu adalah sebuah komplikasi perasaan yang sulit untuk di definisikan oleh dirinya sendiri apalagi oleh Jiyya. Apalagi Dean bahkan tidak terlihat sama sekali menyesal terhadap apa yang baru saja dia lakukan terhadap Joan. Pemuda itu menatap dosen muda mereka dengan pandangan yang sulit di artikan. Dia mungkin khawatir Joan akan membalas serangan itu. “Hubungan ini tidak benar Jiyya, ini tidak akan berhasil. Kalian telah melanggar batas.” Joan pada akhirnya bangkit dari posisinya yang terpuruk di lantai. Dia tampak sedikit meringis ketika menyeka hidungnya yang berdarah akibat pukulan dari Dean. Jiyya yang melihat luka tersebut hanya bisa terhenyak dan menahan air matanya. Dia tahu betul bahwa
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

Leon dan Problematikanya

Leon mendesah ketika dia berjalan di sepanjang jalanan kampus. Setelah insiden yang terjadi di kediaman Silvana sekarang berarti sudah terhitung berapa banyak pihak yang tahu soal hubungannya dengan gadis itu. Terlepas dari Silvana dan juga Kelly. Pria itu masih sangat terguncang atas interaksi yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Tentu saja dia harus menyadari konsekuensi atas pilihannya yang ingin bermain-main dengan mahasiswinya sendiri, cepat atau lambat ketika dia memutuskan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih tentu saja dia harus mengumumkannya secara resmi kepada beberapa pihak yang perlu tahu soal itu kan? tapi setelah dia menjalaninya sendiri sejujurnya itu bukan jenis pengalaman yang menyenangkan. Leon mengambil bungkus rokoknya dari saku dan mengeluarkan sebatang. Selanjutnya dia mulai menyalakan pematik dan menghisap benda itu untuk membuatnya sedikit lebih tenang. Langkah lainnya setelah ini adalah dia dan Silvana harus memberi tahu Jarvis. Tapi melihat dari gel
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Pembicaraan Antar Pria

“Apakah aku benar-benar sudah tidak waras ya?”“Tidak juga.” Sebenarnya, Joan sendiri bahkan tidak yakin apakah dia memberikan jawaban yang benar. Terlebih setelah mereka berdua saling menatap satu sama lain selama beberapa saat tepat setelah Leon bertanya begitu. Hal ini terjadi setelah mereka pergi ke sebuah bar terdekat yang tidak jauh dari kediaman Leon. Setelah keduanya sempat mencoba untuk saling menutupi diri dari kebenaran. Padahal beberapa saat yang lalu Joan sempat mencoba berkilah untuk tidak berkunjung ke sana, tapi dia gagal menghindar lantaran Leon bersikeras. Pria berjanggut tipis tersebut bilang bahwa dia membutuhkan teman untuk membicarakan perihal hubungannya terlarangnya dengan sang mahasiswi (Silvana) dan juga ingin tahu bagaimana Joan bisa dekat dengan Jiyya. Pria itu cukup memiliki antisipasi yang tinggi lantaran enggan membicarakan soal itu di muka umum, padahal menurut pengakuannya sendiri orangtua Silvana sudah tahu tentang hubungan mereka. Sekarang, di tem
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Kekasih yang Saling Merindu

Sehari setelah pembicaraannya dengan Joan, Leon kini menghabiskan sisa hari liburnya dengan hanya berbaring di tempat tidur sambil berbantalkan lengan di kepala. Pria itu penuh dengan seluruh asumsi mengenai beberapa pertimbangan di kepala atas segala situasinya. Dia memiliki Silvana, dan hubungan mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Mereka sudah saling memiliki, dan saling mencintai. Semua itu adalah sebuah kebenaran yang tidak akan bisa di sembunyikan selamanya. Tidak peduli apa kata orang, Leon bahkan telah tiba pada titik dimana dia memutuskan untuk tetap bersama dengan Silvana. Meski sebelumnya Joan bilang padanya tentang Ms. Donna yang sempat melihat hubungan dosen muda itu dengan sahabat kekasihnya dan memang betul tidak ada selentingan apapun di kampus. Tetap saja aneh baginya mendengar dengan begitu jantannya Joan memberitahukan perihal hubungannya dengan Jiyya begitu saja. Terlepas dari logikanya terhadap pemikiran satu ini, Leon hanya bisa mengerang karena tidak me
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

Curahan Rindu (Ronde satu)

Silvana menjauhkan tangannya dari celana pria itu, memberinya sebuah isyarat menggoda kepada Leon. Dia sengaja menaruh tanganya ke pundak pria itu dan mendekati telinga pria itu untuk sekadar berbisik. “Tidak sepanjang waktu aku begitu,” balasnya dengan nada suara yang terdengar begitu nakal. Leon menggelengkan kepalanya ketika gadis itu menjauh darinya, dia memajukan wajahnya kea rah Silvana. Menyentuh dagunya dengan ibu jari dan jari telunjuknya, menahannya pada posisi yang tepat untuk kemudian memberikan gadis itu sebuah ciuman yang begitu mendalam. Silvana menghilangkan seluruh kewaspadaannya dan menyerahkan diri seutuhnya kepada pria itu. Pria itu menjaga agar bibirnya tetap menempel pada bibir Silvana bahkan saat pria itu meminta izin akses lebih, gadis itu langsung memberikannya secara cuma-cuma. Mereka kemudian saling terjerat. Leon bahkan nyaris menggigil saat dia membawa tangannya yang lain ke punggung si gadis sebelum meraih pinggul Silvana yang sekal. Silvana sempat menc
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status