Home / Romansa / Pemuas Hasrat Dosen Tampanku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pemuas Hasrat Dosen Tampanku: Chapter 81 - Chapter 90

108 Chapters

Ronde Dua

Pertanyaan Silvana sejenak terdengar agak memancing, apalagi dengan ekspresinya yang terlihat seperti memang ingin tahu betul bagaimana Leon bereaksi atas itu. Akhirnya Leon hanya memilih mengangkat salah satu tangannya yang bebas untuk sekadar mengacak rambut pirang panjang kekasihnya dengan sayang. “Ya,” balasnya jujur. “Tapi aku tidak pernah menyesal, maksudku rasanya kita melakukan hal yang benar dan aku bahagia dengan situasi kita.” Silvana hanya tertawa kecil, barangkali dia puas dengan jawaban yang Leon lontarkan. “Tapi terasa salah di waktu yang sama?” Leon mengangkat alis. Apa kekasihnya seorang cenayang sekarang? “Dan kau menganggapnya sebagai sebuah lelucon sekarang.” Silvana mencondongkan tubuhnya ke arah Leon hanya untuk sekadar membubuhkan kecupan di pipi pria itu. “Maaf, tapi aku hanya tidak pernah berniat untuk melepaskanmu. Tidak peduli apa kata orang nanti.” Leon menjauhkan tangannya yang semula berstagnasi pada helaian rambut halus sang gadis, dia kini lebih ter
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Maniac

“Sial. Aku tidak bisa tahan bila masuk moment menggairahkan ini denganmu. Aku sangat bernafsu untuk mendorong benda ini ke dalam lubang sempitmu lagi dan menidurimu sebanyak mungkin, princess,” ujar Leon dengan suara yang dalam dan rendah.Dia meraih pergelangan kaki Silvana memaksanya terbuka selebar mungkin. Silvana sebetulnya memiliki keinginan yang kuat untuk memprotes ketika gadis itu merasakan adanya rasa merinding luar biasa yang menjalar ke punggungku, tetapi aku menahan diri dan menunggu apa yang akan Leon lakukan selanjutnya seperti ini adalah kali pertama mereka. Pria itu memposisikan dirinya untuk duduk diantara kedua kaki SIlvana yang terbuka dan mengarahkan miliknya ke dalam diri gadis itu, ujung tumpulnya menggoda lubang sensitif si gadis yang kontan membuatnya menarik napas sebagai bentuk antisipasi. Leon mencondongkan tubuhnya ke arah Silvana dan secara tiba-tiba saja mengunci bibirnya ke dalam sebuah ciuman panas ketika pria itu mendorong pinggulnya ke depan, menyeli
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Pengakuan

Tidak pernah sepanjang hidupnya, Leon berterima kasih sekali terhadap seluruh ocehan konyol yang di lontarkan oleh Ronald dipertemuan rutinan mereka. Namun kali ini dia justru berkali-kali lipat mensyukuri kehadiran si pria alis tebal dengan kepala botaknya yang ikonik tersebut. Sebab berkat dia setidaknya suasana jadi jauh lebih semarak dan Ronald juga tipe orang yang tidak terlalu peka sehingga dia tampaknya tidak menyadari apa yang terjadi di meja mereka. Leon bahkan tidak pernah mau bertaruh seberapa banyak kecanggungan yang akan dia terima dalam situasi ini bila tanpa kehadiran pria itu di meja yang tengah dia duduki. Seolah tersiksa dan teramat putus asa berada dalam satu meja bersama mereka. Walaupun sejujurnya ini adalah pertemuan rutin dan Leon tidak pernah keberatan menghadirinya meskipun terbilang acara dadakan. Padahal pertemuan seperti ini adalah hal yang rutin terjadi, dan bukan sesuatu yang istimewa dan normal-normal saja bagi para orang dewasa untuk berkeliaran di mal
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Menggemparkan

Belum sempat Leon menjawab, tiba-tiba Ronald tertawa seolah dia mengejek situasi yang ada di meja. “Ya, kau benar Kelly. Kita semua yang ada di meja ini jatuh cinta pada murid kita sendiri,” ujarnya seraya menyeringai lebar. “Begitulah seharusnya kita bertindak sebagai seorang guru yang bertugas mendidik penerus generasi bangsa. Ya, dengan mengencani murid kita sendiri. Ini lelucon yang bagus, aku hanya tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu, Joan. Maksudku—”“Ya, aku mencintai Silvana,” potong Leon cepat membuat Ronald langsung terdiam menelan bulat-bulat komentar yang hendak dia lontarkan untuk Joan. Tatapannya langsung beralih dari Joan menuju ke arahnya. “Ini serius?” cicitnya kemudian. Dia sepertinya cukup shock mendapati dua rekan sejawatnya di kampus dulu mengencani murid sendiri. “Ya, begitulah. Ini bisa di bilang sebuah kebetulan yang menyenangkan,” balas Joan, dia melemparkan senyum lemah ke arah Leon. Dia sepertinya tidak mengira bahwa Leon akan membuat pengakuan serupa
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Intimate

Joan pulang dari acara bersama kawan-kawannya pada pukul sepuluh malam. Dia menutup pintu di belakang dengan santai sambil sesekali bersenandung kecil. Tetapi kemudian tubuhnya langsung membeku seketika begitu mendapati sosok Jiyya yang sudah duduk di sofa ruang tengahnya. Gadis itu tampak sedang mengemut ice cream di mulut sementara kedua matanya fokus memindai sebuah buku di pangkuan dengan cepat. Jika saja yang sekarang sedang duduk di sofa itu perempuan lain, sudah bisa di pastikan Joan akan berpura-pura tiada siapa pun yang ada di sana, menutup pintu kembali dan lebih memilih tidur di mana saja dari pada di rumah. Namun, karena yang sekarang berada di hadapannya adalah Jiyya, pria itu justru merasa bahagia dan tenang, sesuatu yang hangat merayap ke dalam hatinya. Ini seperti sesuatu yang langka. Dia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa Jiyya aka nada di kedimannya tanpa harus diminta terlebih dahulu.Joan bergerak kecil dan mengendap-endap. Pria itu bertingkah seperti anak kec
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Pagi yang Manis

Terjadi di hari berikutnya, dimana pagi yang indah Joan dapatkan. Jiyya sepertinya sudah tidak lagi berada dalam masa menstruasi. Pria itu dengan mudah mengetahui fakta itu karena dia mendapati rambut Jiyya yang basah dan dia telah begitu segar di pagi hari. Tidak hanya itu, cara si gadis membangunkannya sangat menarik dan cukup untuk mematik libidonya ketika tanpa rangsangan pun dia memiliki morning wood yang cukup akut.“Selamat pagi, Jiyya,” sapa Joan, menatap gadis itu dengan alis terangkat dan juga sebuah senyuman kecil. Jiyya tidak menjawab, malah gadis itu membungkuk untuk bisa memberinya sebuah ciuman di bibir sebagai bentuk morning kiss, mungkin? Rambut Jiyya yang basah sebagian jatuh ke pipi sang dosen muda. Gadis itu cukup agresif, padahal dia jelas baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan handuk. Handuk kelewat sempit yang sekarang dengan secara perlaahan terbentng ketika dia membungkuk untuk memberinya ciuman yang jauh lebih dalam. “Hmm,” gumam si gadis da
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Cheers!

Joan menangkap isyarat dari Jiyya dengan patuh. Pria itu melakukan apa yang di perintahkan kepadanya, menggerakan tubuhnya untuk berada cukup dekat pada sisi tempat tidur. Begitu Joan telah merelaksasi tubuh dan pikirannya tanpa di duga justru Jiyya kembali memberinya sebuah kejutan. Bagian bawah Joan kembali di belai bahkan belum siap dengan apapun, dia telah mengulumnya. Memasukan seluruhnya ke dalam mulut. Kontan Joan menggeram, apalagi ketika lidah si gadis menggelitiknya dengan penuh minat. Panas di mulutnya menghangatkan, sensasinya terlalu sempurna apalagi saat lidah Jiyya begerak-gerak liar di sekitar batangnya. Membuat pria itu terombang-ambing dalam sebuah kegilaan yang memabukan. Terlepas dari dirinya sendiri, pria itu tanpa sadar mencengkram kepala si gadis sedikit, menahannya sesaat di tempat yang sama ketika dia mulai bergerak mengeluar masukan dirinya dari mulut si gadis. Mengagumi pemandangan saliva mengkilat yang menyelimuti bagian dari dirinya di bawah sana. Jiyya
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

She Knows

Sekali lagi mulut Jiyya ternganga dan dia menatap wajah sahabatnya lekat-lekat. Dia tidak bisa membayangkan situasinya sama sekali. Sir Leon orang yang paling santai bisa menyatakan cinta di depan orangtua Silvana. Itu seperti sebuah adegan dalam drama, Jiyya betul-betul takjub. “Wow! ya Tuhan! Silvanaaa!” Jiyya menyerbu ke arah sahabatnya dan memeluk gadis itu erat-erat. “Aku ikut berbahagia dengan perkembangan kisah cintamu.” “Hei, Hei!” Silvana mendorong dirinya untuk keluar dari pelukan Jiyya. Tampaknya dia agak sedikit malu soal hal-hal sentimental dari pada Jiyya sendiri. Jiyya tentu paling tahu sebabnya. Dia mundur dan menyeringai melihat betapa jenakanya tingkah polah Silvana di hadapannya sekarang. Kini sahabatnya yang selalu cerewet dan blak-blakan soal apapun dan paling suka membanggakan dirinya kini terlihat malu-malu kucing dan itu menggemaskan. Dulu dia pernah melihat Silvana yang seperti ini ketika masih di bangku sekolah menengah. Tapi setelah insiden itu, Silvana se
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Menghadap Ibu

Itu semua akan tergantung pada hukuman yang akan Joan terima nanti, tentu saja. Lagipula ibunya adalah wanita yang cerdas dan penuh perhitungan. Dia akan sangat tahu apa yang akan dia lakukan untuk memberi ancaman. Tidak hanya kepada dia, tapi juga terhadap Jiyya. Memaksa Joan untuk menerima pemutusan hubungan mereka agar kekasihnya menderita. Itu jelas akan di lakukan oleh Ibunya. Tapi apakah dia akan sekejam itu terhadap putranya sendiri? Joan bahkan tidak tahu sikap seperti apa yang akan ibunya perlihatkan soal hubungan mereka. Namun yang perlu dia tahu bahwa, Joan tidak boleh berpura-pura buta, dia harus tahu dan menilai suasana hati ibunya sesampainya dia di sana. Itu bukan jenis informasi rahasia, semua orang di kediamannya sangat tahu bahwa suasana hati ibunya berdampak terhadap segala macam aspek. “Bagaimana suasana hati ibu saat dia memanggilku melaluimu?” Maria melirik ke arah kaca yang menampakan ekspersi Joan yang tidak terbaca. Dia tidak sudi menolehkan muka ketika menja
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Batu Kerikil dihubungan Kita

Joan tidak tahu harus menjawab apa. Memang betul, beberapa tahun terakhir dia sempat meminta kepada sang ibu untuk membiarkannya menikmati masa muda dengan mengambil pilihan yang dia inginkan. Joan iseng ingin mengajar di sebuah kampus dan ibunya mengabulkan hal itu. Sementara dibalik di kabulkannya permintaan itu, ibunya mengajukan sebuah syarat. Yakni ketika wanita itu memintanya berhenti dan kembali, maka Joan harus mematuhi. Melihat Joan yang tidak bereaksi, wanita itu hanya tersenyum dan kemudian berjalan menuju ke arah mejanya. Membuka laci dan mengeluarkan beberapa kertas. Dia menyerahkan berkas tersebut kepada sang putra. Joan mengambilnya dan membaca sekilas isinya dengan cepat. Itu adalah dokumen rahasia yang entah kenapa bisa ada di tangan ibunya. “Aku sudah melakukan sejauh itu, tinggal kau yang menjalankan sisanya,” kata ibunya saat Joan memindai kertas-kertas itu. “Bersiaplah. Tugas ini cukup sulit, dan akan menyulitkan kita jika terjadi kesalahan.”Joan hanya mengangg
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status