Semua Bab Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu: Bab 141 - Bab 150

204 Bab

Bab 141. Selamat Siang Nyonya Yeni Budiman.

"Tentu saja, kita akan pergi sekarang. Bersiaplah aku minta pasukan kurang lebih 2 truk untuk mengepung rumah tuan Deva. Kita harus berjaga-jaga untuk menangkap perempuan ini. Yeni dikenal sangat licin seperti belut. Aku tidak mau ada kegagalan dalam operasi penangkapan ini," ucap Alan kepada anak buahnya.Alan dan pasukannya, bersiap dan segera berangkat ke rumahnya Deva. Seolah memberikan kejutan dan tidak ingin memberitahu Deva, Alan pergi mendadak pada saat Deva berada di kantornya. Sesampainya di kediaman Deva, pasukan dibawah Komando Alan langsung mengepung seluruh rumah pekarangan rumah milik Deva .Penyergapan ini hanya diketahui oleh Jakse terlebih dahulu, mereka selalu berkomunikasi selama ini. Sesampainya, Alan naik ke atas tangga rumah Deva dan segera mengetuk pintu tersebut. Seorang pelayan membukakan pintu itu tergesa, siapa lagi kalau bukan Sari."Selamat siang, apa saya bisa bertemu dengan nyonya Yeni Latifah?" tanya Alan hormat kepada Sari.Sari yang tidak tahu siapa
Baca selengkapnya

BAB 142. Aku adalah Nyonya Rahardjo

"Yeni mau ke mana?!" Tanya Ratih sembari mencegah Yeni. Ratih takut jika Yeni kabur dari pintu belakang. Mengingat pengalaman yang pernah terjadi di Singapura berarti tidak mau kali ini Yeni lolos begitu saja dia tidak tahu jika Alan sudah mengepung rumah itu. "Minggir ngapain kamu menghalangi jalanku. Ada yang harus aku ambil di dalam kamarku! mereka bertiga ini telah salah orang," bentak Yeni sambil mendorong tubuh Ratih hingga Ratih mundur beberapa langkah ke belakang. Untung saja dengan sigap Sari langsung menangkap tubuh ratu yang terhuyung. Kalau saja Sari lambat menangkap tubuh nyonyanya bisa dipastikan Ratih pasti sudah jatuh terduduk di lantai. "Nyonya Yeni tolong jangan kasar seperti itu dengan nyonya Ratih. Kenapa Nyonya bersikap sangat kasar bisa kan berbicara baik-baik saja," protes hari langsung disambut dengan sebuah tamparan keras dari Yeni."Kurang ajar! Kau lancang sekali, apa kau mau lidahmu ku potong?!" ancam Yeni sudah dengan dada kembang kempis menahan emosi y
Baca selengkapnya

BAB 143. Kau Sudah Menipuku?

"Maaf, Yeni! Anda, memang bukanlah Yeni Rahardjo. Satu-satunya wanita yang memiliki nama belakang tersebut hanyalah Nyonya Ratih Raharjo saja!" Jakse lalu memberikan surat pernikahan siri yang asli kepada Alan untuk menjadi bahan perbandingan."Apa yang dimaksudnya Jakse?! Jangan kau macam-macam denganku ya, ini adalah surat yang kalian berikan kepadaku. Aku bahkan memiliki foto pada saat pernikahan berlangsung," ucap Yuni seraya mengambil ponselnya dan menunjukkan foto-foto yang didokumentasikan oleh ibunya."Ini kalian lihatlah aku tidak berbohong kan. Ini adalah foto bukti dokumentasi pada hari itu, sudah kukatakan kalian semua salah orang aku bukan Yeni Budiman tetapi aku adalah Yeni Latifah Raharjo." Yeni masih terus saja mengelak.Alan sampai mendesah lelah menghadapi wanita yang bernama Yeni ini. Seumur-umur dia menangkap penjahat baru kali ini dia menemukan seorang tersangka yang tetap ngotot tidak bersalah padahal jelas-jelas bukti sudah terpampang nyata di depan kedua matany
Baca selengkapnya

BAB 144. Penyangkalan Yeni.

Sampailah Yeni ke dalam ruang pemeriksaan. Kini di dalam ruangan tersebut hanya ada meja yang memisahkan antara Yeni dan Alan yang sedang duduk berhadap-hadapan."Sebenarnya apa yang kalian inginkan dariku," tanya Yeni dengan suara ketus masih dengan wajah yang tidak merasa bersalah."Kejujuran," jawab Alan dengan singkat."Kejujuran? Kejujuran akan hal apa yang kau maksud, aku merasa difitnah." Yeni masih terus terus berusaha untuk mengelak.Alan sudah lelah menghadapi Yeni. "Jokowi sudah banyak bercerita tentangmu. Aku hanya harus memeriksa ulang dirimu dan mencocokkan dengan keterangan yang diberikan oleh Jokowi kepadaku.""Jokowi? Jokowi siapa maksudnya, aku tidak mengenal pria yang kau sebutkan namanya itu. Aku merasa difitnah karena aku tidak mengenalnya sama sekali!" Tegas Yeni masih terus kekeh dengan pendiriannya.Ini tidak tahu kalau dibalik kaca lebar tersebut ada Jokowi yang sedang menatapnya dengan pandangannya nanar dan sakit hati Jokowi tidak menyangka jika Yeni dengan
Baca selengkapnya

BAB 145. Aku Meminta Seorang Anak.

"Apakah kau mengenal dirinya?" Alan kembali bertanya kepada Yoga. "Tentu saja aku mengenalnya, bagaimana mungkin aku melupakan istri keduaku sendiri. Bagaimana mungkin aku melupakan wanita yang membuat aku melakukan penggelapan uang besar-besaran pada perusahaan Tuan Abizar," dengus Yoga. Mendengar jawabannya Yoga, Alan mengangguk singkat dan ia pun menangkap ketidaksukaan yang tersirat sangat jelas dari cara berbicaranya Yoga. Seolah Yoga Budiman sedang menyalahkan Yeni sebagai seorang yang sedang melempar batu sembunyi tangan. Bisa Alan pastikan, kalau Yoga pasti akan melemparkan semua kesalahan ini kepada Yeni. Apalagi kalau memang ucapan kesaksian dari Jokowi terbukti dengan konfirmasi kesaksian dari Yoga bahwa Yeni lah dalang atau otak dari segala perbuatan mereka, maka bisa dipastikan Yeni akan mendapatkan hukuman yang paling berat di antara ketiganya. "Apa, Anda ingin memberikan kesaksian tambahan untuk istri kedua Anda?" Alan kembali menawarka
Baca selengkapnya

BAB 146. Tamu Di Pagi Hari.

"Aku menginginkannya Deva, aku juga menginginkan buah hati kita hadir di tengah-tengah pernikahan ini. Aku tidak sabar untuk menantinya," ucap Ratih penuh semangat.Deva pun tidak kalah sumringah saat mendengar keinginannya Ratih. Bisa jadi jika memiliki anak Ratih tidak akan lagi berpikir untuk bekerja di perusahaan kedua orang tuanya.Ratih yang mendengar isi hatinya Deva lantas memicingkan kedua matanya sambil menggenggam kedua tangan."Kita akan berusaha memiliki seorang anak untuk meramaikan pernikahan kita Deva. Tapi, sebelum aku hamil ijinkan aku bekerja ya," pinta Ratih sekali lagi kepada Deva.Jika sudah seperti ini bagaimana mungkin Deva bisa menolaknya. "Baiklah kalau begitu, setelah acara resepsi bagaimana kalau kita sama-sama memeriksakan diri ke dokter?""Tentu saja aku setuju dan aku tidak akan menolaknya. Dengan begitu kita bisa membuat program kehamilan ini menjadi lebih terencana," sahut Ratih melegakan hati Deva.Beberapa
Baca selengkapnya

BAB 147. Hanya Itu Kemurahan Yang Bisa Aku Lakukan.

"Yeni sudah masuk ke dalam penjara, Bu." Deva langsung menjawab rasa penasaran Bu Sulis.Bagaikan tersambar petir Bu Sulis langsung terduduk di kursi yang ada di belakangnya. Ia menggeleng lemah, beberapa butiran kristal langsung meluncur begitu saja dari pelupuk matanya."Yeni masuk penjara? Tidak, itu tidak mungkin. Memangnya apa kesalahan anakku? Nak Deva, tolong jangan bertindak di luar batas. Ibu tahu, keluargamu memang memiliki uang yang banyak. Tapi, menjebloskan seseorang ke dalam penjara tanpa alasan yang jelas itu adalah perbuatan yang sangat buruk." Bu Sulis mengecam perbuatan Deva tanpa tahu apa yang telah dilakukan oleh Yeni."Dengar ya Bu, bukan aku yang melampaui batas. Tapi justru Yeni lah yang telah bertindak di luar batas kewajaran, Yeni yang selama ini Ibu kenal sebagai seorang gadis yang manis dan baik nyatanya adalah wanita yang sangat licik dan telah berbuat tindak kejahatan. Aku pun yakin Ibu tidak akan pernah menyangka Yeni sanggup melaku
Baca selengkapnya

BAB 148. Tolong Anakku, Demi Masa Lalu.

"Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk ibu. Kemurahan hatiku terbatas, maka jangan pernah meminta hal yang lebih dariku. Karena mustahil aku akan mengabulkannya." Deva berucap dengan dingin dan tidak memberikan celah sedikitpun untuk Bu Sulis bernegoisasi dengannya. Seluruh tubuh Bu Sulis gemetar, membayangkan anaknya masuk ke dalam penjara. Tidur di balik jeruji beralaskan lantai semen, kedinginan setiap malam. Tidur tanpa alas kepala dan selimut, hati ibu mana yang tega membayangkan hal tersebut.Bu Sulis terlalu takut sampai tanpa pikir panjang karena Deva menolak untuk membantunya, ia lantas segera memeluk kaki Ratih. Mungkin saat ini dirinya sudah tidak bisa lagi bernegoisasi dengan Deva, tetapi Bu Sulis yakin wanita di hadapannya, yang sedang menatapnya iba itu pasti dapat menolongnya dan memberikannya jalan keluar."Nyonya, saya mohon, bujuklah suami Anda agar mau menolong anakku Yeni. Tidak apa jika memang Yeni bukan istrinya, tetapi tolonglah Yeni. Ingatlah masa lalu mereka,
Baca selengkapnya

Bab 149. Apa Alasan Terselubung?

Kembali pada penyelidikan kasusnya Tedi. Setiap saat Alfri yang tidak pernah tenang memikirkan Ucok yang belum juga sadarkan diri. Lantas ia pun berinisyatif mengirimkan sebuah surat pemeriksaan untuk Fitri.Dia berencana untuk mengantarkannya sendiri pada saat itu. Maka sampailah Alfri di depan rumah putih yang cukup megah milik almarhum Susantio. Terlihat Fitri sedang bermain dengan anak-anaknya. Mereka berlarian di taman, wajahnya sangat ceria. Seolah segala beban terlepas dari pikiran dan pundaknya. Alfri mendengus kesal, mengapa bukan Ucok yang seperti ini. Seharusnya kalau saja Ucok dapat pulang dengan selamat, bisa dipastikan dirinya juga sedang bermain bersama anaknya di taman rumahnya. Apalagi istrinya Ucok sedang hamil tua saat ini.Melihat seorang pria yang dikenalnya Alfri sedikit heran. Pria yang dikenalnya sebagai mantan anak buahnya Teddy, siapa lagi kalau bukan Lukman. bukannya Lukman selama ini juga memiliki seorang istri dan anak, lantas mengapa dia justru datang k
Baca selengkapnya

Bab 150. Pak, Sebenarnya Suami Saya ...

"Seolah, ia memiliki kepentingan lain, yang tidak kami ketahui. Tapi, karena Susantio sudah meninggal, aku yakin satu-satunya yang mengetahui alasan tersebut adalah Anda, Nyonya Fitri. Sekarang jelaskan dan jawab pertanyaanku sejujur-jujurnya, sebenarnya apa alasan Tedi menyandera, Surya?" tanya Alfri kembali menatap tajam.Fitri langsung terbelalak, ia tidak bisa menutup keterkejutannya. Ingin mengunci bibirnya, tetapi Alfri bertanya seolah seperti sedang menangkap basah dirinya.Melihat perubahan wajah tersebut, Alfri yakin pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Fitri. Alfri lalu meletakkan bolpoin dan buku kecilnya ke atas meja. Ia lantas melipat tangannya di dada sambil bersandar di sofa."Saat ini, Anda mungkin bisa bernafas lega karena Tedi masih berbaring, di rumah sakit. Tetapi tidak menutup kemungkinan, suatu saat ketika dia sadar dan mengingat kembali apa yang inginkan dari Susantio, maka dia akan kembali datang ke sini mencarimu.""Bukankah kau, Lukman yang paling tahu,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status