All Chapters of Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO: Chapter 71 - Chapter 80

119 Chapters

71. Pusing

Sera berjalan sempoyongan. Dia baru saja tiba di butik. "Nyonya!" kejut Bi Niken. Wanita itu segera membantu Sera berjalan. "Terima kasih, Bi," ucap Sera. Dia hampir saja terjatuh jika Bi Niken tak buru-buru datang menangkapnya. Sera dibantu duduk sampai sofa. "Apa Nyonya baik-baik saja? Apa yang Nyonya rasakan?" Bi Niken bertanya seperti dia seorang dokter. Sera menggeleng, "aku baik-baik saja. Hanya pusing sedikit," jujur Sera. "Biar saya ambilkan obat pereda nyeri kepala," ucap Bi Niken segera menuju laci obat. Sera mengaduh, merintih sembari memegangi kepalanya. Perlahan dia merebahkan diri di sofa. Menatap jam di pergelangan tangan, Sera belum melihat Dika di rumah. Apa Dika masih di kantor? Saat Bi Niken datang sembari membawa obat, Sera pun bertanya, "apa Mas Dika belum pulang, Bi?" tanya Sera. Bi Niken menggeleng singkat sebagai jawaban."Sebaiknya Nyonya minum obat dulu. Ini obat dan airnya, Nya," Bi Niken membantu majik
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

72. Putuskan Hubunganmu dengannya, Mas!

Sera menutupi wajahnya, merasa malu apq yang dia lihat. Padahal sudah terlambat sekali. "Kenapa kamu menutupi wajahmu?" tanya Dika tak peka. Kedua alis tebalnya hampir bertaut. Keningnya membentuk gelombang. Dika tak sadar sama sekali kalau Sera malu melihat tubuh sixpack Dika. CEO itu keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk sebatas pinggang.Melihat kondisi tubuhnya, Dika baru tersadar, "oh astaga!" Dika terkekeh. "Kenapa kamu malu, hey?" ucap Dika. Sial. Dika bukannya menjauh, lelaki itu malah berjalan mendekati Sera. "Buka saja matamu, kamu bilang mencintaiku?" ucap Dika. "Tidak, aku tidak mau!" tolak Sera. "Sera aku ini suamimu," aku Dika. Deg. Sejak kapan Dika mau mengakui dirinya sebagai suam Sera? "Dan kita sudah menikah, kenapa kamu malu melihat hal seperti ini?" Dika menggodanya terus-menerus. "Sudahlah, Mas. Pakai bajumu, ada hal penting yang ingin aku katakan!" titah Sera. "Hm, baiklah-bai
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

73. Sera Cuek

"Kamu mengajakku kemari hanya untuk diam, Mas?" ucap Lia. Dika meneguk soda kaleng yang dipegang. "Lia," ucap Dika. "Apa kau tak bosan denganku?" ucap Dika random. "Haha, apa yang kau tanyakan barusan? Kamu tak salah bicara, Mas?" ucap Lia. Wanita itu melingkarkan tangannya pada lengan kekar Dika sembari nenyandarkan kepalanya di bahu Dika. "Mas, aku itu tidak pernah bosan hidup bersamamu. Kau tahu kan aku sangat ingin menikah denganmu," tutur Lia. Dika memutar bola mata malas. Lelaki itu merasa risih. Ia melepaskan tangan Lia darinya. Sepertinya memang cinta Dika untuk Lia sudah menipis dan tergantikan oleh Sera. "Ayok pulang," ajak Dika. "Kenapa pulang? Aku masih betah di sini, Mas," rengeknya. "Pulang, Lia!" paksa Dika."Pulang!" kesal Dika. Wanita itu cemberut seraya menatap tajam ke arah Dika. Keduanya lantas keluar dari kafe yang cukup jauh dari hotel tersebut. Dika memang mengajaknya. Alasannya hanya sa
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

74. Saling Rindu

Pukul 8 pagi, Jakarta. Sera dan ketiga pegawainya, Rangga, Nindy dan satu lagi bernama Anin akan jalan-jalan hari ini sesuai keinginannya. Mereka berangkat dan berkumpul dari butik menuju Bandung. Kenapa Bandung? Ada banyak sekali alasan kenapa Sera memilih kota Bandung untuk liburan. Selain suasana yang sejuk, ramah, Sera ingin makan atau mencicipi kuliner Bandung. Intinya dia ingin melakukan sesuatu di Bandung.Rangga membawa mobil. Dia sepertinya piawai dalam berkendara. Karena, Sera tak merasa pusing di dalam mobil. Sera memang pendiam. Namun, diamnya kali ini sangat terlihat berbeda. Itu yang Nindy lihat dari pandangannya. Nindy yang sedang makan camilan pun menaruhnya di kursi. Tidak, dia memberikan camilan itu pada Anin. Dari keempatnya, Anin adalah anggota yang paling muda. Dia 5 tahun lebih muda dari mereka.Nindy lantas berdeham, ia bertanya kepada Sera. "Sera, kamu baik-baik saja?" ucap Nindy. Baik Rangga, Nindy juga Anin mereka saling terkonek
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

75. Dika Mabuk

Sera menginap di Bandung 2 hari. Itu sangat menyiksa batin lelaki yang tengah merebahkan dirinya di sofa. Seorang diri berada di rumah itu merasa kesepian. Sedari tadi Dika tak beranjak dari sofa. Memilih tidur dengan tangan dijadikan bantalan kepala. Tidak, Dika tak benar-benar sendir, ada pembantunya yang menyaksikan kemalangannya. "Kasihan Pak Dika," tutur Bi Niken memperhatikan Dika dari kejauhan. "Kapan Nyonya akan pulang?" gumamnya. Di tangannya, ia memegang ponsel keluaran lama. Dia ingin menghubungi Sera, tapi masih saja berpikir keras. "Dia pasti rindu istrinya," tebak Bi Niken. Segera ia pergi dari posisinya. Tidak ingin berlama-lama memantau majikannya. Sementara itu, Dika terus mengigau menyebut nama Sera terus-menerus. "Sera.""Sera jangan tinggalkan aku.""Aku butuh kamu, Sera."Dika menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan, "Sera, aku mohon..." "Pulanglah, maafkan aku Sera."
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

76. Jam 2 : Momen Romantis

Fendi merebahkan Dika di kasur dengan sedikit kasar. Tubuhnya terasa pegal. Terutama tangannya. "Akh, sakit sekali. Dia begitu berat," ocehnya. Dalam kondisi rebah, CEO itu kini benar-benar menutup matanya. Dia tampak sangat kacau."Terima kasih, Pak, terima kasih sudah membantu Pak Dika.""Santai saja. Kau tidak boleh dekat-dekat dengannya dahulu. Dia sangat mabuk. Kalau tidak kau harus terima risikonya," pesan Fendi. "Aku pamit pulang, tugasku telah selesai," sambungnya. "Baik. Sekali lagi terima kasih. Hati-hati di jalan," Sera amat sangat berhutang budi dengan pria itu. Fendi lantas keluar dari kamar tersebut. "Huh," dia bergegas pulang. Menuruni anak tangga dengan cepat. Dia bertemu Bi Niken di lantai dasar dan mengucapkan terima kasih padanya. Di rumah isinya orang-orang baik semua. Kenapa Dika seperti itu? Kadang, Fendi merasa sangat heran dengan CEO itu?Meski tahu suaminya sering kali berbuat buruk padanya, tapi di sa
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

77. Romantis : Menyalurkan Rasa Cinta

Sera menggeleng. Tidak ada yang salah dari kejujuran Dika. Sera menangis lantaran merasa tersentuh. Dia juga begitu mendambakan rumah tangga yang berjalan dua arah. Sama-sama saling berjuang, bukan berjuang sendirian. Dan kini, Dika melakukannya. Apa Sera akan tetap marah?"Sera, tolong jangan menangis," pinta Dika. Tangan kanannya dengan hati-hati meraih dagu Sera dan mengangkatnya agar dia bisa melihat wajah itu. "Tolong, jangan bersedih. Aku minta maaf," ujar Dika. "A-aku harus apa?" "Jawab aku, Sera," kata Dika. Sera masih saja terisak. Kenapa Dika jago sekali membuat air mata Sera terjatuh?Dengan perlahan, lelaki itu membawa Sera dalam dekapannya. Dia mengusap punggung mungil itu. "Maaf, Sera. Berhentilah menangis. Aku salah, aku salah, Sera.""Ma-afkan aku, M-mas--" ucap perempuan itu terputus. Sera tak sanggup berkata. Dia hanya ingin menangis saat itu. "Tidak, kau tak salah. Aku yang salah. Aku membencimu sedari
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

78. Lia Datang ke Rumah

2 minggu berlalu. Dika baru saja tiba di kantor. Dan dia sudah menerima panggilan masuk. Sambil masuk ke dalam lift, lelaki itu menjawab panggilan dari orang terkasihnya. "Assalamualaikum, Mas. Siang nanti mau aku bawakan masakan apa?""Waalaiakumsalam, oh, ya, aku lupa bicara, ya. Bawakan aku sup saja seperti biasa," sahut Dika. "Baiklah, aku hanya ingin menanyakan itu saja. Semangat kerjanya, Mas," tutur Sera. "Iya, hati-hati saat ke sini," tutur Dika. "Assalamualaikum," salam Sera."Waalaikumsalam, Sayang," ucap Dika. Panggilan itu berakhir. Dika menaruh ponsel kembali ke dalam saku jas. Dia menunggu beberapa saat sampai loft itu berhenti. Saat sudah berhenti dan pintu lift terbuka, dia segera keluar segera masuk ke ruang kerjanya. Sebelum duduk, dia melepaskan jas dan menggantungnya di tempat tersedia. Lelaki itu duduk, helaan napas pelan terdengar. Senyumnya terbit. Bagaimana tidak senang? Jika pagi tadi s
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

79. Pelukan : Tak Perlu Takut

Sera terisak di atas ranjangnya. Tubuh itu tertutup rapat oleh selimut. Apa ini salahnya menerima perjodohan yang sudah terjadi? Sera sendiri tak tahu kalau dia menikahi pria yang sudah memiliki kekasih. Sera merasa pusing. Kepalanya begitu berat. Lagi-lagi dia kembali menyalahkan dirinya karena telah datang di tengah-tengah kehidupan Dika dan Lia. Sera sudah terjebak atau termakan ucapan Lia. Bukankah dia menikah sudah kehendak Tuhan? Bukan salah Sera hadir terlambat, dan datang di tengah hubungan Dika dan Lia. Lia tak bisa menyalahkan Sera. Karena Dika juga menyembunyikan hubungannya dari kedua orang tuanya. Dan mau menerima perjodohan itu. Kalau gitu, salahkan saja Dika. "Mas... apa aku harus cerai denganmu?""Aku takut sesuatu terjadi pada orang tuaku, Mas.""Tapi, aku tak bisa membuat pilihan."Sera mengusap air matanya, tapi itu mengalir lagi, "aku sudah bahagia memiliki kamu yang mulai mencintaiku. K
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

80. Dika Menangis

"Sayang," panggil Lia. "Hm, apa kau lelah?" tanya Leon. "Apa kau butuh sesuatu? Tas atau handphone?" tanya Leon lagi.Leon memang pria kaya raya yang akan memberikan apa saja untuk wanita yang dicintainya. Namun, risikonya adalah satu. Perempuan itu harus mau tidur dengannya. Dan itu yang sedang Lia lakukan. "Boleh aku minta tas?" tanya perempuan itu. "Ada keluaran baru loh," ujar Lia. Wanita yang tengah merebahkan diri dilingkupi selimut sembari memainkan ponsel di atas ranjang melihat online shop itu terkejut saat pria yang duduk di sofa tadi sudah berpindah dan memeluknya dari belakang. Leon semakin menempeli tubuhnya. Tangan kekarnya itu dengan berani bermain di perut Lia. "Sayang, aku ingin main," Leon dengan mudah mengecup bahu Lia yang terekspos karena wanita itu juga hanya mengenakan tanktop tipis. Siapa pria yang tidak tertarik jika ditawari hal seperti ini?"Tinggalkan ponselmu itu," ucap Leon. Lia memejamkan mata.
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status