All Chapters of Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO: Chapter 41 - Chapter 50

119 Chapters

41. Mulai Gila

Karena kejadian tangisan semalam, pelukan yang terjadi begitu saja secara naluriah, membuat seorang pria yang berdiri di depan cermin yang sedang memakai dasi itu tak fokus. Bagaikan mimpi, namun hal itu nyata dia dan perempuan itu alami. Ada yang aneh dengan hatinya. Entah kenapa dia merasakan ikut merasakan tenggelam dengan tangisan perempuan tersebut.Menggeleng, Dika kembali memakai dasi tersebut dengan cepat. Dia menarik tas berisi dokumen yang berada di atas ranjang. Keluar dari kamar seraya mengunci pintu, Dika segera menuruni anak tangga. Dan ekor matanya menatap di meja makan terdapat banyak makanan. Menghampiri, Dika menjelajahi pemandangannya. Mencari keberadaan perempuan itu. Diliriknya jam di pergelangan tangan menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Ke mana perginya Sera? Pagi hari sudah tidak ada.Dika duduk, ia meneguk saliva. Tidak ada yang salah jika dia makan masakan tersebut. Lalu, Dika mendapati kertas kecil berisi note.Maaf dan terima kasih untuk semalam. – Sera.Ken
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

42. Sidik

“Ambil!” tegas Dika, dia menyodorkan kartu debitnya. Masih saja berkutat di sana. Tidak selesai masalah kartu debit saja. “Untuk apa, Mas?” tanya Sera. “Gunakan apa saja yang kamu mau, aku tidak ingin dicap tidak memberi nafkah,” kata Dika seraya memasukkan dompet miliknya. Kartu itu sudah dipegang Sera. “Jika kau tak mau berhutang, berikan aku makan siang di kantor,” ujar Dika seraya berjalan pergi menuju keluar rumah. “Kau akan memakan masakanku, Mas?” tanya Sera membalikkan badan. Dika berbicara memunggungi dirinya. “Tak usah banyak tanya, aku sudah telat,” jawabnya. Sera tersenyum tipis. Apa itu artinya Sera sudah mendapatkan celah? Dan apa Dika sudah mulai menyukai masakan Sera? Dika masuk ke dalam mobil, lelaki itu segera pergi menuju kantor. Di depan rumah seseorang memperhatikan kepergiannya. Ya, itu Sera. Sera tak bohong bahwa ada perasaan senang dalam dirinya. Usai suaminya berangkat, Sera masuk ke dalam rumah. Sera mendapatkan panggilan dari orang yang mengurus masalah pe
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

43. Sedikit Peka : Diberi Jas

Sesuai janji, sebelum jam 12 siang, Sera sudah tiba di kantor Dika untuk mengantarkan makan siang. Ini mungkin adalah hal yang baik untuk rumah tangganya ke depan. Apapun yang suaminya pinta Sera akan lakukan selagi itu untuk kebaikan. Dan ini tak pernah terpikir bahkan terjadi. Sera sudah tiba di depan ruang Dika. Mengetuk pintu, dia tersenyum tipis, rasanya begitu deg-degkan. Padahal dia bukan mau presentasi. Sera menunggu lantaran tak ada sahutan dari dalam. Dia melirik makanan yang ia pegang di tangan kanan. Menoleh ke arah kanan dan kiri yang terasa sepi. Mengetuk pintu lagi, Sera tak mendapatkan jawaban. Apa Dika masih sibuk? Apa dia tidak ada di ruangannya? Bukankah Dika sendiri yang meminta diantar makan siang? Lantas, di mana dia? Ah, Sera lupa menanyakan pada staff di depan. Seharusnya dia bertanya lebih dahulu. Tidak langsung menuju ruang Dika begitu saja. Bisa saja CEO itu sedang berada di luar kantor bertemu dengan klien. “Ya, tapi kau hutang cerita padaku,” ucap seseor
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

44. Plester

Setibanya di pondok, Sera menjadi bahan perhatian beberapa pegawai panti yang melihat pasangan itu hadir. Sementara itu, Sera jadi sibuk melihat dan memperhatikan dirinya yang terbungkus dengan Jas Dika yang meski kebesaran di tubuhnya tetap terlihat cocok. Bukan sekedar cocok, Sera juga merasa nyaman. Bolehkan dia jujur bahwa saat ini hatinya tidak baik-baik saja lantaran dia terlalu senang? Entah lagi-lagi lelaki itu bersikap manis di depan orang lain karena sandiwara atau tidak, namun genggaman tangan Dika yang tiba-tiba membuat Sera semakin terasa dia butuh banyak pasokan oksigen. Dia seperti terkena serangan jantung. Seorang pria dengan jubah putih, memakai kopiah menghampiri Dika serta Sera. Menyapa dengan santun, orang itu membawa Sera beserta Dika menuju keluarga besar. Kali ini detak jantungnya yang berpacu cepat itu bukan karena disebabkan oleh Dika, tapi Sera itu karena takut akan keadaan sang papa, dia juga ingin menangis seketika. Padahal dia belum melihat wujudnya. Dika
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

45. Pondok Pesantren : Menjenguk Sidik

Hap! Dika menggenggam tangan Sera yang tengah mengobati luka di dahinya. Terjadi keheningan yang cukup lama di antara keduanya. Senyap, manik mata mereka saling beradu. Debaran jantung Sera berdetak tak karuan. Bagaimana mungkin dia bersikap biasa saja ketika yang ditatap di depannya adalah Dika Purnama, CEO HOTEL CITRA QUEEN. Pria itu sangat tampan dua kali lipat saat dilihat dari dekat. Tidak, kenapa Sera menjadi gila seperti ini? Sadar, Sera menarik tangannya dari Dika. “Kenapa kau mau mengobati lukaku?” tanya Dika. Keduanya saling berjarak, duduk di kursi dengan normal. Sera sesaat menoleh ke jendela kaca mobil. “Apa yang salah jika aku mengobati lukamu?” tutur Sera. “Aku sudah jahat denganmu,” sadar Dika mengatakan hal itu. Sera bergeming. Dia menaruh sisa plester di dashboard. “Kita harus ke pondok sekarang, lukamu juga sudah selesai diobati,” ujar Sera. Dia mengalihkan pembicaraan. Dika akhirnya menyalakan mesin mobil kembali. Sera menunduk. Dia tidak pernah salah untuk b
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

46. Mencari Sera

Faktanya, Dika memang sedang berada di pondok pesantren bersama Sera. Tapi, apa itu juga artinya Dika lebih memilih Sera daripada Lia? Itu tidak menjamin kan? Selesai. Pembicaraannya dengan Lia benar-benar selesai. Dan Dika tak membuka suara atas pertanyaan Lia karena perempuan itu sudah dimakan amarah. Sambungan itu dimatikan oleh pihak wanita. Salah Dika yang tidak dapat menepati janji. Padahal sudah jelas dia yang mengajak untuk makan malam. Tapi, justru sekarang dia berada di pondok pesantren. Hm, Dika melangkahkan kaki. Sudah terlalu lama dia berdiri di sana. Dan sudah terlalu lama juga Sidik dan keluarganya menunggu. Kepala Dika rasanya ingin pecah. Lia marah padanya. Sambil berjalan dengan wajahnya yang ketus dan datar, lelaki itu tak berpikir bahwa Sera belum kembali ke rumah. Dia mana tahu kalau Sera tengah menangis akan sikapnya. Apakah Dika terlihat tertarik untuk peduli? Untuk mengatakan terima kasih dengan tulus saja dia kesulitan. ***"Cih, menyebalkan!" wanita itu men
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

47. Perubahan Kecil dari CEO

"Sebaiknya sekarang kita sarapan," tutur Sera mengalihkan pembicaraan. Dika terdiam dengan ekspresi wajah datarnya. Dika semalam memang menemui Sera yang dia dapatkan dari dering telepon itu. Dia melihat Sera berada di depan pintu ruangan entah habis menemui siapa. Habis itu, mereka berdua tak banyak bercakap. Sera juga langsung berjalan menuju rumah singgah lagi. Dan Dika tak bertanya banyak padanya. Sekarang, ia penasaran kenapa Sera semalam bisa pulang telat. Sementara itu, Sera tak berani membuka suara kalau dia habis menangis. Lantaran dia sakit hati dan cemburu. Dika menyuruhnya kembali pulang ke rumah lebih dahulu. Sementara dia sendiri asyik menelepon kekasihnya. Mana mungkin Sera berkata jujur pada pria itu. Yang ada Dika semakin merendahkan dirinya. Pada akhirnya, Sera paling tidak bisa mengakui perasaannya terhadap Dika. Kecemburuannya biar dia simpan sendiri. Sera jalan sembari membawa jus yang dia pegang. Lalu, saat Sera berada di dekatnya, Dika berkata, "biar aku yan
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

48. Sementara : Memilih Tinggal di Pesantren

"Sera, bagaimana soal pembantu? Apa kamu sudah memiliki kandidat?"Ya, dahulu Karina sudah ingin mempersiapkan, tapi lebih baik diserahkan pada Sera dan Dika saja. Sera lantas menggeleng, jujur saja dia belum tahu akan menyewa pembantu atau tidak. "Dika," panggil Karina. Lelaki yang duduk sedikit jauh dari posisi mereka itu dipanggil. Dika pun bangkit dari sofa. "Ya?" ucap Dika. Karina menyuruhnya untuk duduk. Akhirnya, Dika duduk di samping Sera. "Apa kalian belum menyiapkan asisten rumah tangga sampai saat ini?" ulang Karina. "Dulu memang Mama serta papa ingin mempersiapkan untuk kalian. Hanya saja, jika nanti kurang cocok itu tidak baik juga untuk ke depannya. Jadi, apa keputusan kalian?"Sera menoleh pada Dika yang tetap duduk tegap tak melihat ke arahnya. Mereka bahkan tak membicarakan atau menyinggung soal pembantu sama sekali. "Saat kalian tak ada di rumah, adanya asisten rumah tangga sangat bermanfaat. Mereka bisa merawat rumah dengan baik," jelas Karina. "Dika akan segera
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

49. POV SERA : Tak Ingin Ada Sandiwara

Aku tidak mengerti akan perubahan sikap Mas Dika. Tidak ingin berpikir negatif, namun terkadang Mas Dika sendiri yang selalu tidak peduli dengan keadaanku. Sekarang, aku merasa sangat aneh apa bila dia melakukan sesuatu untukku. Rasanya ada yang janggal. Apapun yang dia lakukan, itu hanya karena untuk menjaga citranya sebagai suami yang baik terhadap istrinya. Dan kali ini, mungkin Mas Dika bertahan di pesantren pun bukan karena diriku. Namun, memang itu karena atas perintah kedua orang tuanya. Dia terpaksa untuk tetap tinggal. Lagi-lagi aku tidak harus banyak berharap pada suamiku. Di satu sisi aku senang dia berada di dekatku. Itu artinya, ada banyak waktu yang bisa kita habiskan bersama. Di sisi lain, aku berpikir bahwa hati dan pikiran Mas Dika tidak seutuhnya mengarah kepadaku. Kenyataannya ada orang lain yang Mas Dika pikirkan. Maka, bukankah sangat wajar jika aku bertanya-tanya tentang kehadirannya di sini?***"Mas, jika kamu memang tidak ingin menetap di pesantren. Kamu bis
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

50. Sera Mimpi Buruk

Tidak. Setelah hari itu, malam di mana Sera tertidur nyaman dipelukan Dika, tak ada lagi pesan atau telepon dari orang atau nomor asing tersebut. Itu pertama dan terakhir kalinya. Dan Sera berharap hal itu tidak datang lagi padanya. Ia akan amat sangat bersyukur bila itu benar-benar terjadi. Sera tidak ingin ada yang mengusik kehidupan pribadinya maupun keluarganya. Entah kenapa Dika merasa lega jika hal itu tidak menimpa Sera lagi. Semenjak tinggal di pesantren, dia tidak ingin bersikap kasar kepada Sera. Panik jika wanita itu ada di sekitarnya. Rasanya kosong ketika dia sedang sendiri. Dika fokus menyetir untuk sampai di pasar. Dia sudah mengajak Sera ke supermarket, namun Sera menolak. Dan bicara kalau di pasar pun sayuran tak kalah segar dan juga kualitas baik. Dika mengalah dan turun ke lapangan menemani Sera.Sera masih saja tak percaya dengan kejadian beberapa hari ke belakang. Bahwa, dia bisa melaksanakan salat berjamaah dengan CEO cu
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status