Semua Bab Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO: Bab 31 - Bab 40

119 Bab

31. Harus Bersyukur!

Tidak. Tidak seharusnya Dika terjebak pesona wanita tersebut. Wanita itu yang sudah mengacaukan dirinya dan juga kekasihnya. Dika tidak boleh memikirkan perempuan itu berlebihan. Sekarang dia harus fokus pada pekerjaan. Melupakan kejadian beberapa hari lalu tentang ketidaksengajaan dirinya yang menarik Sera demi ponsel miliknya. Dan tentang pelukan itu, dia harus menganggap itu tidak pernah terjadi. Sekarang, setumpuk dokumen di atas meja mesti dikerjakan. Tangannya digerakkan untuk pemanasan. Meregangkan jari-jemari juga. Layar laptop sudah dinyalakan. Dika siap dengan pekerjaannya. Lelaki itu sangat tampan duduk di kursinya dengan postur tubuh yang duduk tegak. Jas yang begitu rapi, jas yang tanpa Dika ketahui itu adalah hasil Sera setrika dengan tangannya sendiri. Beberapa deadline mesti diselesaikan hari itu. Namun, terkadang pria itu tidak begitu memedulikan dan menyuruh tangan kanannya alias Fendi yang turun tangan. Sementara dirinya pergi mencari tempat untuk bermesraan dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-26
Baca selengkapnya

32. Sera Capek...

"Assalamualaikum semua." Pintu terbuka lebar. Bukan, itu bukan suara Sera. Melainkan suara Dika. Keduanya sampai dengan senyum yang terbilang cerah. Tak hanya itu, Karina dan Deri yang menyambut kedatangan mereka pun turut tersenyum bahagia saat melihat keduanya muncul saling berpegangan tangan. Mashaallah, itu pemandangan yang luar biasa indah bukan? Namun, di balik itu semua Sera tidak benar-benar merasakan keindahan tersebut. Sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah, saat turun dari mobil, Dika bahkan tak ada niat membuka pintu untuk Sera. Saat turun, lelaki itu memarahinya berjalan terlalu lelet. Dan konyolnya lagi, Sera hanya disuruh diam saat tiba-tiba tangan Sera digandeng seperti saat ini. "Waalaikumsalam, mashaallah kalian serasi sekali," puji Karina. "Wah, Sera, kamu cantik sekali, Nak. Pakaian ini cocok untukmu," sambung Karina jujur dengan seraya mengusap lengan Sera. "Mas Dika yang memilihkannya, Ma," ujar Sera tersenyum tipis. "Oh ya? Benar begitu Dika?" Karina menga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-27
Baca selengkapnya

33. Dika Mencari Lia

“Mas Dika, maaf aku ada urusan mendadak, jadi aku harus pulang lebih dahulu, mas tidak marah kan?” Dika menyahut, “tidak, Mas mana bisa marah sama kamu.” “Kamu di mana sekarang?” “Aku sedang izin, Mas. Tiba-tiba aku tidak enak badan,” jawab wanita itu di seberang telepon. “Sebetulnya aku merindukanmu,” aku Dika. “Maaf, ya.” “Iya, Sayang. Kita bisa ketemu nanti,” ucap Dika. “Ya sudah, Lia matikan ya teleponnya, bye Mas Dika…muach!” “Bye Lia!” Dika mengacak rambutnya frustrasi. Dika berpikir kalau Lia tak mau menemui dirinya karena masalah atau pertengkaran besar kemarin. Kalau saja perempuan itu tidak pulang dalam situasi dia yang sedang bersama sang kekasih, mungkin semua aman-aman saja. Dia menaruh ponselnya di atas meja dengan sedikit dilempar. Dia malas pulang, lalu Lia juga tak bisa menemuinya. Apa dia tidur di apartemen saja? Ya, itu keputusan yang tepat! – Pikir Dika. Keadaannya saat ini sedang tidak baik. Jika dia bertemu wanita itu lagi yang ada hanya menambah emosi semat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-28
Baca selengkapnya

34. Melihat Sera Mengaji

Sera baru saja tiba di rumah pukul jam 8 malam. Acara kajian yang dia ikuti sebetulnya hanya beberapa jam saja. Namun, dia juga harus mengurus mengenai perbutikan. Sejujurnya, Sera mengalami kebingungan perihal lokasi. Dia ingin mengambil lokasi yang jauh dari rumahnya. Namun, takut jika terjadi sesuatu dia tidak bisa datang cepat. Sera masuk ke dalam kamar segera membersihkan diri dan juga beristirahat. Sera merasa lapar. Karena tak ada bahan masakan, akhirnya dia memutuskan membuat nasi goreng sederhana saja dengan diberi telur mata sapi. Alasannya, dia belum belanja bulanan. Mensyukuri apa yang ada, Sera memakan nasi goreng seorang diri. Lagi pula, siapa yang bisa diajak makan? Sang suamikah? Oh, tidak! Sepertinya itu hanya akan jadi khayalan semata. Mana mau Dika makan bersamanya. “Sial!” umpat lelaki itu ketika membuka lemari pendingin, namun tak ada apa-apa di sana. Dia mengusap perutnya yang terasa lapar. Sepulang kerja dari kantor dia tak makan di luar, memilih langsung pul
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-29
Baca selengkapnya

35. Makan Malam Bersama?

“Aku tidak berbohong, Mas!” sungut wanita itu. “Alah, kau pikir aku ini bodoh?!” teriak Dika.“Terus ini apa? Hm?” Dika mengeluarkan ponsel. Menunjukkan foto di mana wanita yang sedang ia ajak bicara di dalam foto tersebut tengah bersama pria lain di sebuah restoran. “Apa ini?” desak Dika. Lia, wanita itu meneguk saliva. ‘Dari mana Mas Dika mendapatkan foto itu?’ batin Lia.“Mas…,” ucap Lia. “Dari mana kau mendapatkan foto itu?” ujarnya. Lia menggeleng, “kau salah paham, aku bisa jelaskan,” sambungnya. Lia tidak tahu kalau Dika sampai sebegitunya terhadap dirinya. “Jadi… kau mencari tahu tentangku selagi aku tidak bersamamu, Mas?” kernyitan di dahinya terlihat.Lia menyipitkan matanya. Menunggu kekasihnya itu menjawab. “Iya, Mas?” tanya Lia. “Kau tidak percaya padaku?”Keadaan kali ini berbalik. Lia kembali menyerang Dika. “Kenapa kau melakukan itu padaku? Orang di foto itu hanya temanku, Mas. Teman lama! Kami tidak sengaja bertemu!” Lia mendorong Dika dengan jari telunjuknya.“Kau ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-01
Baca selengkapnya

36. Menunggu Kepulangan

Flashback on* “Jadi, apa foto itu hanya kau rekayasa?” Ya, Dika mengakui kalau dia menyuruh orang lain yakni sekretarisnya untuk mengikuti Lia karena beberapa waktu gadis itu sering tak dapat dihubungi. “Apa yang kau katakan?” sebut Fendi. “Ah, tidak, maksudku apa yang Pak Dika katakan?” “Santai saja, kau bisa bicara santai padaku, tidak ada orang lain di sini,” sahut Dika. Baiklah, kali ini sepertinya mereka melupakan status mereka di kantor sebagai atasan dan bawahan. “Aku sungguh memotretnya bersama pria lain. Aku tidak merekayasa. Lagi pula kenapa kau penasaran dengan keseharian wanita itu? Kau… jangan bilang kau menyembunyikan sesuatu dariku?!” Fendi terkejut sendiri. “Sttt!” “Kau bisakan tidak berteriak seperti itu?” tutur Dika. Lelaki itu mengusap kepala belakangnya. ‘Sepertinya tidak masalah jika aku mengatakan ini semua kepadanya. Aku juga sedang butuh solusi,’ batin Dika. “Aku akan jujur dan ceritakan semua padamu, tapi kau bisakan jaga rahasia? Kita sudah lumayan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-01
Baca selengkapnya

37. Menunggu Hal yang Sia-Sia

Dika hanya memberikan harapan palsu untuk Sera! Belum lama Dika memberinya kartu debit secara tiba-tiba yang membuat perasaan Sera tumbuh membaik, sekarang kabarnya justru tidak Sera ketahui. Tidak pulang ke rumah, ponselnya juga tidak aktif. Sera begitu khawatir. Apa lelaki itu benar-benar baik keadaannya? Apa yang Dika alami di luar sana? “Aw!” pekik Sera karena terkena cipratan minyak. Ya, dia tengah memasak. Ia buru-buru mengangkat ayam goreng di atas penggoreng tersebut. Sera tidak hati-hati, dia terlalu banyak melamun. Hari ini, malam ini dia tetap memutuskan masak untuk makan malam. Mencoba mengukir kembali kisah manis seperti kemarin. Seperti biasa, perempuan berhijab itu menata makanan di atas meja dengan rapi. “Sera, untuk mempertahankan rumah tanggamu kau harus kuat dan banyak-banyak sabar!” ujar Sera, tersenyum menatap makanan-makanan di atas meja. Sera lega dia sudah menyelesaikan dengan baik. Dia harus tetap berpikir positif, Sera harus yakin kalau hari ini Dika akan p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-02
Baca selengkapnya

38. Tidak Tahu Terima Kasih

Lupa! Dika lupa membawa berkas penting dari rumahnya. Dia begitu bodoh. Mengumpat dalam hati, Dika menghela napas. Mau tak mau dia menghubungi orang rumah, yang tak lain adalah Sera. Dika tak dapat kembali ke rumah karena sudah dekat dengan kantor. Berkas itu juga akan disampaikan dalam rapat siang ini. Kemarin dia makan malam bersama dengan perempuan lain, menyuruh istrinya makan sendiri. Sekarang? Di saat darurat, dia tetap meminta pertolongan Sera. Pria aneh! Menyebalkan sekali pagi harinya. Dika menempelkan benda pipih berlogo apel itu ke telinga kanan, tangan kirinya digunakan untuk memegang setir mobil. Panggilan itu berdering, Dika bergeming sementara, sampai terdengar suara salam dari seorang wanita. “Assalamualaikum, Mas?” salam Sera. “Bawakan berkasku ke kantor sekarang,” sahut Dika. Bukan menjawab salam, dia langsung menyuruh Sera begitu saja. Tak sopan! Sera lantas menyahut, memberikan Dika sedikit ceramah, “Mas, tidak bisakah kamu menjawab salam terlebih dahulu? Apa me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-02
Baca selengkapnya

39. Mengembalikkan Kartu Debit

“Astagfirullah, Mas!” sebut Sera. “Kenapa kau berbicara seperti itu?” beo Sera. “Tidak sama sekali, Mas!” aku Sera. Untuk apa ongkos pulang? Dia masih bisa memakai uang pribadinya. “Lalu apa?” tanya Dika. Lelaki itu menutup berkas dengan keras sampai terdengar bunyi. Berdiri, lalu menatap Sera dengan sinis. “Pergi kau dari ruangan ini!” usir Dika. “Iya, aku akan pergi,” ujar Sera. Dia menundukkan kepalanya. Dika sudah tak mengharapkan kehadirannya, tugasnya mengantarkan berkas pun sudah selesai. Jadi, tak ada yang perlu Sera tunggu. Terlebih lagi kata terima kasih yang pasti tidak akan Dika ucapkan. Dia melangkahkan kaki untuk pergi dari ruangan tersebut. Sera membalikkan badan kembali, mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Lalu, berjalan menuju meja Dika. Kartu debit itu dia taruh di atas meja, “aku tidak membutuhkannya.” “Apa maksudmu mengembalikannya?” tanya Dika. “Aku pamit,” lirih Sera. Sera keluar dari dalam ruangan dengan perasaan tersakiti. Kenapa Dika sama sekali tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-04
Baca selengkapnya

40. Apa Dika Goyah?

Sudah hampir gelap, Sera tak juga dapat taksi. Sialnya lagi ponselnya mati. Namun, ia tetap bersabar menunggu kendaraan yang lewat. Dia tidak tahu kalau area di sana jarang dilalui kendaraan umum. Sera duduk di halte seorang diri. Ia melihat ke kiri serta kanan, tak ada kendaraan yang lewat. Seharusnya dia tadi memesan taksi sebelumnya. Sera mengaku kalau dia melakukan kebodohan. Dan dia akan pulang telat malam ini. Sementara itu, seseorang yang tengah duduk di meja kerjanya itu tengah memijat pelipisnya. Dia membuka kacamata yang dia kenakan dan menaruhnya di atas meja. Saat ini pria itu tengah lembur. Tidak, lelaki itu tidak sedang di kantor. Tetapi, sudah pulang ke rumah. Namun, melanjutkan pekerjaannya di rumah. Di ruang kerja di mana dinding itu dilapisi cat berwarna abu-abu. Terdapat lemari beserta deretan buku-buku berjejer. Tempat ruang kerja yang nyaman itu didekorasi langsung oleh Dika sendiri. Dia ternyata termasuk pria yang rapi dan memiliki gaya tersendiri. Lelaki itu m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status