"Maaf, ya ampun, saya mencari Pak Rizal dan adik ini. Mohon maaf, ini sepertinya janin Bu Novi harus diangkat," seorang dokter dan perawat, tiba-tiba saja menyela percakapan antara Dio dan Bang Rizal. Aku dan Kang Jaya pun ikut terkejut juga. Apalagi kabar yang dibawa oleh beliau bagaikan hujan uang di depanku. "Ya Allah, bayi saya, Dok?" tanya Rizal tidak percaya. Hati ini bagaikan dicubit saat melihat ekspresi kecewa, sedih, yang diperlihatkan oleh Rizal. Mengapa ia bisa begitu peduli pada bayi Mbak Novi, sedangkan saat bayiku ....""Mbak, ayo, pergi! Nama saya muncul di layar!" Kang Jaya langsung menarikku untuk segera pergi dari Rizal. Padahal aku ingin mendengar kabar gembira itu lebih lanjut. "Yang namanya bayi tetap tidak berdosa, Mbak. Yang salah itu orang tua. Sudah dengar tadi istri tua Bang Rizal harus diangkat janinnya. Berarti sudah satu sama mereka berdua mendapatkan karmanya. Kita tidak boleh dendam. Cukup balas dengan cantik." Kang Jaya mengedipkan matanya, tepat di
Read more