Accueil / Romansa / Pesona Ibu Susu Anakku / Chapitre 61 - Chapitre 70

Tous les chapitres de : Chapitre 61 - Chapitre 70

111

61. Apa tujuannya?

"Bu Lily?! Mau ngapain Ibu ada di sini??" tanya Jenny seraya menyingkirkan tangan Lily dari kepalanya.Apa yang dilakukan Jenny itu akhirnya membuat Lily mendapatkan beberapa helai rambut. Dan wanita itu langsung mengenggam dengan erat, khawatir kalau sampai terbang."Ibu mau ngapain ada di sini?" tanya Jenny sekali lagi dengan rasa penasarannya. Seketika dia jadi Dejavu, mengingat pertemuannya dengan Soraya di sekolah.Dan apakah kedatangan Lily di sini ingin memintanya pergi meninggalkan Jakarta juga? Itulah yang saat ini ada dalam benaknya."Aku hanya iseng kok, mau lihat-lihat sekolah ini. Eh nggak taunya kamu ternyata sekolah di sini," kata Lily beralasan, kemudian melangkah pergi begitu saja.Jenny mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung dengan sikap dan tingkah Lily yang akhir-akhir ini menurutnya sangat mencurigakan. 'Kenapa dengan Bu Lily? Aneh banget dia ini. Padahal hari ini 'kan sidang pertamanya Bu Raya dan Pak Bima ... tapi kenapa dia nggak ikut menghadiri? Malah mili
Read More

62. Tes DNA

Sama seperti Lily, Erwin juga datang ke sana dengan tujuan yang sama, yaitu untuk melakukan tes DNA antara Kaila dan Bima.Setelah berhasil mendapatkan beberapa helai rambut Kaila, Erwin menyarankan kepada istrinya untuk mencari sampel rambut Bima. Dan tempat yang paling mungkin adalah sisir yang Bima gunakan.Erwin ingat, Bima memiliki kebiasaan unik sejak kecil, yaitu rambutnya yang mudah rontok saat disisir.Jadi, mendapatkan sampel dari Bima tidak perlu repot-repot menarik rambutnya secara langsung. Cukup dari sisir milik Bima sendiri, dia bisa mendapatkan rambut Bima yang rontok. Dan yang pasti, itu adalah rambut Bima yang baru saja selesai mandi pagi tadi."Hasil tes DNA-nya akan keluar seminggu atau dua mingguan lagi ya, Pak," kata Dokter itu memberitahu."Baik, Dok." Erwin mengangguk. "Tapi tolong rahasiakan masalah ini pada siapa pun, ya? Apalagi jika ada yang tanya-tanya kepada dokter.""Baik, Pak."Setelah itu, Erwin pun pamit keluar dari sana. Lily yang melihatnya segera b
Read More

63. Korban pemerkosaan

"Saya tau, tapi biar terdengar sopan saja," jawab Budi, lalu ikut masuk ke dalam mobil dan mengemudi."Panggil Jenny saja sudah cukup sopan kok, Pak," balasnya. "Dan ohya, Pak. Bagaimana sidang pertama Pak Bima dan Bu Raya? Apa sukses?""Saya kurang tau, Nona. Nona bisa tanyakan langsung nanti kepada Pak Bima kalau dia sudah pulang kerja.""Ih Pak Budi, kan aku udah bilang tadi buat panggil Jenny saja." Jenny terlihat tidak suka. Karena menurutnya, panggilan 'Nona' itu terdengar tidak cocok untuknya. Jenny cukup sadar diri."Maaf, tapi Pak Bima yang meminta. Karena walau bagaimanapun... Nona ini 'kan istrinya Pak Bima."Budi berbicara apa adanya. Benar Bima yang meminta untuk mengubah panggilan itu. Mungkin kalau Nyonya terdengar dewasa, apalagi Ibu. Akan lebih bagus panggil Nona saja, karena itu sesuai dengan umur Jenny yang masih belia."Ya udah, terserah kamu Bapak saja." Jenny yang tak mau mengambil pusing akhirnya menyetujuinya.**Sesampainya di apartemen, Jenny terkejut melihat
Read More

64. Suami baru Bu Lily

Reaksi Bima dan Weni sungguh wajar, mengingat betapa mengejutkannya pengakuan Jenny karena selama ini perempuan itu banyak menutupi masa lalunya. "Jen ... cepat beritahu aku!" desak Bima dengan nada tegas, ingin tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi."Eh, Pak. Tapi itu udah masa lalu." Jenny langsung menarik tangan Bima, mencoba meredam keingintahuan Bima yang semakin memuncak."Masa lalu?!" Bima tampak bingung. Dia mengerutkan dahinya, berusaha memahami apa yang dimaksud Jenny. "Apa maksudmu itu adalah alasan dimana kamu hamil, Jen?""Iya." Jenny mengangguk cepat, menatap Bima dengan tatapan sedih."Kenapa kamu nggak cerita padaku dari awal, Jen? Dan siapa orangnya?" Bima bertanya dengan nada yang semakin tegas."Aku udah nggak mau membahasnya lagi, Pak." Jenny menggeleng cepat, mencoba menghindari pertanyaan Bima. "Itu sudah masa lalu.""Enggak ada istilah masa lalu tentang kasus pemerkosaan, Jen," ucap Weni penuh dengan kepedulian. "Aku yakin kamu pasti mengalami trauma selam
Read More

65. Menghajarnya sampai mati!

"Dia suami barunya Bu Lily, Om Lukman.""Om Lukman?!" Bima dan Eka berseru bersama-sama, terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar."E-eh, kamu serius, Jen?" tanya Eka dengan perasaan yang masih terkejut."Iya, Bu," Jenny mengangguk. "Dia orangnya.""Kurang ajar!!!" geram Bima. Emosinya tiba-tiba meluap, naik ke permukaan.Kantong plastik yang sedari tadi dia pegang langsung dijatuhkan. Dan ternyata isinya adalah beberapa buah apel merah. Tanpa ragu, Bima berdiri dan berlari keluar dari apartemennya.Melihat itu, Jenny yang tampak panik segera berlari mengejar Bima."Pak Bima mau ke mana?" tanya Jenny, tapi Bima sudah masuk ke dalam lift lebih dulu dan pintunya segera tertutup. "Apa Pak Bima mau pergi ke rumah Bu Lily dan menemui Om Lukman?" tebaknya dengan penuh tanda tanya. Jantungnya pun tiba-tiba berdebar kencang. "Apa tindakanku tadi salah? Bagaimana kalau nantinya ada masalah? Aku takut.""Kamu nggak salah apa-apa, Jen," kata Weni yang tiba-tiba datang dan merangkul bahu J
Read More

66. Kepentingan pribadi

"Karena dia adalah orang yang telah memperkosa Jenny, Ma!!" jawab Bima seraya berteriak."APA?! Memperkosa Jenny?!" Lily sontak membelalakkan matanya. Dia yang tampak terkejut langsung menatap ke arah Lukman hang baru saja berdiri. Namun, pria itu dengan cepat menggelengkan kepalanya."Itu sama sekali nggak benar, Yang!" tegasnya membela diri. "Pasti si Bima ini habis dihasut oleh Jenny, karena yang sebenarnya kamu sendiri tau 'kan ... kayak gimana?!""Berhenti bicara omong kosong bajingaan!!" geram Bima. "Aku akan mencari bukti-bukti yang akan memberatkanmu!! Kupastikan kau akan mendekam didalam penjara!" tambahnya mengancam."Usir Bima dari sini, Pak!" perintah Lukman kepada satpam."Baik, Pak." Satpam itu mengangguk, kemudian menyeret Bima untuk keluar dari sana meskipun dengan bersusah payah sebab pria itu sempat memberontak."Apa Papa baik-baik saja?" tanya Soraya dengan khawatir. Dia mendekat ke arah Lukman lalu menangkup kedua pipinya."Iya, Papa baik-baik saja kok, Ray." Lukma
Read More

67. 3 Permintaan

"Iya, Bud. Kasihan banget 'kan si Jenny. Aku harus membantunya. Dia harus mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya.""Apa Jenny memberitahu, siapa pelakunya? Kalau sudah tau mending kita langsung seret dia ke penjara saja, Pak," kata Budi memberikan usul."Kalau pelakunya dia tau, Bud. Tapi masalahnya di sini ... kejadian sekitar setahun yang lalu itu sama sekali tak memiliki bukti. Jadi pelakunya susah untuk masuk penjara.""Jenny pas diperkosa memangnya nggak langsung lapor polisi? Atau minta untuk divisum gitu, Pak?""Aku belum tanya soal ini sih, Bud. Tapi kayaknya sih enggak.""Coba Bapak tanya dulu, biar pasti. Nanti kalau informasi dari Jenny sudah jelas ... saya akan langsung menghubungi anak buah saya, Pak.""Iya, Bud. Nanti pas sampai apartemen aku langsung bertanya padanya.""Tapi ngomong-ngomong, Pak. Pelakunya siapa? Apa Jenny menyimpan fotonya?""Enggak perlu pakai foto segala, Bud. Karena pelakunya adalah Lukman.""Lukman??" Budi mengulang nama itu, tapi dia masih belum
Read More

68. Melayang-layang

Dengan rasa penasaran yang membara, Weni memutuskan untuk menempelkan telinganya ke pintu. Dia berusaha mendengar setiap suara yang keluar dari ruangan tersebut, berharap dapat memahami apa yang sedang terjadi di dalam.Namun sayangnya, meski sudah hampir setengah jam berlalu, Weni tidak mendengar suara apa pun dari dalam kamar tersebut.'Apa yang mereka lakukan di dalam sana? Kenapa nggak ada suara sama sekali?' Weni bertanya-tanya dalam hati, rasa penasarannya semakin memuncak. Jika dia berani, dia mungkin akan langsung mengetuk pintu itu. Namun, dia tidak berani melakukannya, takut akan reaksi Bima. 'Apa mungkin kamar Pak Bima memang kedap suara, sehingga aku nggak bisa mendengar apa-apa?' Weni mencoba menebak dalam hati, sambil terus memerhatikan pintu kamar tersebut.Sementara itu, di dalam kamar, Bima yang telah membawa Jenny masuk dengan lembut meletakkan tubuhnya di atas kasur. Dengan penuh kasih sayang, dia masih terus mencium bibir Jenny.Bima dengan lembut melepaskan jas ya
Read More

69. Nafkah batin

Bima memutuskan untuk mengajak Jenny sarapan di.salah satu restoran mewah miliknya di kota. Restoran tersebut terkenal dengan suasana yang elegan dan makanan yang lezat.Ketika mereka memasuki restoran, suasana yang ramai langsung menyambut mereka. Meja-meja di restoran ini hampir penuh dengan para tamu yang menikmati sarapan pagi mereka.Terdapat perpaduan antara suara percakapan yang riuh dan aroma harum dari makanan yang sedang disajikan.Restoran ini dirancang dengan sangat indah. Dinding-dindingnya dilapisi dengan panel kayu yang mewah, menciptakan suasana hangat dan nyaman.Lampu gantung cantik tergantung di langit-langit, memberikan pencahayaan yang lembut di setiap sudut ruangan. Pemandangan kota yang indah terlihat melalui jendela-jendela besar, menambah nuansa romantis.Bima dan Jenny dipandu oleh pelayan yang ramah ke meja privasi yang terletak di sudut restoran. Meja tersebut dikelilingi oleh tirai tipis yang memberikan privasi mereka. Mereka bisa berbicara dengan bebas tan
Read More

70. Jijik sekali aku sama Om!

"Jenny... tolong maafkan aku. Maafkan semua kesalahanku," ucap Lukman dengan suara lirih dan penuh permohonan. Namun, Jenny tidak melihat raut penyesalan di wajahnya. "Aku tahu kamu membenciku. Bahkan sangat membenciku. Tapi kamu nggak perlu melaporkan semuanya kepada Bima. Dia adalah orang asing, Jen.""Orang asing?!" Kedua alis mata Jenny tampak bertaut seraya berdecak. "Yang orang asing di sini adalah Om!" tambahnya sambil berbalik badan, menunjukkan ketidaksenangan yang jelas.Jenny melangkah bersama Dini, berusaha untuk melupakan pertemuan yang tidak menyenangkan itu. Namun, Lukman tiba-tiba berlari mengejarnya dan menarik tangan Jenny, hingga membawanya ke dalam dekapan."Aku mencintaimu, Jen," bisiknya pelan, tapi membuat Jenny membelalakkan matanya. Tanpa ragu, dia segera mendorong tubuh pria itu sekuat tenaga dan langsung menampar pipi kanannya.Plakkkk!!Jenny merasa jijik dan marah pada Lukman. Aksinya menarik perhatian siswa dan siswi lain yang sedang berada di sekitar mer
Read More
Dernier
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status