Home / Romansa / Pesona Ibu Susu Anakku / Kabanata 81 - Kabanata 90

Lahat ng Kabanata ng Pesona Ibu Susu Anakku: Kabanata 81 - Kabanata 90

111 Kabanata

81. Takut kita ketahun

"Mohon maaf, Nona," kata Budi menyahut. "Bukan saya nggak mau mengantar Nona. Tapi kebetulan Pak Bima sudah pulang dari kantor, terus dia bilang mau pergi ada urusan.""Urusan apa, Pak?""Ih udah deh, Jen. Kok kamu sekarang bawel? Ayok kita langsung ke rumah Pak Erwin." Weni merasa kesal dengan sikap Jenny yang semakin kepo. Segera, dia pun menarik tangan Jenny sambil menggendong tubuh Kaila.Jenny akhirnya pasrah sambil menarik napasnya dengan berat. Mungkin dia harus mengubur keingintahuannya, meskipun itu benar-benar menyiksanya sejak pagi.'Tapi semoga saja apa yang Pak Budi katakan benar. Pak Bima baik-baik saja. Ya kalau dia banyak pikiran... semoga saja hanya pikiran ringan dan bisa segera teratasi,' gumam Jenny.***Saat mereka tiba di rumah Erwin, kedatangan mereka disambut dengan hangat oleh Eka. Pada pagi hari, Bima telah menelepon dan meminta izin agar Eka dan Erwin mempersilakan Jenny, Kaila, dan Weni untuk tinggal di rumah mereka sementara waktu.Sebenarnya, Eka merasa h
Magbasa pa

82. Urusan mendesak

"Pak, ada orang, Pak. Hentikan... aahh!!" Jenny berusaha menegur Bima, tapi pria itu terus menghujamnya tanpa henti. Dia merasakan perasaan campur aduk dari ketakutan dan kenikmatan yang bertabrakan di dalam dirinya.Namun, secara tiba-tiba, ada seseorang yang menepuk-nepuk pundaknya hingga membuat Jenny terperanjat dan membuka matanya dengan cepat."Kamu tadi mimpi apa, Jen? Kok sampai mendesaah seperti itu dan menyebut 'Pak'?" tanya Weni dengan raut heran, memperhatikan Jenny yang tampak sedang mengatur napasnya naik turun. Wajah dan tubuhnya bermandikan keringat.Sebelumnya, Weni datang ke kamar Jenny dengan niat membangunkannya. Namun, saat melihat Jenny yang terlihat mengigau dan mendesaah tanpa jelas, Weni menjadi panik dan dengan kasar menepuk-nepuk bahu Jenny."Mimpi?" Jenny terkejut mendengar apa yang Weni katakan, lalu melihat sekeliling kamar mencari keberadaan Bima. "Serius, Mbak, tadi aku hanya bermimpi?""Iya. Kamu bahkan tidur sejak sore. Aku semalam sebenarnya ingin m
Magbasa pa

83. Rahasia

"Ya udah, tapi kamu udah izin sama Bima, kan?""Aahh soal itu." Jenny bingung untuk menjawab, karena teringat ucapan Lily. "Dari kemarin kebetulan Pak Bima susah buat dihubungi, Bu. Dia juga belum sempat pulang. Jadi aku nggak enak minta izinnya, takut dia sibuk. Lagian aku perginya nggak akan lama kok." Mungkin jawaban ini yang bisa membantunya."Sebentar... biar aku yang coba telepon dia." Eka merogoh kantong celananya, hendak mengambil ponsel. Tapi dengan cepat, Jenny menahan tangannya."Enggak usah deh, Bu. Aku nggak mau merepotkan Ibu. Lagian aku cuma sebentar kok beneran, cuma mau ngecek doang ke dokter." Jenny sudah berdiri dan mengambil tasnya di dalam lemari."Ngecek?!" Dahi Eka tampak berkerut. Sepertinya Jenny keceplosan, dan itu membuat Eka semakin penasaran. "Ngecek apaan, Jen?""Eemmm itu ...." Jenny mulai berpikir keras, mencari alasan yang masuk akal karena sudah terlanjur dia membawa-bawa dokter. "Mengecek kesehatan maksudnya, Bu. Soalnya akhir-akhir ini aku sering mu
Magbasa pa

84. Atau jangan-jangan

Di sebuah restoran yang hangat dan nyaman, Lily duduk di salah satu meja. Sudah hampir satu jam dia menunggu kedatangan Jenny, namun perempuan itu belum juga muncul."Ke mana sih, Jenny? Kok lama banget?" gumam Lily dengan nada kesal, menunjukkan rasa tidak sabarnya.Dia merogoh tasnya dan mengambil ponselnya, berniat untuk menghubungi Jenny sekali lagi. Namun, sebelum dia sempat melakukan panggilan, ponselnya berdering. Panggilan itu datang dari Lukman."Halo, Sayang," sapa Lily, mengangkat panggilan tersebut."Bagaimana? Apakah kamu sudah melakukan tes dengan Jenny, Sayang?" tanya Lukman dari seberang sana."Jangankan melakukan tes, ketemu sama Jenny aja belum aku, Yang," jawab Lily dengan ekspresi yang sedikit merengut."Lho, bagaimana bisa? Bukankah kamu sudah pergi sejak satu jam yang lalu?" tanya Lukman dengan nada heran. Dia tampaknya tidak mengerti mengapa Lily belum juga bertemu dengan Jenny."Iya. Jenny sih bilang dia lagi mompa ASI dulu buat Kaila. Tapi aku tungguin daritad
Magbasa pa

85. Masa secepat itu

"Kamu—""Eh, Pak! Ayok cepat ke sana! Itu penjualnya mau pergi!" potong Jenny cepat. Suaranya bergetar, manik mata hitamnya membesar dalam kepanikan saat melihat penjual rujak itu mulai mendorong gerobaknya.'Ah kayaknya nggak mungkin, masa secepat itu, sih?' batin Bima, hatinya berdebar. Dengan cepat, dia memutar balik mobilnya dan menuju ke sana.Setelah membeli satu bungkus rujak untuk Jenny, mereka pun melanjutkan perjalanannya.Jenny tampak gembira, dia memakan rujak itu dengan lahap, seolah-olah menikmati setiap gigitan. Bima yang melihatnya hanya bisa meringis sambil menelan ludah.Bukan dia menginginkannya, hanya saja Bima merasa rujak yang dimakan Jenny terasa asam dan pedas.Padahal sebelumnya Bima sudah meminta kepada pedagangnya untuk tidak terlalu pedas, tapi tetap saja dia merasa khawatir. Mengingat Jenny juga selalu mengalami masalah dengan perutnya."Tapi kamu udah sarapan 'kan, Jen, tadi pagi?" tanya Bima dengan suara penuh kecemasan."Udah kok, Pak." Jenny mengangguk
Magbasa pa

86. Melarang bertemu

Sri menghela napas dengan berat, lalu dengan hati-hati dia menjelaskan situasi yang terjadi. "Jadi, Pak ... sebelumnya, aku mengurus sebuah panti asuhan sebelum panti ini. Saat itu, Bu Lily menitipkan bayinya yang terlihat masih sangat kecil, baru beberapa hari dilahirkan."Setelah Jenny berusia 7 tahun, dia diadopsi oleh pasangan almarhum Pak Wiranto dan Bu Mira. Namun, beberapa hari setelah itu, panti asuhan tempat itu terpaksa dipindahkan karena ada masalah pribadi dengan pemiliknya sendiri. Aku pun terpaksa ikut pindah bersama mereka."Bima mengangguk, mencoba memahami hubungan antara panti asuhan tersebut dengan keadaan sekarang. "Terus, apa hubungannya dengan panti asuhan ini, Bu? Dan bagaimana Bu Lily bisa sampai ke sini menemui Ibu? Bukankah panti asuhannya berbeda?"Sri menggeleng pelan, ekspresinya penuh kebingungan. "Aku kurang tau soal itu, Pak. Mungkin Bu Lily mencari keberadaanku. Dan sebenarnya... surat perjanjian itu nggak sengaja aku bawa saat saya pindah ke sini. Awal
Magbasa pa

87. Berbagi tempat tidur

"Jangan membukanya, Pak! Biarkan saja!" perintah orang tersebut yang ternyata adalah Erwin. Dia baru saja pulang dari kerja."Ayah!" Soraya langsung menoleh ke arah sang mertua dengan tatapan bingung. "Kenapa Ayah melarangku bertemu dengan Kaila? Aku merindukannya, Ayah, aku ingin bertemu dengannya.""Baru sekarang kamu merindukannya? Kemana saja kamu selama ini? Apa kamu lupa, Ray... saat Bima pergi mencari Jenny yang kabur, kamu malah menitipkan Kaila di sini," ujar Erwin dengan nada ketus, tatapannya penuh sinis."Kalian 'kan kakek dan neneknya, jadi wajar kalau aku menitipkannya. Apakah itu salah? Bunda sendiri nggak keberatan, Yah," balas Soraya dengan wajah sedih yang dibuat-buat."Lalu sekarang apa tujuanmu datang ke sini? Pasti kamu belum meminta izin pada Bima, kan?""Bagaimana bisa aku meminta izin pada Mas Bima, sedangkan dia memblokir nomorku? Aku kesulitan menghubungi dan menemuinya, Ayah. Mas Bima seolah-olah menghindariku.""Menghindar ya wajar, siapa juga yang mau menem
Magbasa pa

88. Membuatku semakin enak

"Ya coba aja ceritakan pelan-pelan, Jen," ucap Sri dengan lembut seraya menyentuh punggung tangan Jenny.Jenny mengangguk, kemudian menarik napas dan membuangnya secara perlahan-lahan. "Sebenarnya... aku menikah dengan Pak Bima karena terpaksa awalnya, Bu.""Terpaksa?!" Sri tampak terkejut. "Jadi Pak Bima memaksamu, Jen?""Bukan Pak Bima, Bu." Jenny menggelengkan kepala."Lalu?!""Seorang polisi. Waktu itu sepulang sekolah, aku nggak sengaja melihat Om Lukman. Karena takut dan panik aku sempat ...." Jenny pun menceritakan kembali tentang awal mula dia dipaksa menikah, yang akhirnya menjadikan dirinya sebagai istri kedua Bima.Sri terlihat mengangguk-angguk kepala mendengarnya, meskipun sesekali dia merasa terkejut."Terus, Jen. Apa istri pertama Pak Bima tau?" tanya Sri penasaran, lalu menambahkan. "Maaf, apakah mungkin itu juga alasannya kenapa kamu sempat diminta untuk pergi dari Jakarta?""Sejauh yang aku tau
Magbasa pa

89. Jenny pingsan

Hari pun berganti.Jenny secara perlahan membuka matanya yang terasa berat, terbebani oleh sinar matahari yang menyilaukan, yang berani menyelinap melalui celah jendela, memberinya sentuhan hangat pertama pagi itu.Kedua bola matanya yang masih merasa kantuk, mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya baru ini. Dengan rasa penasaran dan sedikit kebingungan, dia menoleh ke arah samping kanannya, mencari keberadaan Bima."Lho, ke mana Pak Bima?" bisik Jenny pada dirinya sendiri, mengerutkan dahinya dalam kebingungan.Ranjangnya kosong, tidak ada tanda-tanda Bima. Dia ingat dengan jelas, semalam, setelah mereka berbagi peluh, pria itu langsung tertidur pulas di sana."Apa mungkin Pak Bima udah bangun duluan?" pikir Jenny. Dia pun beranjak dari tempat tidur, lalu mengumpulkan pakaiannya yang tersebar di lantai dan memakainya kembali.Dia memutuskan untuk menyegarkan diri, pergi mandi. Tapi karena kamar mandinya berada diluar kamar, Jenny berjalan keluar kamar dengan
Magbasa pa

90. 4 Minggu

Kedatangan Eka di rumah sakit secara kebetulan bertepatan dengan seorang dokter pria yang baru saja keluar dari pintu UGD. Tanpa ragu, Eka segera menanyakan tentang kondisi Jenny."Dok, bagaimana keadaan Jenny? Apa yang terjadi?" tanya Eka dengan rasa ingin tahu yang besar.Dokter itu langsung menoleh ke arah Budi yang baru saja berdiri. "Sebelumnya, saya ingin tau apakah Anda adalah suaminya Jenny?" tanya dokter dengan penuh kehati-hatian."Bukan, Dok," jawab Budi sambil menggelengkan kepala."Lalu, apakah Anda adalah kerabat dekatnya?""Aku bukan kerabat dekatnya, Dok. Aku hanya asisten dari bosnya Jenny," jelas Budi."Kalau begitu, apa hubungan Anda dengan Jenny, Bu?" Sekarang dokter itu beralih bertanya kepada Eka sambil menatapnya. "Apakah Anda adalah ibu kandungnya? Atau mertuanya?""Bukan dua-duanya, Dokter," jawab Eka dengan wajah yang penuh keheranan. "Memangnya kenapa ya, Dok? Kenapa Dokter bertanya-tanya tentang kami yang disini?""Ini berkaitan dengan kondisi Jenny, Bu. Sa
Magbasa pa
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status