Home / Romansa / Pesona Ibu Susu Anakku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pesona Ibu Susu Anakku: Chapter 91 - Chapter 100

111 Chapters

91. Tersangka kuat yang membuatnya hamil

Tooookkk ... Tooookkk ... Tooookk.Suara palu yang ditabuhkan terdengar membahana, memenuhi setiap sudut ruangan sidang, sebagai tanda akhir dari sebuah sidang kedua.Sidang kedua tersebut masih mediasi, tapi ini upaya terakhir untuk menemukan jalan damai, sebuah harapan tipis untuk kembali bersatu. Namun, Bima, layaknya karang yang berdiri kokoh ditengah badai, tak tergoyahkan. Keputusannya untuk berpisah telah terukir jelas, meski Soraya menangis, memohon dan meratap sepanjang proses sidang, menolak untuk melepaskan Bima.Dengan bukti-bukti yang kuat di tangan, hakim akhirnya mengabulkan permohonan cerai mereka. Bima juga berhasil memenangkan hak asuh anak.Kaila, meski bukan darah dagingnya, tapi dia adalah bagian dari hidupnya. Bima tidak akan pernah rela melihat Kaila berada di bawah asuhan Soraya.Mengingat semua peristiwa yang telah terjadi, Bima telah menyimpulkan bahwa Soraya bukanlah ibu yang baik untuk Kaila."Maaaaasss! Tunggu sebentar, Maaaasss!!" Soraya memanggil dengan
Read more

92. Anak haram

"Jenny hamil. Dan hanya kamu yang menjadi tersangka kuat yang membuatnya hamil!" ujar Eka dengan suara gemetar. Tatapannya penuh dengan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. Sebelum dia meminta Bima datang, Eka memang sempat mempertanyakan sejauh mana kedekatan antara Bima dan Jenny kepada Weni dan Budi. Budi di sini masih terlihat agak enggan untuk memberikan informasi, mungkin karena dia masih ingat permintaan dari bosnya untuk menjaga kerahasiaan. Tetapi Weni, babysitter Kaila itu justru membeberkan semuanya. Apalagi saat momen dimana Bima mengajak Jenny berciuman sampai dengan menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. "Je-Jenny hamil?! Apa Bunda serius?" Bima terbata, sangking terkejut dengan apa yang dia dengar. Tapi wajahnya tampak berseri-seri, karena sungguh dia begitu bahagia sekali. Kemarin-kemarin, setelah mengetahui bahwa ternyata Kaila bukanlah darah dagingnya, hati Bima terasa seperti hancur berkeping-keping. Itulah alasan mengapa dia memilih untuk menja
Read more

93. Merenggut milik dari orang lain

Karena terlalu emosi, jadilah Bima mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan.Semua orang di sana langsung terkejut melihat apa yang dilakukan oleh Bima. Terutama Soraya, yang terkena dampaknya."Bima, apa yang kamu lakukan? Kamu tidak boleh kasar kepada Raya," kata Eka dengan lembut, mencoba menasehati anaknya.Dari kecil, Bima tidak pernah diajari untuk berperilaku kasar seperti itu. Terlebih lagi, kepada seorang wanita."Sudah cukup!! Aku sudah cukup sabar dengan semua kelakuan Raya, tapi sekarang ... Enggak lagi, Bun!!" ujar Bima dengan suara yang penuh amarah, yang seakan-akan merobek jiwanya. "Aku nggak akan terima jika ada seseorang yang telah menghina anakku. Apalagi anak itu belum lahir ke dunia," tambahnya sambil lembut mengelus perut Jenny.Suasana menjadi hening seketika. Ekspresi Bima mencerminkan keputusasaan dan kekecewaan yang mendalam.Semua orang terdiam, merasakan beban emosional yang melingkupi ruangan itu."Mas, keterlaluan!! Mas akan membayar semua ini! Sem
Read more

94. Bayar orang untuk menyeretnya

"Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal itu, Jen." Bima menggeleng, lalu mengelus lembut perut Jenny mencoba untuk menenangkannya. "Sekarang fokus saja pada anak kita, aku ingin dia selalu sehat begitu pun denganmu."***Sepekan telah berlalu sejak terkuaknya hubungan di antara Bima dan Jenny, namun Soraya masih merasa terngiang-ngiang dengan ucapan Bima tentang dirinya mengandung anak orang lain.Jujur saja, dia belum memahami maksudnya. Tapi tidak mungkin juga kalau dirinya harus kembali mempertanyakan hal itu kepada Bima."Apa, ya, maksud dari ucapan Mas Bima? Sejak kapan juga aku mengandung anak orang lain? Kan anakku cuma Kaila," kata Soraya mencoba berpikir untuk mencari jawabannya. "Ooohhh, atau jangan-jangan ...." Tiba-tiba, Soraya justru menebak jika yang dimaksud Bima adalah Kaila. Dan sebenarnya memang benar, karena sudah jelas anak yang dia kandung hanya Kaila."Masa, sih, Kaila bukan anak kandung Mas Bima? Padahal jika dibandin
Read more

95. Pengumuman kelulusan

Di kediaman Bima. Pagi-pagi sekali, Jenny tengah dirias oleh seorang MUA teman dari Eka yang sengaja Bima sewa. Jenny dengan perasaan senang mengatakan bahwa hari ini adalah pengumuman kelulusan sekolah. Pihak sekolah meminta para siswa dan siswi untuk memakai pakaian yang sesuai dengan acara tersebut, yaitu stelan jas berwarna putih untuk siswa dan kebaya berwarna merah untuk siswi, karena tema yang diambil adalah merah putih. Ceklek~ Setelah beberapa menit Bima menunggu di luar kamar karena atas permintaan dari Jenny, akhirnya pintu kamar itu pun perlahan terbuka, dan keluarlah seorang MUA yang sedang mendorong koper. "Apakah sudah selesai, Tan, make up-nya?" tanya Bima dengan penuh rasa penasaran, sorot matanya mencoba menelisik ke dalam kamar. Meski hanya melihat Jenny dari punggungnya saja, Bima sudah bisa merasakan kecantikan dan keanggunan Jenny. "Sudah, Ganteng. Jenny sangat cantik, bahkan seperti seorang pengantin,
Read more

96. Langsung menyergapnya

"Halo, bagaimana?"Seseorang bertanya dari sambungan telepon yang baru saja diangkat oleh Cimit.Saat ini, Cimit dan Cemet telah berada disekitar gedung sekolah SMA, di dalam mobil, tengah menunggu Jenny dan Bima yang sudah masuk ke dalam gerbang sana."Saya dan teman saya lagi beraksi, Bu, tinggal tunggu kesempatan saja," jawab Cimit."Memangnya kalian sekarang ada di mana? Apa kalian sudah bertemu Jenny?""Saya dan Cemet kebetulan sedang mengikuti Jenny yang bersama seorang pria, mereka berhenti disebuah gedung sekolah dan masuk ke dalam sana, Bu," jawab Cimit menjelaskan."Ya sudah, terus awasi Jenny. Kalau ada kesempatan, kalian langsung seret dia. Aku ingin kalian berhasil hari ini juga.""Siap, Bu." Jawaban dari Cimit memutuskan panggilan."Apa kata Bu Raya, Mit?" tanya Cemet yang berada di depan kemudi seraya menoleh kepada temannya."Beliau cuma tanya kok, tentang kita yang udah berhasil apa bel
Read more

97. Rumah Sakit Sejahtera

********"Jenny!!" Tiba-tiba, seseorang datang dengan cepat dan memanggil namanya, membuat Cimit terhenti dalam aksinya. Cimit dan temannya segera berbalik dan menjauh, khawatir bahwa tindakan mereka akan menimbulkan kecurigaan. Sementara itu, Jenny menatap dengan kebingungan yang jelas kepada orang yang baru saja memanggilnya, Bima. Suara tanya yang penuh keheranan terlontar dari bibirnya, "Bapak kok sampai ke sini? Mau apa?""Habisnya kamu lama, Jen. Aku khawatir... jadi berniat menyusulmu," jawab Bima sambil mengatur napasnya. Saat menunggu di meja tadi, dia merasakan firasat buruk dan ingin segera menemui Jenny. Ternyata firasatnya menjadi kenyataan, dan jika dia tidak datang tepat waktu seperti sekarang, mungkin Cimit dan Cemet telah berhasil membuat Jenny kehilangan kesadaran dan membawanya pergi. "Orang sebentar kok, Pak. Ada apa sampai harus me
Read more

98. Beritahu aku sekarang

"Mas Bima!!" Soraya yang sedang duduk di salah satu kursi di depan kamar rawat sontak terkejut saat melihat kedatangan Bima. Refleksnya membuatnya berdiri, terlebih lagi saat melihat Jenny yang berada di samping Bima. Dia bertanya-tanya, mengapa Jenny bisa datang ke rumah sakit bersama Bima. Padahal dia sudah membayar dua orang untuk bisa membawanya ke sini secara paksa. Seperti yang Lily katakan, itu pasti akan sulit dilakukan. Karena Bima pasti tidak akan mengizinkannya.Tapi sekarang, apa yang terjadi? Kenapa Bima sendiri sampai mau menemaninya?"Jenny ... kamu datang ke sini??" Lukman yang baru saja keluar dari pintu kamar terkejut melihat kedatangan mereka. Namun, kegembiraannya lebih besar daripada kejutannya. Dia merasa senang melihat Jenny di sana. "Apa Mama Lily dirawat di sini?" tanya Bima dengan suara datar, entah kepada siapa dia bertanya. Yang pasti, dia menoleh ke arah Jenny sambil merangkul pinggangnya dengan erat.
Read more

99. Benar-benar tulus menyayangiku

"Beneran kamu, Jen. Kamu setuju?" Pertanyaan itu meluncur dari bibir Bima, dia merasa tidak percaya. Matanya menatap istrinya dengan intensitas yang hampir bisa dirasakan, mencoba mencari kebenaran dalam kedalaman matanya. "Beneran, Pak." Jawaban Jenny singkat, namun pasti. Dia mengangguk dengan cepat, menegaskan kata-katanya. "Apa Mama Lily memaksamu? Atau mungkin Raya... yang memaksamu?" Bima melanjutkan pertanyaannya, suaranya penuh dengan kecurigaan dan kekhawatiran. Dia sedang mencoba untuk memahami, untuk menggali lebih dalam ke dalam situasi yang tampaknya begitu rumit ini."Mama nggak pernah memaksa Jenny, Bim!" Lily memotong dengan tegas dan cepat, merasa perlu untuk membela diri. "Dan ini nggak ada hubungannya dengan Raya." "Aku tanya sama Jenny, bukan Mama," sahut Bima, suaranya tegas dan tidak mau diganggu. "Apa yang Mama katakan benar, Pak. Mama nggak memaksaku dan Bu Lily juga nggak pernah membicarakan hal ini denganku,"
Read more

100. Mengambil Jenny dari Bima

"Tadi mereka ngomongin apa, Ma?" tanya Soraya yang baru saja masuk ke dalam kamar rawat, setelah beberapa menit yang lalu Bima dan Jenny pulang.Lukman juga sudah tak ada di sana, dia keluar bertepatan dengan Bima dan Jenny."Banyak hal, tapi Bima bilang mau bantu Mama, Ray," jawab Lily lirih."Bantu gimana? Apa Mas Bima setuju ... kalau si Jenny mendonorkan sumsum tulang belakangnya?" Soraya menarik kursi kecil didekat ranjang, lalu duduk di sana.Lily menggeleng. "Enggak, Ray. Cuma dia bilang ... ingin membantu untuk mencarikan pendonor untuk Mama.""Kok gitu? Kalau cari ya susah dong, Ma. Kenapa nggak si Jenny saja sih?" Soraya mendengkus kesal, merasa sebal mendengar cerita dari Lily tentang tanggapan Bima. "Lagian dia juga belum dites sama dokter. Siapa tau aja memang beneran cocok buat Mama.""Mama juga maunya begitu. Tapi mau gimana, Bimanya nggak setuju. Selain itu Jenny juga sedang hamil katanya... takut terjadi sesuatu.
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status