Home / Pernikahan / Seranjang Dengan Duda Arogan / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Seranjang Dengan Duda Arogan : Chapter 111 - Chapter 120

161 Chapters

Bab 111. Berulah lagi

Salman curiga jika itu adalah Arta dan Maya, lelaki berwajah tampan itu langsung menelpon anak buahnya untuk melakukan penjagaan ketat di sekitar rumahnya. Salman tak ingin anak atau istrinya celaka karena perbuatan Arta dan Maya, ia yakin jika dua manusia itu masih menyimpan dendam kepada keluarga mereka. Apalagi setelah kejadian viral tersebut dan kini keduanya sama-sama tak memiliki pekerjaan.Setelah anak buahnya mengabari jika mereka sudah berada di sekitaran rumah Salman, lelaki berwajah tampan itu pun kembali melajukan mobilnya menuju supermarket."Mereka mengikuti aku?" gumam Salman saat melihat spion mobil.Mobil hitam yang tadi terparkir di depan rumah kosong di dekat rumahnya kini mengikuti mobilnya, tetapi Salman merasa tenang dan hanya tersenyum simpul."Aku ingin tahu sejauh mana kamu menggangguku!" gumam Salman.Jalan yang biasanya tidak terlalu sepi kini terasa sepi karena sudah malam, tetapi mobil itu hanya mengikutinya hingga ia sampai di sebuah supermarket."Aku ti
Read more

Bab 112. Kekhawatiran Kanaya

"Bagaimana keadaan suami saya sekarang?" tanya Kanaya."Masih di tangani dokter, Bu.""Share lokasi kalian, aku akan kesana sekarang," ucap Kanaya."Jangan pergi sendiri, Bu. Biarkan salah satu dari kami menjemput ibu karena takut orang itu datang dan mengganggu ibu.""Ya sudah kalau begitu, cepat jemput!"Kanaya mematikan sambungan teleponnya, lalu mengganti pakaian dan bersiap untuk pergi. Ia menitipkan anaknya kepada Bi Imah, tak ingin jika dia pergi terjadi sesuatu pada kedua anaknya."Bi, Saya mau pergi ke rumah sakit titip anak-anak ya!" ucap Kanaya."Siapa yang sakit, Non?" tanya Bi Imah."Suami saya, tadi Dia pamit untuk ke supermarket, tapi sudah 1 jam lebih Saya menunggu dia nggak pulang-pulang. Saya telepon nomornya ternyata yang mengangkat orang dan memberi kabar jika suami saya ditikam orang dan sekarang sedang ditangani dokter di rumah sakit," ucap Kanaya."Innalilahi, siapa yang menikam pak Salman ya?" tanya Bi Imah."Saya juga nggak tahu, Bi. Pasti nanti akan saya cari
Read more

Bab 113. Tertangkap

"Arta, Arta. Bangun!" ucap Maya."Ada apa sih? Aku masih ngantuk," jawab Arta."Itu ada yang ketuk pintu!" ucap Maya.Arta mengucek matanya, suara ketukan pintu itu terdengar kembali. Maya takut yang datang adalah polisi karena tidak ada orang lain yang mungkin mencari keberadaannya.Arta yang masih merasa sangat ngantuk berjalan menuju pintu tanpa pikir panjang, Maya menahan tangan lelaki itu agar Arta tak membuka pintunya."Kamu mau kemana?" tanya Maya."Mau buka pintu lah, mau lihat siapa yang ganggu tidur kita," ucap Arta."Bagaimana kalau itu polisi?" tanya Maya.Tubuh Arta menegang saat mendengar ucapan Maya, ia kembali mengucek matanya dan baru sadar dengan situasi yang sedang ia hadapi. Lelaki itu kembali memundurkan langkahnya lalu membuka gorden dan melihat ke arah sekitar.Suara ketukan pintu kembali terdengar, Arta mengajak Maya untuk pergi dari motel tersebut melalui jendela. Maya mengganggu karena tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain kabur dari tempat tersebut.Per
Read more

Bab 114. Duka dan Bahagia

Dunia Arta hancur karena ulahnya sendiri, kebenciannya pada Kanaya membuat ia gelap mata dan kini harus kehilangan istri dan anak yang ia cinta. Mendekam dalam jeruji besi tanpa ada yang mau membantu memberikan jaminan untuknya.Setelah kepergian Tyas, lelaki itu kembali ke dalam sel. Duduk memeluk lutut dengan tatapan kosong, ingatannya kembali pada masa kecilnya dulu saat sang ibu pergi untuk selamanya."Ibu, tidak ada yang sayang Arta selain ibu," gumam Arta dalam hati.Sejak kecil ia merasa lebih dekat dan manja pada ibunya sebab ayahnya memang sibuk bekerja, Arta dan Arthur meskipun mereka terlahir kembar. Namun, kepribadian mereka sangat berbeda.Arthur yang supel dan pintar di sukai banyak teman, sementara Arta pendiam dan tidak memiliki banyak teman bahkan ia sering mendapat perundungan tanpa di ketahui Arthur dan hanya ibunya yang selalu menenangkannya saat ia sedih."Andai ibu tidak melahirkan Kanaya, sampai saat ini aku akan bahagia hidup dengan ibu. Ibu pasti melakukan apa
Read more

S2. Bab 1. Aslan Athalla Adhitama

Lima Tahun kemudian"Aslan, Minggu depan Sadam ulang tahun. Antar mama ke mall cari kado yuk!" ucap Saida.Lelaki pemilik manik coklat itu membuka kaca mata lalu meletakkannya diatas meja, ia segera menutup laptop saat sang mama berjalan menghampirinya.Kebiasaanya menghabiskan waktu libur di ruang kerja, selain seorang pengusaha Aslan Athalla Adhitama juga memiliki sebuah situs game online."Mau cari kado apa, Mah?" tanya Aslan."Anak laki-laki umur lima tahun, paling sukanya mainan. Mama mau beli miniatur pesawat tempur," ucap Saida."Memang Sadam suka perang-perangan?" tanya Aslan."Ya, Salman yang mengenalkan anaknya pada dunia seperti itu. Aslan, sudah lima tahun Kanaya menikah dengan Salman mereka hidup bahagia, apa kamu belum juga bisa melupakannya?" tanya Saida.Aslan tersenyum memandang wajah sendu sang mama, ia tahu ada kekhawatiran yang begitu besar terpancar dari tatapan wanita yang telah melahirkannya itu. Saida tahu betul Kanaya cinta pertama yang sulit di lupakan oleh
Read more

S2 Bab 2. Driver Cantik

"Bagaimana bisa dia menjatuhkan KTP nya, pasti dia akan mencari karena ini sangat penting," gumam Aslan.Aslan menyimpan KTP milik driver cantik itu, ia berniat mengembalikan ke alamat yang tertera di KTP jika sudah selesai mengantar sang mama mencari kado.Aslan kembali ke niat awalnya, mengambil dompet dan ponsel yang tertinggal di dalam mobil setelah itu memasukan KTP driver cantik itu ke dalam dompetnya. Aslan pun kembali berjalan ke dalam mall menyusul sang mama mencari kado untuk sepupu kecilnya."Udah dapat yang cocok, Mah?" tanya Aslan."Ini cocok gak? Dulu mama pernah beliin buat kamu, tapi sekarang modelnya jauh lebih bagus," ucap Saida memperlihatkan sebuah miniatur kapal pesiar."Mama bilang mau beliin miniatur pesawat tempur," ucap Aslan."Iya tadinya, tapi pas lihat ini malah suka. Gini aja deh, yang miniatur pesawat tempur beli juga buat titipan kado Aisy," ucap Saida."Yaudah terserah Mama deh!" ucap Aslan."Kamu sendiri mau beliin apa buat Sadam?" tanya Saida."Entahl
Read more

S2 Bab 3. Wanita Malang

"Hafsha, mana uang setoran!""Bang, saya belum dapat uang. Bisa nanti malam tidak?" tanya Hafsha."Gak bisa, biasanya juga jam segini.""Sekarang saya belum dapat uang, Bang. Saya usahain nanti malam ada," ucap Hafsha."Alasan aja Lo, kalau nanti malam bayarnya double. Soalnya bikin gue dua kali kesini."Hafsa menghela nafas berat, rasanya muak di datangi para lelaki itu dan membayar setoran setiap hari. Namun, hutangnya tak kunjung lunas.Aslan menatap wanita cantik di hadapannya, wajahnya terlihat lelah dan putus asa. Ia menjadi ingin tahu setoran apa yang harus wanita itu bayar pada orang-orang lelaki tersebut."Jangan double, Bang. Saya ngojek gak dapat banyak uangnya," ucap Hafsa."Kalau gitu motor Lo aja jadi jaminan.""Jangan, Bang. Nanti saya gak bisa ngojek lagi, tadi beneran gak dapat uang soalnya baru dapat dua tarikan saya kehilangan KTP jadi nyari-ktp dulu," ucap Hafsa."Maaf jika saya lancang, berapa yang harus kamu setor hari ini?" tanya Aslan."Seratus ribu," ucap lela
Read more

S2 Bab 4. Buruh Proyek

"Tidak ada yang tertinggal, aku hanya ingin memberi ini," ucap Aslan menyodorkan segepok uang berwarna merah.Tentu saja Hafsa terkejut melihat apa yang ada di tangan pria tampan tersebut, ia tidak mengerti Apa maksud pria itu memberikan uang yang begitu banyak kepadanya."Untuk apa ini, Mas Aslan?" tanya Hafsa."Untuk membayarkan utangmu pada rentenir, ini jumlahnya tiga juta," ucap Aslan.Saat pria Tampan itu pamit untuk pulang, rupanya ia masih memikirkan nasib hutang driver cantik tersebut. Sehingga saat melewati sebuah mesin ATM ia pun berhenti dan menarik uang di mesin tersebut lalu kembali kerumah Hafsa.Hafsa tidak percaya dengan apa yang ia dengar, bagaimana ada orang yang baru kenal dengannya begitu baik memberi uang untuk membantunya melunasi hutang. Jaman sekarang tidak ada yang gratis, ia takut pria tampan di hadapannya ada maksud lain."Maaf Mas Aslan, saya memang butuh uang itu. Namun, kita baru kenal rasanya sangat tidak masuk akal jika saya mendapat uang cuma-cuma dari
Read more

S2 Bab 5. Mengaku pacar

"Gak masalah sama sekali, buruh proyek juga manusia. Lagipula aku juga cuma driver ojol, cocoknya berteman dengan buruh proyek bukan dengan CEO perusahaan," ucap Hafsa sambil tersenyum.Gadis itu memakai kembali helm di kepalanya lalu naik keatas motor, ia bersiap untuk pergi meninggalkan lokasi proyek tersebut."Lagian siapa sih yang bakal nolak berteman sama buruh proyek yang ganteng dan baik hati seperti kamu," ucap Hafsa tersenyum lalu menyalakan mesin motornya."Aku pergi ya, besok aku datang di jam yang sama bayar hutang dan bawain makanan buat kamu. Dah assalamualaikum," gadis itu pergi tanpa memberi Aslan kesempatan untuk berbicara.Aslan tersenyum dan menggelengkan kepala melihat kepergian driver cantik itu, "Waalaikumsalam."Setelah driver cantik itu tak terlihat lagi, Aslan memandangi kotak makanan yang ada di tangannya dan membawanya masuk ke dalam lokasi pembangunan.Pria berwajah tampan itu melepas atribut proyek lalu masuk ke dalam mobil, ia membuka kotak makanan dan te
Read more

S2 Bab 6. Kasar

"Wah, akhirnya ada wanita yang bisa meluluhkan hati pengeran es ini," ucap Kanaya terkekeh."Dia bukan pacarku, kami tidak pernah pacaran," ucap Aslan menatap Feli dengan tatapan dingin.Seketika suasana berubah menjadi canggung, Aslan berjalan mencari kursi yang masih kosong lalu Feli mengejarnya. Saida dan Lingga hanya menghela nafas melihat sikap dingin anak mereka, sementara Aisy tak ingin ambil pusing ia berdiri di sebelah Syafana dan mengajak gadis itu berbincang."Aunty, Aisy. Tante yang tadi gak cocok sama Om Aslan," ucap Syafana."Ana, kenapa bilang gitu?" tanya Kanaya."Aku pernah liat Tante itu marah-marah sama pedagang kecil, orang yang suka marah-marah kan bukan orang baik," ucap Syafana."Kapan dan Dimana Ana lihat dia marah-marah?" tanya Aisy penasaran.Syafana pun akhirnya bercerita, beberapa hari yang lalu saat di sekolah Ana menunggu supir menjemputnya pulang sekolah. Kebetulan di sebrang jalan ada seorang pedagang bakso tusuk dan temannya membeli bakso itu. Tak lama
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status