Dunia Arta hancur karena ulahnya sendiri, kebenciannya pada Kanaya membuat ia gelap mata dan kini harus kehilangan istri dan anak yang ia cinta. Mendekam dalam jeruji besi tanpa ada yang mau membantu memberikan jaminan untuknya.Setelah kepergian Tyas, lelaki itu kembali ke dalam sel. Duduk memeluk lutut dengan tatapan kosong, ingatannya kembali pada masa kecilnya dulu saat sang ibu pergi untuk selamanya."Ibu, tidak ada yang sayang Arta selain ibu," gumam Arta dalam hati.Sejak kecil ia merasa lebih dekat dan manja pada ibunya sebab ayahnya memang sibuk bekerja, Arta dan Arthur meskipun mereka terlahir kembar. Namun, kepribadian mereka sangat berbeda.Arthur yang supel dan pintar di sukai banyak teman, sementara Arta pendiam dan tidak memiliki banyak teman bahkan ia sering mendapat perundungan tanpa di ketahui Arthur dan hanya ibunya yang selalu menenangkannya saat ia sedih."Andai ibu tidak melahirkan Kanaya, sampai saat ini aku akan bahagia hidup dengan ibu. Ibu pasti melakukan apa
Lima Tahun kemudian"Aslan, Minggu depan Sadam ulang tahun. Antar mama ke mall cari kado yuk!" ucap Saida.Lelaki pemilik manik coklat itu membuka kaca mata lalu meletakkannya diatas meja, ia segera menutup laptop saat sang mama berjalan menghampirinya.Kebiasaanya menghabiskan waktu libur di ruang kerja, selain seorang pengusaha Aslan Athalla Adhitama juga memiliki sebuah situs game online."Mau cari kado apa, Mah?" tanya Aslan."Anak laki-laki umur lima tahun, paling sukanya mainan. Mama mau beli miniatur pesawat tempur," ucap Saida."Memang Sadam suka perang-perangan?" tanya Aslan."Ya, Salman yang mengenalkan anaknya pada dunia seperti itu. Aslan, sudah lima tahun Kanaya menikah dengan Salman mereka hidup bahagia, apa kamu belum juga bisa melupakannya?" tanya Saida.Aslan tersenyum memandang wajah sendu sang mama, ia tahu ada kekhawatiran yang begitu besar terpancar dari tatapan wanita yang telah melahirkannya itu. Saida tahu betul Kanaya cinta pertama yang sulit di lupakan oleh
"Bagaimana bisa dia menjatuhkan KTP nya, pasti dia akan mencari karena ini sangat penting," gumam Aslan.Aslan menyimpan KTP milik driver cantik itu, ia berniat mengembalikan ke alamat yang tertera di KTP jika sudah selesai mengantar sang mama mencari kado.Aslan kembali ke niat awalnya, mengambil dompet dan ponsel yang tertinggal di dalam mobil setelah itu memasukan KTP driver cantik itu ke dalam dompetnya. Aslan pun kembali berjalan ke dalam mall menyusul sang mama mencari kado untuk sepupu kecilnya."Udah dapat yang cocok, Mah?" tanya Aslan."Ini cocok gak? Dulu mama pernah beliin buat kamu, tapi sekarang modelnya jauh lebih bagus," ucap Saida memperlihatkan sebuah miniatur kapal pesiar."Mama bilang mau beliin miniatur pesawat tempur," ucap Aslan."Iya tadinya, tapi pas lihat ini malah suka. Gini aja deh, yang miniatur pesawat tempur beli juga buat titipan kado Aisy," ucap Saida."Yaudah terserah Mama deh!" ucap Aslan."Kamu sendiri mau beliin apa buat Sadam?" tanya Saida."Entahl
"Hafsha, mana uang setoran!""Bang, saya belum dapat uang. Bisa nanti malam tidak?" tanya Hafsha."Gak bisa, biasanya juga jam segini.""Sekarang saya belum dapat uang, Bang. Saya usahain nanti malam ada," ucap Hafsha."Alasan aja Lo, kalau nanti malam bayarnya double. Soalnya bikin gue dua kali kesini."Hafsa menghela nafas berat, rasanya muak di datangi para lelaki itu dan membayar setoran setiap hari. Namun, hutangnya tak kunjung lunas.Aslan menatap wanita cantik di hadapannya, wajahnya terlihat lelah dan putus asa. Ia menjadi ingin tahu setoran apa yang harus wanita itu bayar pada orang-orang lelaki tersebut."Jangan double, Bang. Saya ngojek gak dapat banyak uangnya," ucap Hafsa."Kalau gitu motor Lo aja jadi jaminan.""Jangan, Bang. Nanti saya gak bisa ngojek lagi, tadi beneran gak dapat uang soalnya baru dapat dua tarikan saya kehilangan KTP jadi nyari-ktp dulu," ucap Hafsa."Maaf jika saya lancang, berapa yang harus kamu setor hari ini?" tanya Aslan."Seratus ribu," ucap lela
"Tidak ada yang tertinggal, aku hanya ingin memberi ini," ucap Aslan menyodorkan segepok uang berwarna merah.Tentu saja Hafsa terkejut melihat apa yang ada di tangan pria tampan tersebut, ia tidak mengerti Apa maksud pria itu memberikan uang yang begitu banyak kepadanya."Untuk apa ini, Mas Aslan?" tanya Hafsa."Untuk membayarkan utangmu pada rentenir, ini jumlahnya tiga juta," ucap Aslan.Saat pria Tampan itu pamit untuk pulang, rupanya ia masih memikirkan nasib hutang driver cantik tersebut. Sehingga saat melewati sebuah mesin ATM ia pun berhenti dan menarik uang di mesin tersebut lalu kembali kerumah Hafsa.Hafsa tidak percaya dengan apa yang ia dengar, bagaimana ada orang yang baru kenal dengannya begitu baik memberi uang untuk membantunya melunasi hutang. Jaman sekarang tidak ada yang gratis, ia takut pria tampan di hadapannya ada maksud lain."Maaf Mas Aslan, saya memang butuh uang itu. Namun, kita baru kenal rasanya sangat tidak masuk akal jika saya mendapat uang cuma-cuma dari
"Gak masalah sama sekali, buruh proyek juga manusia. Lagipula aku juga cuma driver ojol, cocoknya berteman dengan buruh proyek bukan dengan CEO perusahaan," ucap Hafsa sambil tersenyum.Gadis itu memakai kembali helm di kepalanya lalu naik keatas motor, ia bersiap untuk pergi meninggalkan lokasi proyek tersebut."Lagian siapa sih yang bakal nolak berteman sama buruh proyek yang ganteng dan baik hati seperti kamu," ucap Hafsa tersenyum lalu menyalakan mesin motornya."Aku pergi ya, besok aku datang di jam yang sama bayar hutang dan bawain makanan buat kamu. Dah assalamualaikum," gadis itu pergi tanpa memberi Aslan kesempatan untuk berbicara.Aslan tersenyum dan menggelengkan kepala melihat kepergian driver cantik itu, "Waalaikumsalam."Setelah driver cantik itu tak terlihat lagi, Aslan memandangi kotak makanan yang ada di tangannya dan membawanya masuk ke dalam lokasi pembangunan.Pria berwajah tampan itu melepas atribut proyek lalu masuk ke dalam mobil, ia membuka kotak makanan dan te
"Wah, akhirnya ada wanita yang bisa meluluhkan hati pengeran es ini," ucap Kanaya terkekeh."Dia bukan pacarku, kami tidak pernah pacaran," ucap Aslan menatap Feli dengan tatapan dingin.Seketika suasana berubah menjadi canggung, Aslan berjalan mencari kursi yang masih kosong lalu Feli mengejarnya. Saida dan Lingga hanya menghela nafas melihat sikap dingin anak mereka, sementara Aisy tak ingin ambil pusing ia berdiri di sebelah Syafana dan mengajak gadis itu berbincang."Aunty, Aisy. Tante yang tadi gak cocok sama Om Aslan," ucap Syafana."Ana, kenapa bilang gitu?" tanya Kanaya."Aku pernah liat Tante itu marah-marah sama pedagang kecil, orang yang suka marah-marah kan bukan orang baik," ucap Syafana."Kapan dan Dimana Ana lihat dia marah-marah?" tanya Aisy penasaran.Syafana pun akhirnya bercerita, beberapa hari yang lalu saat di sekolah Ana menunggu supir menjemputnya pulang sekolah. Kebetulan di sebrang jalan ada seorang pedagang bakso tusuk dan temannya membeli bakso itu. Tak lama
[Aslan, maaf hari ini aku tidak bisa membayar hutang. Ibuku masuk rumah sakit] pesan masuk dari Hafsa ke ponsel Aslan membuat pria berwajah tampan itu sedikit khawatir.[Jangan pikirkan hutang, bagaimana keadaan ibumu sekarang?] Balas Aslan.[Masih di periksa dokter, tadi saat aku ingin pergi menemui mu ibuku tiba-tiba pingsan.][Kamu di rumah sakit mana sekarang, Sha? Kirim share location!] balas Aslan.Hafsa membalas pesan Aslan mengirimkan lokasi dimana kini ia berada, setelah mendapat balasan pesan dari gadis itu Aslan pun berjalan menuju mobil melupakan Feli."Aslan, ngapain kamu mau masuk mobil lagi? Kan kita mau makan!" ucap Feli."Sorry, sepertinya kamu harus makan sendiri. Aku ada urusan lain," ucap Aslan."Maksud kamu apa? Kamu ninggalin aku sendiri di sini?" tanya Feli."Sorry, Fel. Aku benar-benar harus pergi karena ada hal yang lebih penting," ucap Aslan lalu masuk ke dalam mobil.Tak di sangka Feli ikut masuk ke mobil, duduk di sebelah Aslan dan marah pada lelaki berwaja