Semua Bab BAJU ADIKKU DI RANJANG ISTRIKU: Bab 51 - Bab 60

87 Bab

BAB 51

"Assalamualaikum." Ayra mengucap salam begitu pintu rumah Haris dibuka. "Waalaikumsalam." Mutia menjawabnya. Dia yang membukakan pintu. Ayra sejenak memperhatikan. Lalu mengulas senyum dan dibalas senyuman canggung gadis itu. "Silakan." Dia pun menyuruhnya masuk. Ayra masuk sembari menggendong bayi Arsya. Sedangkan Arka berada di tangan Darmi. Mereka mengikuti langkah baby sitter itu. "Ee, ada si kembar rupanya. " Marni menyambut ramah dan hangat mereka yang datang. Ayra cium tangan pada ibu mertuanya itu. "Sayangku yang cantik, sini nenek mau gendong." Marni mengambil alih bayi Arsya, menimang-nimang melepas kerinduan terhadap cucu. "Nenek kangen." Dia juga melihat bayi Arka pada Darmi, menyentuh pipinya. "Si ganteng, Nenek juga kangen." Senang sekali saat kedua cucunya datang. Karna tidak setiap hari di sini. "Kalian duduklah." Ayra dan asistennya pun duduk di sofa tak jauh dari mereka. "Mbak An, tolong ambilkan minum." "Tidak usah, Bu. Biar Ayra ambil sendiri." "Jangan. K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-11
Baca selengkapnya

BAB 52

"Maaf, Mas, tangan saya." Tia mengingatkan tangannya yang masih dipegang. "Ah, ya, maaf." Haris pun melepaskan. Bisa-bisanya dia melakukan itu. Dirinya sedikit lancang menyentuh sembarangan. Tiba-tiba saja melakukannya. Sekarang dia sedikit malu. Tia berbeda dengan Tisa, membuatnya menjadi merasa tidak enak setelahnya. Gadis itu mengulum senyum kecil melihat sikapnya. "Sudah malam. Mau kan saya antar pulang?""Mau, Mas." Dia langsung menyahut manis dengan sapaan yang Haris inginkan. Tidak salah-salah lagi. Hati laki-laki itu menghangat dan tersenyum. "Yasudah, ayo." Dia keluar lebih dulu. Tia menyelimuti Dendy, Haris melihat itu semakin suka dia sudah peduli pada anaknya. Haris kemudian menutupkan pintu kamar setelah Tia keluar. "Titip Dendy, Bu. Mau mengantar Tia dulu." Pada Marni di ruang tamu Haris katakan itu. "Tidak usah hawatir. Pergi saja." Diliriknya Tia. "Kamu harus mengantarnya kasian sudah malam." "Tia pulang dulu, Bu." Gadis itu menyalami Marni, setiap mau pulang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-12
Baca selengkapnya

BAB 53

Ada yang menunggu saat Haris tiba di kantor. Seorang perempuan memakai masker putih penutup wajah. Dia menghampiri begitu Haris turun dari mobil. "Mas Haris!" panggilnya mendekat seraya memegang tangan Haris. Hingga lelaki itu tidak jadi melangkah. "Siapa kamu?" perempuan itu membuka maskernya, Haris terkejut melihat siapa dia. "Tisa?!" "Ini aku, Mas."Haris menepis tangannya beitu saja. "Mau apa kamu?" "Beri aku pekerjaan, Mas." Rasanya seperti mimpi melihat Tisa datang ke sini seteleh cukup lama dan meminta pekerjaan. Dia terlihat berbeda dari terakhir bertemu. Tampak sederhana dan tidak angkuh lagi. Penampilannya juga berbeda, dia sudah memakai hijab. "Tidak salah meminta pekerjaan ke sini? Ke mana suami kayamu itu? Yang dulu kamu banggakan!" balas Haris. Masih ingat, dia baru saja cerai dan masih masa iddah, tapi sudah menggandeng pria lain dipamerkan di hadapannya yang baru saja pulang dari rumah sakit. Parahnya meminta uang sejumlah tiga miliyar atas tebusan hak asuh anak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-13
Baca selengkapnya

BAB 54

"Apa aku salah dengar?" Tia bergumam sendiri soal perkataan Haris. Dendy sudah tenang, duduk anteng di sisinya, menonton serial kartun di ponsel. Calon istri Haris berarti dia juga calon mama anak ini. Tia meliriknya, iyakah dia akan jadi mamanya? Diusap rambut anak itu seraya tersenyum kecil. Dirinya memang mudah akrab dengan anak-anak, termasuk Dendy. Tapi, bagaimana dengan Tisa? Mama anak itu masih mengharapkan Haris kembali, dia bahkan rela menjadi pengasuh pengganti asal bisa dekat, tapi Haris menolak. Perempuan itu pergi dengan marah setelah diusir. Haris duduk berdua dengan ibunya di ruangan lain. Lelaki itu tampak memijit kening. Setelah terjadi gaduh atas kedatangan mantan istri yang tidak disangka-sangka. "Aku gak nyangka Tisa bakal ke sini." "Ibu juga, Ris. Dia tiba-tiba datang." "Dia memang sudah berhijab sekarang. Tapi aku tetap tidak suka. Dia keterluan memfitnah Ayra sampai pisah dariku.""Ris, jangan ratapi itu. Nanti kamu akan sedih." Marni hawatir putranya belu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-14
Baca selengkapnya

BAB 55

"Mau apa kamu? Berani datang ke sini." Satria meringsek maju ke hadapan Ayra. Menanyai dan mengintimidasi Tisa di depan mereka. "Tolong aku, Satria. Beri aku pekerjaan." Dia datang dengan hal sama seperti kepada Haris. "Di kantor Papamu, Satria, apa ada lowongan perkerjaan?""Tidak ada," sahut lelaki itu singkat. Jika ada pun dia tidak akan mau memberi tahunya. "Kalau begitu aku bekerja di rumahmu saja di sini. Kalian punya anak kembar kan? Boleh aku jadi baby sitter? Kalian pasti repot." Pasutri itu saling melirik. Dari mana dia tahu mereka punya anak kembar? Tahu Ayra hamil saja tidak dan baru bertemu sekarang. "Ayra boleh kan? Aku sangat membutuhkan pekerjaan," pintanya lagi tampak memelas. Ayra memperhatikan, dia memang berbeda secara penampilan. "Atau jadi ART juga tidak apa-apa, asal kalian beri pekerjaan." "Seorang Tisa mau jadi pembantu?" Satria berujar sanksi."Apapun itu aku mau terpenting tidak menganggur." "Kamu kan sarjana, kamu bisa melamar pekerjaan di tempat la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-15
Baca selengkapnya

BAB 56

Bagaimana ini? Tia terus berjalan cepat. Marni melihatnya dan memanggil. Tia pun menoleh menghampiri. "Tia pulang dulu, Bu," pamitnya sembari cium tangan. Lupa dengan pesan Haris untuk jangan dulu pulang. Dirinya terlanjur malu dan ingin segera pergi. "Apa sudah pamit dengan Haris?" Tia tidak menjawab keburu berbalik dan keluar pintu rumah menenteng tasnya. Marni mematung heran melihatnya berlalu begitu cepat. "Kenapa anak itu? tidak seperti biasanya?" Haris beranjak duduk. Masih tersenyum. Sudah lama baru bersentuhan bibir lagi dengan lawan jenis meski tidak sengaja. Disentuh pelan bibir itu, semakin lebar senyum tersebut hingga memperlihatkan gigi putihnya yang rapi. Rasanya terlalu sebentar, jika boleh dia ingin lebih lama. Bibir Tia lembut dan basah. Tapi tidak bisa, Tia bukan gadis sembarangan. Bukan gadis gampangan untuk diajak berbuat mesra oleh orang yang bukan mahramnya. Haris pun menghormati komitmennya itu. Toh kalau sudah menikah nanti dia bisa bebas. Mau melakukan ap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-16
Baca selengkapnya

BAB 57

"Sepertinya kita butuh baby sitter," ujar Satria tiba-tiba saat baru menyelesaikan sarapan. Ayra yang sedang menyusui Arka meliriknya. Sedangkan Arsya berada dalam kereta dorong tidak jauh dari mereka. "Tidak perlu, Mas. Aku masih sanggup mengurusi si kembar." "Aku kasihan energimu banyak terbagi, Ayra. Siangnya mengurusi si kembar, malamnya melayaniku." Satria akui hasratnya tinggi. Dan sering melakukan itu. "Setidaknya kalau ada baby sitter kamu tidak terlalu capek." Jadi jika malam dirinya meminta jatah stok energinya banyak. "Juga kalau libur aku bisa kapanpun bermesraan denganmu, karna si kembar ada yang jaga." Selain bermesraan malam-malam, Satria juga ingin bebas melakukannya saat siang libur bekerja dan tidak kemana-mana. "Kamu juga pake sufor ya, biar gak terlalu cape menyusui." Memberi ASI itu tidak mudah. Apalagi untuk bayi kembar. Seperti tidak ada habisnya. Satria kasihan melihat Ayra seperti kelelahan. Energinya sering dikuras. Kalau dibantu susu formula, dia tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-17
Baca selengkapnya

BAB 58

Satria baru tiba di kantor sudah ditunggui Sasya di depan ruangan. Wanita itu bersandar pada dinding kaca dan tersenyum menyambutnya. "Pagi," sapanya ramah. Satria sejenak berhenti menarik napas kecil, sepagi ini dia sudah di sini. Dia lalu membuka pintu. Sasya hanya diliriknya sekilas. Satria malu serta tak enak karna diperhatikan para karyawan yang sama baru datang dan baru duduk di kubikelnya masing-masing. Sasya ikut ke dalam ruangan. Melihat lelaki itu duduk di kursinya dan bersiap bekerja. "Aku bawain sarapan buat kamu." Dia meletakkan kantong makanan yang sejak tadi dipegangnya. "Bawa kembali. Saya sudah sarapan.""Ya ampun, Satria gak usah bicara kaku begitu. Makanan ini kamu simpan saja buat nanti kalau lapar." Dia memaksa. Lalu duduk di hadapannya. Satria sudah mencoba abai tapi Sasya tak peduli. "Aku mau kerja, sebaiknya kamu keluar dari sini. Kamu juga harus bekerja di kantormu." Lelaki itu mulai jengah. "Aku mau membahas pekerjaan denganmu, tentang proyek itu. Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-19
Baca selengkapnya

BAB 59

Wandy tertawa lagi melihat Haris yang begitu menantang. "Kamu pikir siapa? Punya kamu 500 juta, hah? Dan uang itu harus ada hari ini juga!" Orang tua Tia ketar-ketir mendengarnya. Tia sendiri semakin sedih. Uang 500 juta bukanlah sedikit. Haris menghela napas panjang. Tidak mudah untuk memiliki Tia, tapi untuk gadis sebaik dia mungkin itu harga yang pantas dikeluarkannya dari pada membiarkan gadis itu dimiliki lelaki lain, yang tidak lebih baik darinya. Tia dijadikan istri ke tiga, tidak mudah menjalani pernikahan seperti itu, dia bisa tersiksa. Haris sudah merasakan sendiri, memiliki pasangan lebih dari satu tidaklah enak, banyak yang jadi korban dan berujung kehilangan. "Saya siap membayar hari ini juga. Tapi bubarkan dulu pernikahan ini." Dia rela merogoh tabungan agar Tia bisa bebas. Cukup dulu dia mengabaikan Ayra yang sebenarnya membutuhkan uang tidak sedikit untuk mengatasi infertilitasnya, agar bisa memiliki anak. Tapi dia terlalu sayang mengeluarkan uang untuk kebaikkan t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-20
Baca selengkapnya

BAB 60

Kedua mempelai tersenyum senang. Haris mengulurkan tangan, Tia mengerti menyambutnya dan cium tangan. Tidak pernah menyangka akan berakhir seperti ini. Dari yang awalnya pernikahan tidak dinginkan bersama Wandy, sekarang dia suka rela menjadi istri Haris. Dirinya sadar kelamaan memberi jawaban saat Haris melamar, padahal lelaki inilah yang terbaik. Kini mereka telah sah. Benarlah kata pepatah, kalau sudah jodoh tidak ke mana. Akan tetap dipersatukan walau rintangan menghadang. Acara selesai. Para saksi pamit pulang keluar dari Masjid. Orang tua Tia mengucapkan rasa terimakasih pada pak penghulu yang telah sabar menghadapi yang terjadi. Tokoh masyarakat itu pun juga pamit dengan mengucapkan salam. "Mari ke rumah Ibu." Warni mengajak Haris ikut serta bersamanya. "Iya, ayo ke rumah Bapak.""Ah, iya." Lelaki itu menanggapi singkat. Lalu diliriknya Tia di samping yang berdiri malu-malu. Gadis itu terperanjat Haris meraih tangannya menggenggam hangat. Dan bertambah tersipu. "Ayo, ke mo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status