All Chapters of BAJU ADIKKU DI RANJANG ISTRIKU: Chapter 71 - Chapter 80

87 Chapters

BAB 71

"Aku sakit, teganya kamu melarangku bertemu anakku sendiri. Dan sekarang mau membawanya pergi. Tidak akan kubiarkan!" ujar Tisa geram. Air mata luruh lagi tapi juga tersenyum miris. Haris bisa tertular HIV kalau cairan darah ini disuntikkan ke tubuhnya. "Hidupku sudah menderita, tapi kamu menambah-nambah dengan melarang bertemu anakku sendiri. Aku terpaksa membawanya ke sini." Ditatapnya nanar Haris, yang masih membeku. "Aku akan menuntikkan cairan ini jika kamu memaksa membawanya pergi!" Dia sudah dekat berada di hadapannya. Dua orang yang pernah saling mencintai, sering memadu kasih kini menatap benci satu sama lain. "Jangan seperti ini, Tisa. Singkirkan suntikkan itu.""Tidak. Kamu juga harus menderita penyakit ini. Aku tidak mau kamu bahagia, Mas!" "Hentikan pikiran jahatmu. Kalau aku sakit dan mati, siapa yang akan menjaga Dendy? Siapa yang membesarkan dan membiayai dia?" Tisa terdiam dengan air mata semakin berjatuhan banyak. "Harusnya kamu kembali bersamaku, Mas. Bukan men
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

BAB 72

Ayra terdiam resah dalam kamar karna Satria belum pulang. Ponsel di telinga diturunkan. Dihubungi tidak diangkat. Mengetik mengirim pesan pun tidak dibalas. "Masih di kantor apa sudah pulang kamu, Mas?" Tidak biasanya Satria begini. Jika pun telat dia selalu mengabari. Diliriknya si kembar yang sudah terlelap, masing-masing meringkuk saling berhadapan. "Apa pulang ke rumah Papa kamu, Mas? Atau ke rumah Ibu?" Demi menjawb rasa penasaran, Ayra pun menghubungi nomor ibu mertua. Barangkali Satria ada di sana. Menunggu cukup lama sampai bisa tersambung. "Assalamualaikum, Ibu, maaf Ayra mengganggu.""Waalaikumsalam ... Ayra, ada apa?" Marni sudah meringkuk di kasur beranjak duduk menerima teleponnya. "Apa ada Mas Satria, Bu?""Satria? Di sini tidak ada. Memangnya belum pulang?" "Belum, Bu. Di telepon juga gak diangkat-angkat." "Mungkin masih di kantor, Ra.""Tidak tahu, Bu. Kirain ada di rumah Ibu. Yaudah Ayra tutup teleponnya ya. Maaf mengganggu." Ayra mengakhiri panggilan. Ke mana
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

BAB 73

"Pak Haris, ada tamu." Amran asistennya membuka pintu setelah mengetuk. Haris mendongak. "Siapa?" "Bu, Tisa." Ragu-ragu lelaki itu memberitahunya. Karna Haris pernah berpesan untuk jangan menerima perempuan itu di sini. Haris terdiam mengetahui dia datang. "Tadi sudah saya suruh pergi. Tapi tetap di sini. Memohon-mohon bisa ketemu Pak Haris." Mau apa dia? Haris mengeryit. "Yasudah, suruh kemari.""Baik, Pak." Amran menutup lagi pintu setelah menerima perintah. Tisa beranjak dari sofa tamu begitu dipersilakan. Menaiki tangga dan membuka ruangan Haris berada. Lelaki itu terlihat sibuk dengan laptop dan setumpuk berkas. Tia mendekat perlahan. "Mas?" Haris menunda lagi kegiatannya melihatnya. "Maaf mengganggu, Mas.""Kamu mau apa ke sini? Kalau untuk mencari lowongan pekerjaan tidak bisa." "Bukan itu, Mas." Tia duduk di hadapannya. "Lalu apa? Katakan. Aku banyak perkerjaan." Haris tidak mau basa-basi. Dia sibuk, belum lagi ada jadwal temu dengan klien di luar. "Mas, maaf sebe
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

BAB 74

Ayra duduk termenung dengan sisa-sisa air mata di pipi. Dulu, sewaktu tahu Haris mendua, lalu menikahi Tisa, dia sangat kecewa, marah dan sakit hati. Tapi hanya sebatas menangis dan melayangkan protes. Tidak berani memukul. Hari-hari terasa nelangsa setelah itu. Karna kasih sayang Haris dan waktunya terbagi. Dia mencoba menjalani menguatkan diri. Tapi semakin ke sini, Haris semakin tidak ada waktu untuknya dan Tisa semakin manja. Sampai hari na'as itu terjadi. Dia difitnah gara-gara baju Satria ada di ranjangnya. Penderitaan semakin banyak, juga merasa diri hina. Dia baru sadar sikap bertahannya selama ini sia-sia. Dan pelakunya Tisa. Dia pun tersingkir dan bercerai. Satria selalu memberi perhatian dan menolong. Meski Ayra bersikap ketus padanya. Sampai insiden kedua terjadi, membut mereka hidup bersama dalam ikatan pernikahan. Ayra yang membenci Satria lama-lama luluh karna sikap baiknya. Laki-laki itu bisa membuat namanya 'bersih' dan membereskan kekacawan yang selama ini menghi
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

BAB 75

Mata Ayra memanas sama seperti keadaan hatinya. Juga dada yang bergemuruh. Melihat satu demi satu poto yang dikirimkan nomor asing. Sasya memeluk Satria dari samping mencium pipinya. Ayra beranjak turun dari ranjang dengan cepat dan ke luar kamar, tanpa memikirkan si kembar. Beruntung dua bayi kecil itu tidak terbangun.Menapaki anak-anak tangga mencari Satria dengan air matanya yang menetes-netes. Menjumpai lelaki itu di balkon tengah bersandar di kursi memejamkan mata. "Katamu tidak terjadi apa-apa, tapi ini apa?!" Sontak Satria membuka mata. "Ayra?" Ponsel dilempar padanya dan membelalak melihat poto dirinya tidur bersama Sasya. "Ini tidak seperti yang kamu kira." "Sudah jelas ada bukti, masih menyangkal?" "Nggak, Ra. Aku nggak ngelakuin apa-apa." "Tapi dia ngelakuin itu sama kamu!" "Tidak. Tidak terjadi apa-apa di antara kami." Satria beranjak berdiri. Entah kenapa bisa ada poto seperti itu? Seingatnya sewaktu sadar, Sasya baru mau memulai dan dia bisa menghindar. Dia tid
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

BAB 76

"Kamu sudah makan?" tanya Marni. Satria hanya menggeleng. Pulang kerja dia langsung ke sini. Sekarang tengah duduk bersandar setelah tadi memeluknya. "Makan dulu, biar Ibu ambilkan." "Tidak usah, Bu," jawab Satria lesu. Marni tidak menghiraukan, bernajak ke ruang makan yang masih ada Haris dan Tia di sana. Mengambilkan satu porsi untuknya dan menuang air minum. "Satria kenapa, Bu?" tanya Haris. Dia baru selesai makan. "Entah Ibu juga tidak tahu. Datang-datang meluk Ibu seperti itu. Sepertinya dia ada masalah." Tia terdiam mendengarnya dan melirik Haris. "Biar dia makan dulu. Kasihan pulang kerja langsung ke sini. Pasti lapar." Marni pun berlalu membawa sepiring nasi dan gelas minum. Mereka melihat kepergiannya. "Ini makan. Gak usah malu. Kamu pasti lapar sudah seharian bekerja di luar. Biar gak sakit." Satria yang duduk bersandar terenyuh melihat ibunya begitu perhatian. Dia pun duduk tegap, meraih piring tadi dan bersantap. Tidak mau mengecewakan Marni. Menunduk mengabaikan
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

BAB 77

Saat Satria masih tidur, Ayra sudah terbangun dan tengah bersujud melakukan solat subuh. Kemudian duduk, khusu menyelesaikan sampai mengucap salam ke kiri dan kanan. Selanjutnya mengangkat tangan berdoa. Di keheningan subuh, Ayra meminta dikuatkan hati, diberi kesabaran tanpa batas, dan ingin rumah tangganya baik-baik saja tanpa campur tangan orang ketiga seperti dulu. Dia meminta semua itu dalam hati seraya terisak-isak pilu. Satria sampai mendengar dan terjaga dari tidurnya. Lelaki itu menoleh ke sisi, melihatnya yang menangis setelah solat. Dia lalu beranjak duduk begitu terenyuh. Turun dari ranjang, menghampiri dan berjongkok memeluk dari belakang. Ayra menahan isak tangis, tidak menyangka Satria akan bangun cepat. "Maafkan aku, Ayra ... terimakasih, kamu sudah mendoakan pernikahan kita." Ayra tertunduk. Menghela napas panjang. "Sebaiknya kamu ambil wudhu dan solat." Dia tidak mau menanggapi ucapannya barusan dan mengalihkan dengan hal lain. Dia meminta itu supaya Satria be
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

BAB 78

Tia sedikit terkejut saat membuka pintu yang datang adalah Tisa. Mengucapkan salam dan dia menjawabnya pelan. "Mau ketemu Dendy, ada kan?" tanyanya. Tia mengangguk kaku. Haris sudah tidak melarang Tisa untuk mengunjungi anaknya. Namun, bagi Tia hal itu menjadi kurang nyaman. Terlebih, dia dalam kondisi sakit. Tia risih. Tapi dia juga tidak bisa menolak. "Silakan." Tia pun memaksa tersenyum, membolehkannya ke dalam rumah. Tisa melangkah melewati. Perempuan itu pun tidak mau banyak bicara dengannya. Sebagai mantan istri Haris, dia masih merasakan sakit hati juga iri karna Tia bisa mengganti posisinya. Mempunyai kehidupan lebih beruntung bersama Haris. Sedangkan dia sendiri sengsara. Tapi meski begitu, Tisa tidak bisa berbuat apa. Dia tidak mau bertingkah bar-bar dan berulah lagi. Asal bisa bertemu anak, sudah cukup. Dia menjaga jarak dengan Tia. Tidak banyak bicara. Karna dia ke sini hanya untuk Dendy. Tia membuntuti langkahnya sembari mengusap perut. Melihat Tisa menghampiri anak
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

BAB 79

"Ris, kamu jangan ngasih uang sama Tisa kalau dia datang lagi." Saat makan bersama Marni membicarakan itu. Haris berhenti menyendok nasi melirik ibunya. Sementara Tia tetap melanjutkan makan dengan pelan dan terus menunduk. "Iya, Bu." "Nanti jadi kebiasaan. Dia keenakan. Dia harusnya tanggung jawab keluarganya bukan kamu lagi. Kamu kan sudah mengurusi anaknya." Marni tahu semua itu dari Tia yang sudah bercerita. Dia pun tidak setuju dengan sikap putranya yang dirasa berlebihan. "Haris gak akan ngasih lagi kok, Bu." "Jangan seperti itu. Lebih baik uangnya kamu kasih istrimu yang jelas-jelas sedang hamil anakmu." "Iya, Bu. Haris gak akan ngulangin lagi." Tidak cukup sekali Haris meyakinkan ibunya. Marni kesal mengetahui itu. Karna sudah menyakiti hati Tia. "Kalau apa-apa tuh bilang ke istrimu. Jangan main mengambil keputusan sendiri." Haris menarik napas panjang dan menghempaskan karna ibunya terus menyudutkan dan memperingatkan. "Haris juga udah bicarain ini dengan Tia. Ibu
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

BAB 80

"Bagaimana hadiah dariku sudah sampai?" Saysa menghadang langkah Satria yang baru tiba di basement kantor. "Sudah.""Oh, ya? Terus gimana? Istrimu yang alim itu pasti shock." Satria tersenyum sinis menanggapi ucapannya. Dia sengaja berbuat ulah. Seniat itu ingin menghancurkan hubungannya dengan Ayra. "Kamu tidak usah repot-repot mengirim barang seperti itu ke rumahku. Gak usah buang-buang uang untuk mengusikku." "Aku kan sedang memperjuangkan cintaku dan cintamu yang dulu tertunda." "Hanya kamu. Aku tidak!" tegas Satria. Dia tidak menyukainya lagi sejak lama. Justru yang ada membenci sikapnya yang begini. Laki-laki itu lalu pergi. Menjauhi mobil yang sudah terparkir rapi. Sasya mengikuti. Dengan tidak tahu malunya menggandeng tangan mesra. Satria melepaskan, tapi dia meraih lengannya lagi. Satria malu dilihat orang lain dan tidak ingin jadi pusat perhatian atau bahan gosip. Dan tentu bisa menjadi bahan masalah lagi dengan Ayra di rumah. "Kamu itu apaan si!" Sekali lagi dia lep
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more
PREV
1
...
456789
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status