All Chapters of BAJU ADIKKU DI RANJANG ISTRIKU: Chapter 61 - Chapter 70

87 Chapters

BAB 61

Haris tenang, alih-alih kecewa ibunya justru sumringah mengetahui dia sudah menikahi Tia, walau mendadak dan sempat membuat terkejut. Reaksinya berbalik tidak seperti ketika mengetahui Satria menikahi Ayra. Saat itu ibunya marah dan mereka ditolak. Tapi ahirnya keduanya diterima seiring berjalannya waktu dan Satria menjelaskan kesalah pahaman. Marni mengajak mereka masuk. Haris berjalan terakhir membawakan koper baju Tia. Dendy berseru memanggilnya. "Ayaah!" Haris melepaskan pegangan koper tersebut memeluk anak itu mencium-cium pucuk kepalanya dan menggendong. Satu sama lainnya saling merindukan. "Anak Ayah, maafin Ayah baru pulang." Mutia tersenyum, kini dia akan bersamanya setiap hari di sini. Tidak hanya sebagai pengasuh tapi juga sebagai ibu sambung. Dia sudah siap dan menyayangi anak itu. "Pernikahannya mendadak. Kenapa tidak beri tahu Ibu? Sayang sekali Ibu jadi tidak mempersiapkan." Saat duduk berkumpul Marni mempertanyakan hal tersebut. Tia menunduk, hawatir ibu mertua mar
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

BAB 62

Saat Haris membuka mata, Tia masih terlelap. Lelaki itu tersenyum memperhatikan sambil menepikan rambutnya ke telinga. Kini dia tak sendiri lagi saat bangun tidur, ada pasangan yang menemani. Dua tahun merasa kesepian, sekarang sudah berakhir dengan menikah lagi. Tia terbangun dan menoleh, wajah Haris begitu dekat sekali dengannya. Gadis itu masih malu-malu, terlebih ingat semalam. "Mas, sudah subuh?" Arah mata lalu diarahkan pada selimut dan bertanya itu. "Sudah." "Kalau begitu aku mau mandi." "Tetap di sini dulu." Haris mendekat dan memeluk. Mengentikannya yang hendak bangun. Hangat terasa tubuh keduanya saat menempel. Haris mengecup-ngecup pipinya, lalu turun ke bahu. Tangannya juga tidak diam menggerayangi bagian-bagian yang semalam disambangi. Seluruh tubuh Tia masih baru dan kencang. Haris sangat menyukai tubuh orisinil gadis itu, yang sudah dia ambil kegadisannya tadi malam. Tia mendesis menyukai sentuhan tersebut. Haris kemudian berpindah di atas. Menunduk memagut bibir
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

BAB 63

Haris dan Tia terkejut, sontak berlepas. Tia menarik selimut menutupi tubuh telanjangnya begitupun Haris ikut bersembunyi di baliknya. Menutupi sampai perut. Tisa orang lain yang tidak boleh melihat auratnya. Dan lelaki itu geram, bisa-bisanya dia ada di sini dan berani ke kamar ini tanpa mengetuk pintu dulu. "Sembarangan kamu, Tisa. Lancang memasuki rumah orang dan masuk kamarku?!" Haris memarahinya. Dia tidak boleh ke sini. "Kenapa? Terkejut? perbuatan busuk kalian ketahuan?" Tisa menyerang. "Jadi itu alasanmu mempekerjakan baby sitter muda supaya bisa kamu tiduri seperti ini? Menjijikkan!" Dia terus melayangkan tuduhan-tuduhan. Haris mengusap wajah dan menghela napas atas ketidak tahuan Tisa. Sementara Tia di bawah selimut jantungnya berdegup kencang, malu dipergoki sedang mesra berduaan. "Dasar pezina kalian!" Tisa mendekat ke ranjang menunjuk-nunjuk Tia yang tidak mau sekedar memperlihatkan wajah, semua ditutupi selimut. "Heh, kamu Tia, tidak tahu malu. Berhijab tapi berzina
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

BAB 64

"Kemarin Tisa datang lagi ke rumah Mas Haris. Bikin gaduh." Ayra menceritakan itu pada suaminya sambil memangku Arsya. "Bikin gaduh gimana?" Satria bertanya sambil meraih cangkir kopi."Mas Haris sedang gituan dengan Tia, diganggu Tisa." Kopi yang baru diminum tersembur mendengarnya. Lantas mengusap-ngusap bibir sendiri. "Apa?" Ayra terkekeh melihat ekspresinya yang terkejut sampai-sampai menyemburkan air kopi. "Maksud kamu mereka sedang anuan diketahui, Tisa?" Ayra mengangguk menahan senyum. "Lagi enak-enakkan?" tanyanya lagi."Iya, Mas. Mereka sedang bermesraan di kamar. Telanj4ng gak pake apa-apa.""Kok bisa?" "Tisa masuk ke kamar itu tanpa ketuk pintu dulu." "Wah, gak sopan. Sembarangan. Malu banget pasti.""Iya ... Itu juga Mas Haris keliatan malu sekali dan Tia gak berani ke luar kamar." "Lagian mau ngapain coba Tisa ke sana. Ganggu orang aja." "Dia mau ketemu anaknya, tapi gak ada karna kita lagi kondangan. Dia masuk ke rumah gitu aja karna gak ada yang jawab, terus deng
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

BAB 65

"Bu Warni kok mau-maunya anaknya dinikahi duda, cuma nikah siri lagi. Anak perawan rugi cuma dinikahi siri. Kayak anak saya dong. Diadakan pesta resepsi pernikahan. Harus dimeriahkan." Wati tetangga jauh Warni bicara seperti itu saat belanja sayur di mamang penjual keliling. Warni sedih mendengarnya dan hanya tersenyum terpaksa. "Gak gak apa-apa nikah sama duda, terpenting baik." Malah ibu-ibu lain yang menimpali. "Iya. Terpenting baik. Pak Haris baik sudah mau melunasi hutang Bu Warni yang banyak, ratusan juta! Laki-laki lain belum tentu mau. Belum tentu sanggup," timpal ibu-ibu lain. "Pak Haris itu orang baru. Kita gak tau. Gak kenal. Siapa tau dia duitnya pinjam juga buat lunasin hutang Bu Warni. Ngeri kalau begitu." Wati kembali bicara tak enak. "Tapi dia boss anak saya, Bu. Mana mungkin pinjam." Warni membela menantu. "Pak Haris punya kantor sendiri Bu Wati, dia Notaris. Punya karyawan. Kita dengar sendiri sewaktu akad nikah kemarin di Masjid." Dua ibu-ibu itu juga membela.
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

BAB 66

Pukul 10 malam, Satria dan Ayra tiba di rumah mereka. Sepulang dari acara pernikahan Haris. Resepsi sudah usai, tamu-tamu sudah tidak ada, sodara dan kerabat jauh pulang ke rumah masing-masing. Si kembar sudah tidur. Ayra membawa Arsya ke kamar, Mbak Darmi mengikut membawa Arka, bayi kembar itu ditidurkan hati-hati di kasur ayunan dan tutup kelambu. "Terimakasih Mbak sudah ikut menemani. Sekarang Mbak Darmi bisa istirahat." Darmi juga ikut ke resepsi itu, jika tidak Ayra akan kerepotan. "Baik." Perempuan itu berlalu ke luar kamar. Ayra bernapas lega sudah bisa istirahat, setelah seharian di pesta Haris. Melepas hijab lalu berganti baju piyama. Gerah terus memakai pakaian rapi di luar. Juga menghapus make-up yang tebal sambil duduk. Dia juga ikut didandani MUA di sana.Setelahnya duduk di tepi tempat tidur. Satria tidak kunjung masuk, entah di mana suaminya itu. Dia pun beranjak lagi, mencari. Menemukannya tengah duduk melamun di sofa. Wajahnya tampak sendu dan menyandarkan tubuh
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

BAB 67

Satria lekas memeluk Ayra. "Sayang, tenang.""Dia siapa?" tanyanya dingin. "Dia cuma teman." Sasya bangun berdiri anggun lagi. Tersenyum sinis atas reaksi Ayra. "Pengantinnya galak sekali. Overthinking." Dia berlalu tidak mau menyalaminya. Satria menahan geram dia sudah bertingkah menyebalkan. Orang tua mereka memperhatikan. Termasuk Haris. Mengerutkan kening pada sosok tamu asing dan seksi itu. Tamu-tamu pun melihatnya berlalu. Setelah beberapa saat suasana kondusif lagi, pengantin disibukkan lagi disalami tamu undangan yang lain. Namun, wajah Ayra sudah berbeda, tersenyum terpaksa, juga penasaran dengan wanita tadi. Satria meliriknya tidak enak. Usai pesta keduanya langsung pulang. Ayra menghapus jejak make up di kamarnya. Satria duduk di samping ranjang memperhatikan.Sangat cantik istrinya ini seperti gadis. Lekuk tubuh berbusana tipis itu terlihat jelas. Ayra mempunyai perawakan langsing namun berisi di beberapa bagian, pada bagian depan atas dan belakang yaitu bokong. Pada
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

BAB 68

"Tia postitif hamil, Mas." Ayra memberitahukan kabar gembira itu pada suaminya yang baru pulang bekerja. "Oh, ya? Kata siapa?" Satria duduk membuka kancing lengan kemeja menggulung sesiku. Juga membuka dua kancing atasnya. Sekarang pakaiannya setiap hari formal karna mesti ke kantor. Beda dengan Satria dulu saat belum menikah dengan Ayra. Kaos oblong, jeans sobek-sobek dan jaket. "Ibu nelpon ngasih tau. Tia katanya mual muntah dan positif garis dua saat di testpack." "Syukurlah kalau begitu. Mas Haris tokcer juga, ya." "Cepet, Mas, kalau dua-duanya sama-sama subur. Gak perlu nunggu lama." Ayra menghela napas dan termenung. "Mau sesubur apapun pasangan laki-lakinya kalau perempuannya gak subur susah. Kayak aku dulu. Susah punya anak." Satria yang tengah bersandar meliriknya dan menegapkan duduk kembali. "Tapi kamu udah bisa punya anakkan?" Satria tahu dia tidak enak hati sudah mengingatnya. Mengelus kepala Ayra."Perlu uang banyak untuk bisa hamil. Dan mungkin perlu uang banyak
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

BAB 69

"Dendy hilang?" Marni terkejut mendengar kabar cucunya tidak ada. Haris hanya pulang bersama Tia. "Maafin Tia ... Ini semua gara-gara Tia, Bu. Mas Haris merhatiin Tia yang mabuk dan gak tau Dendy pergi ke mana." Tia terisak-isak tertahan. Haris pamit pergi lagi setelah mengantarkannya pulang. Tidak mau kenapa-napa. Kini dia hanya berdua bercerita bersama ibu mertua. "Tidak ada yang tau dia pergi ke mana." Mereka sudah menanya-nanyakannya pada orang sekitar tidak ada yang melihat. "Ya Allah ... ke mana kamu Dendy ...," Marni pun jadi cemas. Anak sekecil itu belum bisa apa-apa di luar sana. "Kalau tau begini tidak usah ikut saja." Seharusnya dia menunggu bersamanya di rumah, tidak perlu dibawa. "Maafin Tia, Bu ... Ini semua salah Tia." Tak henti-henti dia menyesali diri. Seandainya terjadi sesuatu yang buruk pada Dendy dia akan merasa sangat berdosa. Marni melihat padanya. "Sudah ... tidak usah menyalahkan dirimu sendiri. Semoga Haris cepat bisa menemukan putranya lagi." Dielus-el
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

BAB 70

"Tadi Ibu nelepon Dendy hilang, Mas. Dibawa Tisa sewaktu Tia check up kandungan di rumah sakit."Ayra memberitahukan hal tersebut pada Satria, mendatangi di ruang kerjanya. Lelaki itu mendongak. "Kok bisa? Gak ketahuan.""Tia lagi muntah-muntah karna mual, terus mereka ke toilet. Mas Haris katanya lagi mijitin tengkuk Tia, Dendy lagi digengong pun diturunin dulu. Dia jalan sendiri gak tahuan dan diambil Tisa, Mas, yang ternyata ada di sana juga." Ayra menceritakan kronologi lebih lengkap sambil menggendong Arsya. Satria mendengarkan dengan raut wajah serius. "Ketahuan dari Cctv rumah sakit," jelas Ayra lagi. "Sekarang bagaimana? Udah lapor polisi?" "Kata Ibu, Mas Haris langsung pergi ke rumah Tisa." Satria menghela napas beranjak dari kursi. "Harusnya Mas Haris lapor polisi juga, biar Tisa jera. Meski pun itu anak kandung sendiri tapi caranya salah.""Mungkin kalau bilang dulu gak bakal diijinin, Mas, jadi dia lakuin itu." "Tetep gak boleh begitu. Bikin panik orang aja. Bikin su
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status