Semua Bab 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga: Bab 41 - Bab 50

76 Bab

41. Orang di Peringkat 101

"Apa maksudnya?! Kalian ... calon tunangan?!"Luke dan Ciel langsung menoleh ke arah suara tersebut. Nampak Caroline yang sudah berdiri di belakang sana dengan tatapan tidak percaya. Ia menggeleng pelan sambil melangkah mundur."Caroline! Kamu salah paham!" seru Luke.Caroline langsung berlari pergi meninggalkan mereka. Luke melirik ke arah Ciel yang mengedikkan bahunya. Lalu gadis itu mendorong punggung Luke cukup keras."Kejar dia, bodoh!" seru Ciel.Luke mendesis kesal. Namun ia dengan cepat mengayuh langkahnya untuk mengejar Caroline. Ia menelusuri lorong panjang yang mengarah ke ruang utama. Tidak butuh waktu lama, ia sudah menemukan sosok Caroline yang hampir masuk ke dalam kamarnya."Caroline!" teriak Luke.Caroline menoleh sekilas. Namun ia sama sekali tidak berhenti dan langsung masuk ke kamarnya. Luke dengan cepat berusaha menahan pintu yang hampir tertutup."Dengarkan aku dulu, Caroline!"Lewat celah pintu yang sedikit terbuka, Caroline menatap Luke dengan sorot mata yang t
Baca selengkapnya

42. Mimpi Basah

"Kau tau? Pemilik tubuh ini juga mengikuti permainannya."Ciel sontak menyemburkan air yang sudah ada di mulutnya ke wajah Luke. Pria itu tidak marah. Ekspresinya begitu datar sembari mengelap wajahnya yang basah. Ia menyodorkan tisu pada Ciel."Terima kasih." Ciel mengelap mulutnya, lalu kembali menatap Luke dengan mata melotot. "Dari mana kau tau?""Layar peringkatnya muncul secara tiba-tiba.""Pasti layar itu muncul saat ada perubahan poin atau peringkat. Saat kau masuk ke dalam permainan, layar itu juga muncul," jelas Ciel.Luke mendengus pelan. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, kepalanya menengadah sembari menatap langit-langit kafe tersebut. Kepalanya terasa sangat sakit. Apalagi saat mengingat ucapan Yellowdious.Joan yang asli bisa membunuh Caroline, karena dia tidak mencintai gadis itu."Menurutmu apa tujuan orang pemilik tubuh ini masuk ke dalam permainan?" tanya Ciel.Luke mengedikkan bahunya. Ia tidak akan menceritakan tentang tujuan Joan walau sebenarnya ia sudah tahu
Baca selengkapnya

43. Aku mencintaimu

Luke mendeham pelan sembari membuka pintu kamarnya. Ia tidak membukanya dengan lebar, melainkan hanya cukup untuk kepalanya."Ah, Caroline. Ada apa?" tanya Luke.Caroline melirik ke dalam melalui celah pintu. "Kamu sedang tidur?""Tidak, aku sedang di depanmu."Gadis itu mendecak pelan. "Maksudku, sebelum kamu membuka pintunya."Luke terkekeh, sebelah tangannya menggaruk tengkuk. Namun detik berikutnya ia mengangguk kaku."Aku tidur sebentar."Caroline mundur selangkah sembari tersenyum. "Mau bicara di luar? Sepertinya ada banyak yang harus kita bicarakan."Kedua alis Luke langsung naik bersamaan diikuti mata yang mengerjap berulang kali. Bibirnya melengkung sempurna tanpa bisa ditahan."Kamu mau bicara denganku?""Cepat, sebelum aku berubah pikiran!"Luke langsung membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Detik berikutnya, Caroline nampak begitu terkejut. Matanya membelalak dengan mulut sedikit terbuka. Luke mengikuti arah pandangan Caroline yang ternyata mengarah ...Ke celana.Luke sonta
Baca selengkapnya

44. Berlatih Pedang

Caroline melirik Luke yang sedang menyantap makanannya. Senyum pria itu tidak kunjung luntur. Apalagi saat diam-diam melirik ke arah Caroline."Anda sudah selesai makan, Tuan Joan?"Luke sontak menoleh ke arah Elle yang sedari tadi berdiri sembari mengamati mereka. Memang sudah menjadi bagian dari tugasnya untuk memastikan Caroline dan Luke makan dengan nyaman."Belum," jawab Luke sembari tersenyum kaku."Saya kira sudah selesai. Dari tadi saya perhatikan, Tuan tersenyum sendirian."Bibir Luke langsung mendatar, ia berusaha menahan senyumnya. Sementara Caroline yang mendengar itu nampak tersenyum kecil. Keduanya sama-sama teringat dengan kejadian semalam.Setelah menyelesaikan sarapan, Luke dan Caroline berjalan secara beriringan menuju taman. Sudah menjadi agenda harian bagi Luke berlari satu putaran, sedangkan Caroline akan memetik bunga untuk dirangkai siang hari."Apa Ayah akan datang hari ini?" tanya Luke sembari mengekori Caroline.Gadis itu mengangguk pelan. "Ayah pasti datang.
Baca selengkapnya

45. Tugas 100 Juta Leu

"Lukamu ... benar-benar menghilang."Luke langsung menurunkan lengan bajunya yang digulung. Ia merasa tidak nyaman dengan tatapan Galiard yang begitu mengintimidasi. Secepat mungkin ia memutar otak untuk mengalihkan perhatian pria tersebut."Bagaimana kalau Tuan mengajari saya teknik berpedang yang lain?" tanya Luke.Galiard langsung mengalihkan tatapannya ke arah Luke. "Kau tertarik?""Saya harus menguasai banyak teknik jika ingin menang," jelas Luke.Galiard tersenyum miring. Ia cukup puas mendengar jawaban Luke. Sebab dengan keinginan menang, menandakan kalau Luke ingin tetap bertunangan dengan Caroline.Galiard mengajari cukup banyak ilmu pedang yang diketahuinya. Luke sempat tidak menyangka kalau di zaman modern ini ada orang yang begitu ahli menggunakan pedang. Kemampuan Galiard hampir menandinginya. Padahal Luke termasuk Kesatria dengan kemampuan berpedang tingkat tinggi. Bahkan dengan kemampuannya, Luke bisa seorang diri membereskan naga inferno."Kau mau minum sesuatu?" tanya
Baca selengkapnya

46. Ciel Tertembak!

"Siapa pun orangnya, tidak akan aku biarkan lolos! Itu janjiku di atas uang 100 juta Leu!" ujar Robert.Luke tersenyum puas. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Matanya menatap lampu besar yang menggantung di langit-langit restoran tersebut."Christoper Brandon. Aku ingin kau mencari orang itu," ujar Luke.Robert membulatkan matanya. "Tu-tunggu! Kenapa kau mau mencari beliau?""Sebenarnya aku bukan ingin mencari Christoper Brandon. Hanya saja aku butuh jangkauan yang luas untuk bisa menemukan orang ini."Robert memicingkan matanya menatap lurus Luke. Ia sedikit menggeser kursinya agar semakin dekat. Lalu ia memajukan wajahnya."Apa dia mafia?" bisik Robert."Dia pembunuh yang punya kekuatan magis," jawab Luke.Wajah Robert langsung memucat. Ia kembali teringat dengan awal pertemuannya dengan Luke. Sebelumnya ia hanya pernah bertemu dengan satu orang yang sekuat itu, tapi ternyata di luar sana masih banyak orang yang memiliki kekuatan serupa."Sebenarnya ada berapa banyak orang
Baca selengkapnya

47. Caroline Patah Hati

"Ciel!!"Tubuh Ciel langsung terhempas ke belakang saat peluru berhasil bersarang di perutnya. Luke yang masih belum diketahui tempat persembunyiannya mencoba untuk tenang. Ia membidik salah satu yang paling dekat dengannya.Ku mohon ... harus kena! batin Luke.Dor!Luke membulatkan matanya saat peluru itu mengenai tepat di leher bagian belakang pria tersebut.Satu orang tumbang, Luke langsung mencari tempat persembunyian baru. Dua orang lainnya berjalan cepat ke arah rekannya yang sudah tergeletak berlumuran darah. Dengan posisi siap menyerang, telunjuk mereka sudah siap di pelatuk. Mata mereka menyapu layaknya gagak di malam hari. Bahkan dedaunan yang tertiup angin, sudah berada dalam pengawasan mereka."Berpencar!" titah salah satunya.Luke memejamkan matanya agar indera pendengarannya semakin menajam. Dari arah kanan dan kiri, langkah terdengar seirama. Semakin lama semakin dekat ke tempat persembunyiannya.Tembak satu orang, lalu mencari tempat belindung! batinnya.Luke menggulun
Baca selengkapnya

48. Dalang Utama

Luke tiba di depan rumah tepat tengah malam. Suasana sudah sangat sepi. Hanya ada petugas jaga yang hampir mirip dengan patung. Bahkan saat disapa, mereka hanya menunduk.Semilir angin menemani Luke begitu menyusuri koridor panjang menuju ke ruang utama. Begitu tiba di sana, tanpa sengaja ia menangkap siluet di tengah gelapnya ruangan berdiri di dekat jendela.Perlahan Luke mendekati siluet itu. Semakin dekat, ia mulai mengenalinya sebagai sosok Caroline. Rambutnya dibiarkan tergerai ditiup angin. Namun ada yang aneh."Caroline?" panggil Luke dengan lembut.Gadis itu menoleh. Matanya sudah membengkak dan wajahnya pucat. Detik berikutnya ia langsung memeluk Luke dengan erat."Kenapa baru pulang?" tanya Caroline.Luke menunduk, sebelah tangannya bergerak mengusap kepala gadis itu. Ia tidak menjawab. Justru semakin mengeratkan pelukannya."Joan."Luke mendeham pelan sebagai jawabannya."Kamu tidak menjawab pertanyaanku," ujar Caroline lagi.Luke semakin mengeratkan pelukannya. Ia bisa me
Baca selengkapnya

49. Bertemu Christoper Brandon

Luke memasang topi baseball hitamnya dengan jantung berdegup cepat. Ia tidak menyangka kalau Christoper Brandon masih mengira anak buahnya hidup. Ia bahkan mengajak bertemu anak buahnya di sebuah bar yang menjadi basecamp kelompoknya."Ciel, kau bisa mendengarku?" bisik Luke melalui earphone yang terpasang di telinganya."Sangat jelas.""Aku berangkat sekarang. Tugasmu hanya memberitahuku identitas orang-orang di sana.""Kau yakin penyamaranmu akan berhasil?" tanya Ciel.Luke tersenyum miring. "Aku bertaruh mereka belum pernah bertemu.""Kalau begitu, semoga berhasil, Kesatria Luke!""Jangan panggil aku begitu."Luke langsung mengarah ke sebuah mobil yang sudah disiapkan beserta sopirnya. Ia mengetuk kaca mobil bagian depan tepat di kursi kemudi. Kaca itu langsung turun dan menampakkan pria paruh baya berusia hampir setengah abad."Anda bisa mengantar saya ke Freddi Bar?" tanya Luke.Sopir itu menunduk. "Kalau pergi ke bar, saya harus minta izin pada nona."Luke mendesis pelan. Walau
Baca selengkapnya

50. Sosok Asli Christoper Brandon

Luke dan Klosa memarkir mobil sedikit lebih jauh dari lokasi yang disebutkan oleh Ciel. Rupanya selama ini Christoper Brandon menyembunyikan dirinya di Apartemen Luxury Bucharest."Klosa, kau bisa menggunakan pistol?" tanya Luke.Klosa mengangguk, tentunya sudah cukup untuk membuat Luke puas. Ia langsung dihadiahi sebuah pistol semi otomatis yang entah bagaimana bisa dimiliki oleh pria tersebut."Tetap berjaga di belakang."Keduanya berjalan santai memasuki lobby apartemen tersebut. Klosa juga sudah menyembunyikan senjata apinya di dalam baju. Sebisa mungkin Luke menghindari kontak mata dengan setiap pengunjung di sana. Sebab menurut pesan yang dikirim Ciel, semua orang di sini bisa jadi terlibat langsung dengan Christoper Brandon."Kau lewat tangga darurat. Kita bertemu di lantai 3," bisik Luke.Seperti biasa, Klosa mengangguk patuh. Mereka berpisah tepat di depan lift. Luke masuk ke salah satunya, sementara Klosa berjalan cepat menuju tangga darurat.Selama berada di lift, Luke bisa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status