Inara menaruh gelas air putih itu di atas meja, berlanjut duduk di tepi kasur dengan Qian duduk memperhatikannya sejak masuk ke kamar itu. Qian memeluk tubuh Inara erat, membuat wanita itu malah bingung. "Lepas." Inara melepaskan pelukan Qian, tidak ingin memiliki hubungan dekat dengan keluarga Wirananda, terutama suaminya itu. Qian kembali memeluk Inara. "Kamu istriku, kan?" tanya Qian. Inara melepaskan tangan yang sempat berusaha melepaskan pelukan Qian di tubuhnya. Sejenak tubuhnya diam kaku, kaget mendengar pertanyaannya pria itu. Setelah merasa pelukan Qian kendur, Inara melepaskan pelukan pria itu dan menatap Qian cukup dalam. "Aku bukan istrimu. Kamu mabuk, Tuan," bohong Inara, mengingat Sarina tidak akan pernah memberikan jalan untuk hubungan mereka dan yang akan ada hanya luka. "Kamu istriku," kata Qian, menarik tangan Inara yang hendak berdiri. Wanita itu kembali duduk di tepi kasur dan Qian memeluknya, tidak memberikan celah untuk Inara bisa meninggalkannya. "Mama b
Read more