Dengan berpikir seperti itu, Alya tidak lagi memberontak. Sekujur tubuhnya melemas, seolah-olah dia sudah menerima nasibnya.Irfan juga merasakan kepasrahannya.Tidak, daripada mengatakannya pasrah, Alya lebih seperti sepotong kayu yang sudah lama terombang-ambing di laut, rusak akibat angin dan hujan. Saat ini, dia sudah tidak ingin lagi melawan, dia hanya ingin mengikuti arus.Melihat Alya yang seperti ini, Irfan merasa sangat tak berdaya dan sedih.Meskipun Alya adalah sepotong kayu apung, dia masih membutuhkan seseorang untuk menyelamatkan dan merawatnya.Tanpa sadar, Irfan menggenggam tangannya dan dengan hati-hati meremasnya.Kemudian, dia mengangkat kepalanya dan menghadap Rizki yang berwajah pucat. Sementara Rizki bergegas melewati meja dan kursi, Irfan tersenyumSenyumnya tampak penuh dengan kemenangan.Setelah bertahun-tahun saling mengenal, ini adalah pertama kalinya Irfan menunjukkan senyum dan ekspresi seperti ini pada Rizki.Buk!Rizki datang dengan langkah lebar, tinjuny
Baca selengkapnya