All Chapters of Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin: Chapter 61 - Chapter 70

77 Chapters

Bab 61 : Panah Naga Api

Sudah lebih dari 60% wilayah Kartovik Timur luluh lantak akibat serangan itu. Korban pun semakin banyak yang berjatuhan. Tapi sayangnya bantuan dari luar tidak ada satu pun yang bisa masuk karena terhalang perisai ‘Thermalla Skyoldir’ yang siap membakar siapa saja yang berani menyentuhnya.Di SMA Khusus Wanita Kartovik yang sudah hampir seluruhnya terbakar terlihat otak dari penyerangan mematikan ini, Alberta yang masih berdiri tegak dengan busur panah di tangannya. Sementara itu dua gadis penyihir yang menjadi targetnya, Alisa Garbareva dan Floria Fresilca sudah sangat kelelahan akibat pertarungan dengannya.“Sudah cukupkah bermain-mainnya? Mari kita akhiri semua ini,” kata Alberta.“Be-lum,” Ucap Flo terbata-bata sambil berusaha berdiri dengan bantuan pedang besarnya.“Huh, kalian ini memang keras kepala,”Sang peringkat dua itu menghela napas lalu kembali mengarahkan busur panahnya pada mereka berdua.“Kalianlah yang memaksaku untuk melakukan semua ini. Bagi kami, kalian hanyalah ka
Read more

Bab 62 : Vilhelmina

BRUKKWanita itu terhempas oleh serangan lawannya. Walaupun ia adalah gadis penyihir api terkuat se-Vitania, tapi kemampuan lawannya yang merupakan gadis penyihir terkuat nomor 1 di daerah itu masih tak sebanding dengannya.“Payah sekali. Kau tidak serius melawanku, Alberta,” kata sang lawan sambil mengarahkan tongkat sihir pada gadis penyihir api itu.Alberta dengan busur panahnya berusaha untuk bangkit kembali, tapi energinya sudah terkuras habis. Meskipun begitu ia tetap berusaha untuk bangun.“Tidak, huh, aku bersungguh-sungguh melawan Anda kali ini, Nona Vilhelmina.”Tapi ucapan itu malah ditanggapi secara sinis oleh gadis penyihir dengan topi dan jubah ungu itu.“Tidak. Kalau kau serius melawanku maka kau harusnya sudah menggunakan Spell Caunta Fir padaku. Meskipun aku lebih kuat darimu, tapi dengan teknik sihir itu kau bisa menghabisiku dengan mudah,” tepisnya.Rambut perak wanita itu berkibar tertiup angin.“Tidak mungkin. Saya tidak akan bisa melakukan hal itu pada kawan sepe
Read more

Bab 63 : Prajurit Surga

Cahaya terang menembus kegelapan. Sinarnya begitu menyilaukan mata. Penglihatannya masih nampak buram saat itu, tapi perlahan semuanya terlihat jelas. Gadis itu pun membuka matanya.“Uh, dimana aku?”Dengan kondisi tubuh yang masih sangat lemah, Alisa yang mendapati dirinya terbaring di tanah mencoba untuk bangkit. Ia pun melihat kondisi di sekitarnya.“Ini, Kartovik ya?”Sejauh mata memandang, ia hanya melihat puing-puing bangunan yang hancur di pagi yang mendung itu. Terlihat sejumlah petugas yang menggotong para korban, sementara sebagiannya lagi mencari korban lain yang masih bisa diselamatkan. Ada pula petugas yang memasukkan sesosok manusia ke dalam kantong jenazah berwarna abu-abu.Kartovik Timur memang sudah hancur total akibat penyerangan mematikan itu, tapi sepertinya semuanya sudah berakhir. Tidak ada tanda-tanda dari gadis penyihir musuh lagi.Alisa sedikit menghela napas dan menoleh ke kiri. Rupanya ada seorang perempuan berambut panjang yang tengah duduk di sampingnya sa
Read more

Bab 64 : Pagi Kelabu

Pagi itu semuanya nampak tak biasa. Tidak ada senda gurau, canda tawa, serta kesenangan-kesenangan lainnya di Kartovik ini. Setelah peristiwa penyerangan itu, semuanya seakan sirna.Di tengah cuaca mendung itu, para siswi SMA Khusus Wanita Kartovik berkumpul di sebuah lapangan yang luas dengan sisa puing-puing bangunan di sekitarnya. Sekolah megah itu kini nyaris tak berbentuk lagi, bahkan seluruhnya hampir rata dengan tanah.Dan bukan hanya itu. Sekolah yang sebelumnya memiliki lebih dari seribu orang siswi kini hanya tersisa kurang dari setengahnya. Sebagian besar dari mereka telah gugur akibat penyerangan mematikan itu, dan sebagiannya lagi ditangkap karena pengkhianatan. Termasuk kelas 2-F yang sebelumnya memiliki 27 siswi kini hanya tersisa 13 orang saja.Alisa Garbareva, salah satu siswi kelas 2-F yang selamat dari peristiwa itu berjalan sambil memegang sebuah karangan bunga berbalut karton hitam. Dengan mengenakan dress serba hitam, gadis Telhi itu berjalan ke depan sebuah foto
Read more

Bab 65 : Penyesalan dan Kekecewaan

Alisa Garbareva, Floria Fresilca, Linne Helenawicz dan Felipe Elsberg nampak tak percaya bahwa mereka telah dipanggil oleh orang nomor satu di Karelia itu. Alistair Stefansson terlihat berdiri menyambut mereka berempat, ditemani oleh adiknya Lilia Stefansdottir di samping kirinya serta seorang pria misterius berambut perak di kanannya.“Selamat datang. Kami sudah menunggu kalian sejak lama,” kata Alistair.“Pak Gubernur? Tapi, kenapa?” Alisa bertanya-tanya.Sang Gubernur melangkah ke depan.“Senang kau bertanya, nak. Tujuanku memanggil kalian ke tempat rahasia ini adalah untuk memberikan kalian semua informasi yang sangat penting,” ucap Alistair.“Informasi yang sangat penting?” kata Alisa kebingungan.“Begitulah. Kalau informasi ini kami sampaikan di atas sana maka akan sangat berbahaya sekali karena ini menyangkut rahasia negara. Jadi kami mengundang orang-orang penting seperti kalian untuk berdiskusi disini,” timpal Lilia.Keempat orang itu hanya terdiam mendengar ucapan dari adik p
Read more

Bab 66 : Kebenaran Tentangnya

Gubernur Alistair mengusap air matanya, sementara itu kondisi Linne sudah jauh lebih tenang. Pembicaraan pun kembali berlanjut.“Huh, sepertinya ini akan menjadi pembicaraan yang panjang dan cukup berat,” ujar Inori sambil menghela napas.Sang cucu terakhir Sazali itu mundur selangkah.“Yah, seperti yang sudah aku katakan tadi. Ayahmu, Profesor Sirius Garbareva merupakan pemimpin dari 7 penasehat istimewa raja yang ditunjuk oleh Paman Frederick. Tugas mereka adalah untuk memberikan masukan dan saran kepada kerajaan dalam hal kebijakan publik. Merekalah yang justru paling berjasa dalam kemajuan Archipelahia dibandingkan dengan keluarga Fatir itu sendiri,” ungkap Inori pada Alisa. “Begitu ya,” ucap Alisa sambil memegang dagunya.“Tapi sayangnya, pasca kejatuhan Fatir mereka malah dianggap sebagai ancaman oleh Calais. Masukan dan saran yang mereka sampaikan malah dicap sebagai penghinaan terhadap raja. Dan mereka pun berusaha untuk disingkirkan,” lanjutnya.“Disingkirkan?” Floria bertan
Read more

Bab 67 : Menjelang Pertemuan

Alisa dan Floria berjalan di lorong bawah tanah yang panjang itu, melewati dinding bebatuan dan kayu oak di sisi kiri dan kanan mereka. Terlihat ada satu dua orang yang berjalan di depan mereka menuju tujuan yang sama, ruangan besar tempat pertemuan kemarin,Kedua gadis itu diundang oleh Putri Inori dan Gubernur Alistair untuk ikut serta dalam pertemuan antar kepala daerah di ruangan besar itu. Terlebih karena mereka berdua juga berada pada posisi yang cukup strategis dalam rencana yang akan dilakukan cucu Sazali tersebut.Walaupun begitu, apa yang ada di benak Alisa tak bisa dibohongi. Kesedihan masih nampak terlihat dari raut wajahnya. Gadis Telhi itu berjalan sambil menundukkan kepalanya.“Hei, Flo.”“Iya, Alisa?”“Kira-kira, apa yang akan dilakukan oleh Putri Inori ya?” tanya Alisa dengan suara pelan.“Entahlah, aku juga tidak tahu,” jawab Flo.Tak terasa mereka pun sudah sampai di ruangan itu. Kini tempat tersebut terlihat seperti ruangan rapat dengan kursi yang berjajar dan meja
Read more

Bab 68 : Pertemuan Para Penguasa

Semua orang sudah ada di tempat rahasia ini. Melalui sihir interface yang diciptakan oleh Lilia, sang kakak sekaligus Gubernur Karelia Alistair Stefansson bertatap muka dengan tiga kepala daerah lainnya. Terlihat ada Adipati Keydoria Adonis Jacob Kwizera, Datuk Clonovia Glenn Zulkarnain, serta Adipati Vitania Rosalia von Schneider.“Ah, Gubernur Alistair. Sudah lama kita tidak berjumpa sejak rapat terakhir beberapa bulan lalu,” ujar Adonis, sang Adipati Keydoria.“Kita berempat memang sudah lama tak bertemu secara bersamaan seperti ini. Mungkin lebih dari satu sampai dua tahun,” ucap Adipati Vitania, Rosalia.“Kau benar, Adipati Rosalia. Semenjak Raja mengubah beberapa kebijakan, pertemuan bersama diantara kita jadi lebih jarang,” tambah Datuk Glenn.Glenn menatap layar interface ke arah Alistair.“Oh iya. Ngomong-ngomong apa yang ingin kau sampaikan pada kami di hari yang cerah ini, Gubernur Alistair?” tanya kepala Daerah Otonom Clonovia tersebut.Mendengar ucapannya itu membuat Alis
Read more

Bab 69 : Arti dari Sebuah Nama

Angin berhembus cukup kencang di cuaca yang cerah itu. Kurang dari 24 jam lagi rencana besar yang telah disepakati dalam rapat rahasia akan dilaksanakan. Namun di atas permukaan tanah itu nyaris tidak ada siapapun. Semuanya nampak sepi.Alisa duduk di sebuah bangku taman, namun tidak ada bunga yang mekar di sekitarnya. Yang ada hanyalah wilayah kosong yang nyaris rata dengan tanah. Terlihat sejumlah kecil puing bangunan yang belum dibersihkan. Suasana Kartovik wilayah timur itu kini bak kota mati, bahkan mungkin seperti hamparan tanah luas tak bertuan.Alisa menutup matanya sambil menengadah ke langit. Dirinya mengingat segala hal yang pernah terjadi di tempat itu bersama teman-temannya.“Sebentar lagi, semua penderitaan ini akan berakhir. Tapi, ini terlalu sunyi. Aku kesepian,” ungkap Alisa dalam hati.Perlahan air mata menetes dari pelupuk mata gadis Telhi itu. Ia benar-benar merindukan semuanya. Kehidupan yang damai, sekolah, serta kawan-kawan. Namun sekarang semuanya telah sirna.
Read more

Bab 70 : Hari H

Lokasi rahasia, Ibukota Chekovia, Daerah Otonom Vitania.Sebuah ruangan besar menyerupai aula berdiri megah di dalam ruang bawah tanah raksasa. Ruangan itu diperkirakan cukup untuk menampung hampir 10 ribu orang. Kini, sekitar lebih dari 8 ribu gadis penyihir anggota Brigade Penyihir Garis Depan Vitania berkumpul di tempat itu. Kebanyakan dari mereka adalah para petinggi brigade serta gadis penyihir tingkat tinggi yang memegang peranan penting dalam organisasi paramiliter dengan anggota nyaris 100 ribu orang itu.“Rapat akbar? Apakah ada hal yang sangat penting sampai kita semua dipanggil ke tempat ini?”“Entahlah, ini perintah langsung dari Pemimpin Utama.”“Kalau yang kumpul sebanyak ini, berarti akan ada suatu operasi besar. Apa mungkin ini adalah puncak dari perjuangan kita?”“Keren sekali. Tinggal selangkah lagi kita akan memperoleh kemerdekaan.”Para gadis penyihir saling berbincang memecah suasana malam itu. Tak berselang lama, sang pemimpin utama Brigade Penyihir, Sylvie Schwa
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status