Semua Bab Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya : Bab 291 - Bab 300

370 Bab

291. Panah Api ke Satu Target

Kevan turun dari mobil L300 pick up tanpa membuka helm.Kevan bertanya, "Ada terpal hitam, kan?" "Ada, Bos."Kevan mengangguk. "Oke. Rebahin mereka! Terus, tutup pakai terpal! Abis itu ikutin aku!""Siap, Bos."Kevan berjalan ke motornya. Dia melihat ke kanan dan kirinya. Dia menghubungi Raymond."Ada masalah, Van?" tanya Raymond di ujung telepon. Dia cemas."Di Blok G3 ini banyak rumah terbengkalai. Kamu dapet izin gunain salah satu rumah?"Kevan berbicara sambil menghidupkan mesin motor. Setelah melihat pekerjaan anak buah Raymond selesai, Kevan segera melajukan motornya."Nggak. Suneo yang bawa motor pelaku tadi ngejar mereka dari rumah Cia. Terus, Suneo ngasih tau aku kalau mereka mengarah ke Blok G3. Akhirnya aku siapin perangkap buat mereka."Kevan melajukan motor melewati perkampungan sepi. Jalan bebatuan dan penerangan yang kurang baik tidak menghalangi dia untuk tiba di tujuan.Saat Raymond menjelaskan, Kevan menyadari ada yang janggal. Dia berbicara dengan Raymond sambil me
Baca selengkapnya

292. Danau

Tembakan membabi buta menargetkan Kevan di perkebunan milik warga yang jauh dari keramaian. Lokasi Hunian Exclusive Green Lake memang agak terpencil. Bakan sebagian blok masih dalam tahap pembangunan. Kevan tidak lagi mengendarai motornya di jalanan bebatuan. Namun, dia menerobos tanah di sela-sela pohon kayu jati. "Kayaknya aku salah pilih perumahan buat Cia," keluh Kevan. "Aku cuma mikirin suasana yang asri dan tenang. Tapi, aku nggak pernah mikirin bahaya kayak gini!" Kevan telah menyadari kesalahannya. Dia salah mengambil keputusan untuk tempat tinggal keluarga Darwin. Namun, tidak ada gunanya menyesal di saat-saat seperti ini, kan? "Aku udah pasrah sama takdir. Tapi aku harap, Cia punya takdir yang lebih bagus dari aku! Dia harus selamat. Dia dan Nyonya Feli harus selamat." Di situasi seperti ini, Kevan tetap memikirkan keselamatan Ciara dan keluarganya. Dia bahkan memiliki harapan baik untuk Ciara. Tiba-tiba saja, keegoisan Kevan muncul. "Gimana pun caranya, aku h
Baca selengkapnya

293. Igoy, si Bedebah

Kevan telah hidup di jalanan dalam kurun waktu yang lama. Kevan juga sudah berteman akrab dengan kejamnya dunia luar. Maka seharusnya, dia bisa mengatasi situasi berbahaya seperti ini. Ketiga lawan Kevan melepaskan helm dan melemparkannya ke sembarang tempat. Sekarang, Kevan bisa melihat wajah-wajah lawannya dengan sangat jelas di bawah sinar lampu jalan yang terang benderang.Kevan menyunggingkan senyum di balik helm. Dia membuka sedikit kaca helm. "Igoy, Tablo dan Musang."Kevan menyebutkan nama-nama musuhnya yang ternyata sudah dikenalnya. Ketiga orang tersebut menatap Kevan dengan angkuh."Dulu, kita patuh sama semua perintah kamu. Tapi sekarang, semua udah berubah. Kamu bukan lagi orang penting bagi kita bertiga."Pria beralis tebal dengan tampang pas-pasan berkata untuk pertama kalinya. Dia adalah Musang. Kevan bahkan tidak tahu nama aslinya.Musang berkata lagi, "Kevan Hanindra, di dunia ini nggak ada yang tulus. Jadi orang jangan terlalu munafik, Van! Iya nggak, Tablo? Igoy?
Baca selengkapnya

294. Lari Atau Mati

Dor!Igoy menembak kepala Musang tanpa ragu. Dalam sekejap, tubuh Musang ambruk ke tanah. Bruk!Darah tidak berhenti mengucur deras dari kening Musang. Dia meregang nyawa dengan kedua mata melotot. Wajah Kevan memucat. Sekarang, giliran dia. Bisa apa dia sekarang?Pilihan Kevan hanya ada dua. Lari atau mati!Lebih tepatnya, mati di tangan Igoy!Ketika Kevan masih shock memandangi wajah Musang, suara Igoy menyentaknya."Kamu mau mati pakai cara apa, Van?"Suara serak Igoy terdengar tegas. Ketika Kevan menatapnya, dia sedang menyunggingkan senyum licik. "Aku nggak ngerti, kenapa kamu habisin nyawa teman sendiri?" tanya Kevan menggebrak keheningan malam. "Tapi apapun alasannya, aku nggak mau tau. Itu bukan urusanku."Kevan telah mengenal Igoy sejak lama. Igoy adalah orang kepercayaan Raymond sehingga Kevan yakin alasan dia membunuh Tablo dan Musang atas perintah Raymond. Tapi, apa alasannya? Kevan mungkin penasaran dengan jawabannya. Karena bisa jadi, semua ini berkaitan dengan dirin
Baca selengkapnya

295. Penembak Jitu

Srak!Diantara pepohonan kayu jati, ada sepasang mata tajam menatap ke segala arah. Dia adalah seorang pria berpakaian serba hitam. Tubuhnya tegap dengan pendengaran yang sangat baik. Ketika dia yakin keadaan aman, maka dia keluar dari tempat persembunyiannya."Ini HP Kevan, kan?"Pria itu mengulurkan tangan meraih handphone Kevan yang terjatuh. Kemudian, memeriksanya sebentar. Dia mengantongi handphone Kevan, lalu kembali ke tempat persembunyiannya dengan secepat kilat. "Di sini aman, Komandan."Seorang petugas kepolisian datang memeriksa keadaan. Dia berteriak guna memberitahu kondisi di TKP."Nggak ada jejak sepatu, darah atau apapun. Saya yakin, target nggak di sini," katanya lagi dengan sangat yakin."Oke, clear."Dia adalah komandan yang ditugaskan Robert Ombu untuk mencari jejak Kevan dan ketiga anak buah Raymond. Jika sang komandan sudah berkata clear, maka seharusnya tidak ada masalah.Petugas kepolisian tadi bertanya, "Tapi, Komandan, kalo mereka nggak lewat sini, berarti
Baca selengkapnya

296. Bumerang

Rumah besar keluarga Hanindra.Kevan sudah sampai di kota Paloma. Semua orang sudah menantinya di ruang tamu, termasuk Ciara dan ibunya. Begitu Kevan datang, dia bisa menemukan sosok Ciara yang berdiri diantara semua orang. Kevan lega. Sesuai dengan harapannya, Ciara dan Felicia selamat. Wajah Ciara yang sedih merusak suasana hati Kevan. Dia berjalan menghampiri Ciara dengan langkah tertatih.Sekarang, Kevan sudah berdiri di hadapan Ciara. Cinta dan Jasmine menangis. Jasmine sangat ingin memeluk putranya. Namun, dia membiarkan Kevan mendekati Ciara terlebih dahulu. Jasmine tahu, Kevan tidak bisa kehilangan Cintanya.Suasana di ruang tamu sangat hening. Mulut semua orang seperti terkunci. Ciara mendongakkan kepala. Dia menatap Kevan yang berwajah sendu. Ciara tidak terluka sama sekali. Keduanya tidak berbicara apa-apa. Mereka hanya saling pandang sambil mengkhawatirkan satu sama lain.'Aku senang kamu masih hidup, Cia. Makasih udah bertahan hidup.'Kevan mengutarakan isi pikirannya.
Baca selengkapnya

297. Omong Kosong

Dua jam lamanya Ciara menemani Kevan. Dia tertidur dalam posisi duduk. Suasana kamar Kevan yang redup membuat keduanya merasa nyaman dan tenang. Kevan mendengus pelan. Dia teringat akan sesuatu. Dia lantas membuka mata perlahan. "Cia!" Kevan menyebutkan nama Ciara dengan setengah sadar.Sosok pertama yang Kevan lihat adalah Ciara. Dia tersenyum melihat wajah tidur Ciara yang lucu."Aku kangen banget liat ekspresi kamu kalo lagi tidur."Kevan bangun perlahan. Tidak lama, wajahnya memerah."Aaaarghh! Punggung aku masih sakit, aja" keluh Kevan. Dia sedikit membungkuk.Kevan sudah terduduk di atas ranjang. Dia menoleh ke kanan dan kirinya mencari-cari Ziyad, Angga atau mungkin Omar."Ke mana mereka?" tanya Kevan sedikit kesal. Akhirnya, Kevan turun perlahan dari ranjang. Dia mengangkat tubuh Ciara dengan sangat pelan dan lembut, lalu membaringkannya di atas ranjang.Kevan mengusap lembut pipi Ciara yang Kemerahan. "Love you, Cia," ucapnya pelan. Aromaterapi lavender yang lembut terciu
Baca selengkapnya

298. Sekumpulan Bajingan

Suasana di ruang kerja Christian yang semula menghangat berubah menegangkan. Sejak kedatangannya, Kevan tidak menyadari kehadiran seorang pria dari keluarga Warlord. Perhatian Kevan pecah. Dia melihat seorang pria berkumis tipis dengan tatapan penyesalan berjalan cepat ke arahnya. Bruk!Pria itu bersimpuh di bawah kaki Kevanーmemohon pengampunan. Dia tidak berani lancang menatap Kevan yang dipenuhi aura dewa kematian yang menyeramkan. Bagaimana pun juga, Kevan terlihat lebih menakutkan daripada cerita-cerita yang beredar!"Tuan Muda, sayaーMartinus Warlord. Saya menjabat sebagai Kapolda Paloma yang berpangkat Inspektur Jenderal. Dengan menjunjung tinggi norma yang berlaku di keluarga Warlord, mohon pengampunan dari Anda."Tatapan Kevan penuh dominasi hasrat membunuh sehingga mampu memberikan kesan ekspresi yang suram. Siapapun yang melihatnya pasti merasa tertekan.Martinus membeku sejenak sebelum mengejek dirinya sendiri. 'Sial! Bisa-bisanya Robert Ombu berkhianat pada Ayah dan berbe
Baca selengkapnya

299. Menyabotase

"Kakek!"Suara teriakan Kevan membuyarkan lamunan Christian. Pria tua penyakitan itu kembali ke kenyataan bahwa Kevan sedang meluapkan amarah padanya. Bukan hanya amarah, Kevan bahkan sangat kecewa dengan Christian yang sejak tadi hanya sibuk menikmati rokok.Walaupun Christian tahu tentang kondisi kesehatannya yang memburuk, dia tetap tidak bisa menghentikan kebiasaan merokok. Karena prinsipnya, hidup mati hanyalah persoalan waktu. Semua orang di ruang kerja Christian menatap sang tuan besar yang katanya memiliki kekuasaan mutlak di mansion keluarga Hanindra. Kevan mencari-cari keberadaan kedua pamannyaーLeon dan Julian, tetapi keduanya tidak ada di sana. Itu artinya, kedudukan mereka berdua tidaklah penting di keluarga Hanindra."Jadi, Kakek nggak masalah punya relasi keluarga pengkhianat?! Apa Kakek nggak masalah kalo di masa depan Cucu keluarga Hanindra mati di tangan para pengkhianat?! Atau bahkan Istri Anda?!"Christian membelalakkan mata. Dia menatap Kevan yang berdiri jauh da
Baca selengkapnya

300. Tujuan Jhonny

"Udah lakuin aja perintah Kevan!" seru Angga setuju.Jika dicermati, Angga selalu mendukung apapun yang Kevan lakukan. Sikapnya itu terkadang membuat Ziyad dan Omar kesal. Angga memang telah menjadi teman baik Kevan sejak bertahun-tahun lamanya. Namun, bukan berarti dia dengan bebas mendukung semua keputusan Kevan, kan?Memikirkan hal ini, tentu saja Ziyad dan Omar merasa tidak senang. Bagaimana pun juga, Ciara memiliki hak privasi dan tidak seorang pun bisa mengganggunya, termasuk Kevan!"Angga, kamu nggak waras, ya? Kamu tau nggak yang namanya hak privasi seseorang?"Ziyad yang kesal menegur Angga. Sedangkan Omar hanya memasang wajah masam."Kalian kayak baru kenal Kevan aja," jawab Angga acuh tak acuh. "Dia pasti punya alasan.""Sekarang, Ziyad!" perintah Kevan lagi.Ziyad hanya bisa patuh. Kevan memang memiliki alasan, tetapi bukan berarti itu menjadi pembenaran atas tindakannya, kan?"Baik, Tuan. Tapi, saya nggak akan menormalisasi tindakan Anda ini."Usai mengatakannya, Ziyad p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2829303132
...
37
DMCA.com Protection Status