Semua Bab Kekasih OB-Ku Ternyata Kaya Raya: Bab 151 - Bab 160

550 Bab

151 Saat-Saat Menegangkan

"Maksudmu apa? pewaris keluarga Wong tentu saja ada di rumah nya yang dilindungi ratusan penjaga itu, apa kau mau kami menerobos ratusan penjaga itu, heh?" kata A Gui marah-marah.Sementara itu, Davin dan dua pengawalnya sudah berhasil melewati barisan terakhir dari anggota Genk Macan Tutul."Maksudku bukan itu. bagaimana kalau aku bilang kalau pewaris keluarga Wong ada di rumah sakit ini?" kata Johnny Tung sambil tertawa licik."Dimana dia?" tanya A Gui."Pewaris keluarga Wong itu baru melewati kalian, itu yang tadi sedang duduk di kursi roda, dia sedang menuju ke belakang sana," kata Johnny Tung yang ternyata sudah mengenali Davin sejak tadi dan dia gunakan info itu untuk membuat Genk Macan Tutul yang memang pernah bermasalah dengan Ayahnya Davin untuk mengalihkan perhatian mereka kepada Davin.Genk Macan Tutul yang dipimpin A Gui langsung mengejar ke arah Davin dan pengawalnya yang sudah berlari menuju ke belakang rumah sakit gelap milik Dokter Lee ini."Woy! berhenti!" teriak bebe
Baca selengkapnya

152 Masuk ke Rumah Davin

Davin masih menunggu dengan cemas di dekat mobil sambil menghadap ke atas menunggu tanda-tanda kemunculan Peter di atas sana."Tuan Muda, masuklah ke dalam. Nyonya Muda sudah menangis sejak tadi memanggil-manggil Tuan Muda. biar aku yang menunggu Peter," kata Wilson kepada Davin.Davin terdiam, dia menatap keatas sekali dan kecewa karena tidak menemukan Peter diatas sana, akhirnya, Davin putuskan untuk masuk ke dalam mobil Van lewat belakang. Begitu Davin masuk ke dalam mobil, Vania langsung menangis sejadi-jadinya dan memeluk tubuh Davin. mereka berdua berpelukan sambil duduk di kursi mobil bagian belakang. "Aku tidak akan meninggalkan mu lagi. seberapa besar pun penolakan, huhuhuhuhu..,dari keluarga mu, hiks..., yang akan aku hadapi nanti, huhuhuhu..., aku akan menerima nya. aku tidak akan meninggalkan kamu lagi, huhuhuhuhu...," kata Vania di sela-sela tangisannya."Terimakasih, Van. terimakasih karena kau sudah menyadarinya. aku punya alasan saat terpaksa menerima perjodohan itu,
Baca selengkapnya

153 Bertemu Calon Ibu Mertua

"Ma," kata Davin kaget.Mendengar kata-kata Davin di luar mobil, Alicia langsung menahan Vania yang baru saja hendak keluar dari mobil, kemudian Alicia menaruh telunjuknya di bibirnya meminta Vania untuk tidak bersuara sama sekali.Miriam Wong mengedarkan pandangannya dan berkata kepada para pengawal yang sedang berjaga di dekat rumah," kalian semua, menjauhlah dulu!"Mendengar kata-kata Miriam Wong, sang Nyonya Besar itu. para pengawal itu langsung menjauh dari rumah, mereka semua menuju ke arah taman di depan rumah sekitar dua puluh meter dari rumah. pengawal yang lainnya, langsung masuk ke dalam rumah. selain mereka, Peter, Wilson, Melvin dan juga Sylvia, langsung menjauh dari mobil karena menyadari kalau sebentar lagi akan ada pertengkaran keluarga dan mereka tidak ingin mendengar pertengkaran dari keluarga majikan mereka itu.Saat ini, yang tersisa ditempat ini, hanyalah Miriam Wong yang sedang berhadapan dengan Davin, serta Alicia dan Vania yang berada di dalam mobil Van milik M
Baca selengkapnya

154 Pertengkaran Ibu dan Anak

"Apa lagi yang terjadi padamu? kamu bisa mati kalau seperti ini terus anakku," kata Miriam sambil hampir menangis menatap wajah Davin."Ini buah dari kebodohan ku sendiri, Ma. tidak ada hubungannya dengan Vania," kata Davin berusaha meyakinkan Miriam."Tidak ada hubungannya? lihat dia! lihat dia menangis sampai berlutut seperti itu. lihat! itu berarti dia merasa bersalah. itu berarti, dia memang salah! jangan lagi membela dia! dan jangan lagi bersama dia. kamu bisa mati Russel!" kata Miriam sambil terus mendelik ke arah Davin."Ini adalah perbuatan ku sendiri, ma. aku yang bodoh, aku yang membuat diriku celaka, bukan dia, ma! justru mama yang membuat ku begini, bukan dia!" tegas Davin sambil mendengus marah."Heh! kenapa malah salahkan mama, hah?!!" dengus Miriam kesal."Karena penolakan mama itu, karena perjodohan yang mama paksa itu, karena provokasi mama ke Nainai itu, membuat Vania meninggalkan aku, sehingga ini terjadi. jadi, ini semua gara-gara mama!!!" kata Davin sambil berusah
Baca selengkapnya

155 Perintah untuk Menikah

"Begitulah kalau anak pebisnis pasti ikut insting bisnis ayahnya juga," kata Margaret Chung, ibu dari Vivian ikut menambahkan."Hahahaha..., ya begitulah. Russel memang seperti itu," kata Gerald Wong ikut-ikutan menanggapi anaknya.Russel mendekati Nainai nya yang nampak menatap Russel agak cemberut. karena itu, Russel pun mendekati Nainai nya untuk ber basa-basi sejenak didampingi oleh Vivian yang terus memegang tangan Davin dengan mesra."Sekarang, kamu harus tentukan tanggal pernikahan mu," kata Ibu Suri secara tiba-tiba, kata-kata Ibu Suri ini, berhasil membuat Davin terdiam seketika. "Tanggal pernikahan?" gumam Davin sambil menelan ludah nya."Ya. lebih cepat lebih baik," kata Ibu Suri sambil menatap kedua bola mata Davin dengan tatapan tajam. sesudah itu dia berkata pada Vivian," iya kan?""Aku terserah Russel, Nainai. kapan pun aku siap," jawab Vivian diplomatis."Akan segera kita tentukan, sesudah pernikahan Patrick, Nainai," timpal Davin akhirnya."Hus! gak perlu ditentukan
Baca selengkapnya

156 Rencana Pernikahan yang Terlalu Cepat

"Hah?!!! sampai segitunya?" tanya Vania kaget."Iya. sampai segitunya. sebenarnya, sebelum ini, Davin tidak pernah dijodohkan. dia bisa bergaul dengan siapa saja, dia bisa pacaran dengan siapa saja. tapi, semuanya berubah saat dia sempat masuk rumah sakit itu. Tante Miriam menyalahkan kamu untuk kejadian itu," jawab Alicia sambil menatap prihatin ke arah Vania."Aku tidak bisa menyalahkan mereka. sesungguhnya, aku memang yang salah. karena Davin di celakai oleh mantan pacar ku dan ayahku yang menyebabkan Davin lengah sehingga dengan mudah, Davin bisa dicelakai seperti itu, hiks...""Sudahlah. kamu jangan menyalahkan dirimu. yang penting saat ini, kamu harus bisa merebut hati Tante Miriam dan Nainai.""Nainai itu siapa?""Nainai itu nenek kami.""Oh.""Aku memang yang mengusulkan Davin untuk menerima dulu perjodohan dengan Vivian itu. karena, di pengalaman-pengalaman sebelumnya, nainai itu sangat sensitif saat di rumah kami ada persiapan untuk acara besar. nainai itu bisa marah-marah d
Baca selengkapnya

157 Menikmati Cahaya Rembulan di Wajahmu

"Eh oh eh...," Davin gelagapan mendengar pertanyaan Vivian ini. tentu saja dia ingin segera menjawab tidak tapi, di depan Miriam yang saat ini sedang mengawasi nya, dia tidak mampu berkata tidak."Sorry. besok Russel sibuk di kantor. maafin ya, Vivian...," kata Gerald Wong menengahi. mendengar kata-kata ayahnya ini, Davin pun langsung mengangguk-angguk mengiyakan. kata-kata Gerald Wong tadi, ibarat Save by the bells bagi Davin. tapi yang dimaksud disini bukan diselamatkan oleh bel, tapi diselamatkan oleh ayah. orang yang paling mengerti Davin selama Davin hidup."Apa memang begitu?" tanya Miriam memastikan sambil menatap Gerald Wong penuh selidik."Iya, ma. ada masalah pelik di kantor yang membutuhkan campur tangan Russel," jawab Gerald Wong dengan wajah serius ke arah Miriam. Miriam dan juga Vivian, mencoba untuk menyelidik ke wajah Gerald Wong tapi, mereka tidak bisa menemukan dusta disana, Gerald Wong terlihat bersungguh-sungguh dengan kata-katanya itu. Akhirnya, Vivian pun pamita
Baca selengkapnya

158 Kemesraan di Bawah Rembulan

Saat ini, Davin dan Vania tenggelam dalam suasana romansa yang tercipta di tempat ini saat ini. dalam hati mereka, mereka sama-sama tahu kalau ada banyak penghalang yang menghalangi hubungan mereka saat ini. Halangan dari keluarga Davin saat ini, bukanlah halangan yang bisa dianggap remeh, walaupun ada cinta yang kuat diantara keduanya tapi, tak urung, Vania mulai ketakutan juga dengan halangan dari Miriam, ibunya Davin, belum lagi halangan itu, juga berasal dari nainai, orang yang sangat berpengaruh di dalam keluarga Wong.Saat Alicia melihat Davin dan Vania berpelukan di balkon terbuka latai sebelas rumahnya, Alicia langsung menutup pintu dari dalam dan merapatkan semua gorden supaya apa yang terjadi diluar sana antara Davin dan Vania, tidak terlihat dari dalam rumahnya. Alicia ingin, Davin dan Vania bisa mendapatkan waktu bersama yang berkualitas karena Alicia sadar ada banyak sekali masalah yang sedang dan akan menghadang hubungan Davin dan Vania, karena itu, Alicia piker, berduaa
Baca selengkapnya

159 Cinta yang Semakin Kuat

Saat ini, hati keduanya telah bersatu dalam indahnya asmara yang menggebu di dada mereka, mereka semakin hanyut dan terseret dalam rasa yang bergolak di dalam dada mereka. Sejenak Davin tinggalkan yang dia lakukan di dalam baju vania yang tersingkap itu, dia pun menatap wajah Vania dan seakan bisa mengetahuinya, mata Vania yang sebelumnya terpejam itu, kini terbuka dan saling tatap dengan Davin. Empat bola mata bertemu, saling tatap dengan menyiratkan sejuta makna. Davin tidak mengatakan apa-apa, tapi, tatapannya seperti mengandung maksud yang mulai dimengerti oleh Vania, Vania pun tersenyum dan mengangguk serta membelai pipi davin dengan penuh kasih sayang, Vania menatap lelakinya dengan penuh kebanggaan, lelaki yang ternyata memiliki latar belakang sangat hebat, pewaris kekayaan super kaya itu, tapi, berani merendahkan diri dan menjadi Cleaning Service untuk waktu yang cukup lama untuk menemukan jodohnya hingga lelaki ini menemukan dirinya, karena itu, Vania sangat mengagumi, lela
Baca selengkapnya

160 Sebuah Rencana dari sang Mertua

Sesudah itu, Davin pun pulang ke rumahnya di sebelah di gedung utama keluarga Wong untuk bersiap ke kantor. setelah mandi, Davin sempat menunggu di bawah di depan gedung utama keluarga Wong, tapi, saat melihat Miriam Wong datang ke bawah untuk mengantarkan Gerald Wong yang juga akan menuju ke kantor, diam-diam, Davin langsung pindah ke gedung sebelah, di gedung keluarga kedua Keluarga Wong. Davin tidak mau Miriam bertemu Vania karena setiap saat Vania akan turun ke bawah dan Davin tidak mau Vania bertemu dan dimarahi ibunya lagi.Davin menunggu di balik pintu gedung keluarga kedua sambil berusaha mengintip keluar. Dilihatnya, Miriam Wong mengantar Gerald Wong sampai ke jalan depan gedung keluarga utama, mereka berdua terlibat dalam suatu pembicaraan, Davin terus memperhatikan mereka berdua, tiba-tiba, seseorang menepuk pundaknya dari belakang sambil ketawa-ketawa. “Sayang…, kau bikin aku kaget saja,” kata Davin saat membalikkan tubuhnya dan melihat Vania disana sementara dalam jarak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
55
DMCA.com Protection Status