Saat ini, hati keduanya telah bersatu dalam indahnya asmara yang menggebu di dada mereka, mereka semakin hanyut dan terseret dalam rasa yang bergolak di dalam dada mereka. Sejenak Davin tinggalkan yang dia lakukan di dalam baju vania yang tersingkap itu, dia pun menatap wajah Vania dan seakan bisa mengetahuinya, mata Vania yang sebelumnya terpejam itu, kini terbuka dan saling tatap dengan Davin. Empat bola mata bertemu, saling tatap dengan menyiratkan sejuta makna. Davin tidak mengatakan apa-apa, tapi, tatapannya seperti mengandung maksud yang mulai dimengerti oleh Vania, Vania pun tersenyum dan mengangguk serta membelai pipi davin dengan penuh kasih sayang, Vania menatap lelakinya dengan penuh kebanggaan, lelaki yang ternyata memiliki latar belakang sangat hebat, pewaris kekayaan super kaya itu, tapi, berani merendahkan diri dan menjadi Cleaning Service untuk waktu yang cukup lama untuk menemukan jodohnya hingga lelaki ini menemukan dirinya, karena itu, Vania sangat mengagumi, lela
Sesudah itu, Davin pun pulang ke rumahnya di sebelah di gedung utama keluarga Wong untuk bersiap ke kantor. setelah mandi, Davin sempat menunggu di bawah di depan gedung utama keluarga Wong, tapi, saat melihat Miriam Wong datang ke bawah untuk mengantarkan Gerald Wong yang juga akan menuju ke kantor, diam-diam, Davin langsung pindah ke gedung sebelah, di gedung keluarga kedua Keluarga Wong. Davin tidak mau Miriam bertemu Vania karena setiap saat Vania akan turun ke bawah dan Davin tidak mau Vania bertemu dan dimarahi ibunya lagi.Davin menunggu di balik pintu gedung keluarga kedua sambil berusaha mengintip keluar. Dilihatnya, Miriam Wong mengantar Gerald Wong sampai ke jalan depan gedung keluarga utama, mereka berdua terlibat dalam suatu pembicaraan, Davin terus memperhatikan mereka berdua, tiba-tiba, seseorang menepuk pundaknya dari belakang sambil ketawa-ketawa. “Sayang…, kau bikin aku kaget saja,” kata Davin saat membalikkan tubuhnya dan melihat Vania disana sementara dalam jarak
Awalnya, Sylvia berencana untuk menelpon Davin, tapi, dia merubah rencananya itu, dia tidak ingin menganggu Davin yang pastinya sudah berada di kantor, karena kantor Dinasti Group memang berjarak sangat dekat dengan gedung keluarga Wong ini, cuma, Sylvia. enggan untuk mengganggu Davin, karena itu, Sylvia putuskan untuk menemui Alicia."Apa yang terjadi?" tanya Alicia sesaat setelah Sylvia menceritakan tentang dibawanya Vania ke kediaman keluarga Wong oleh Miriam Wong."Aku tidak tahu. tapi, mengingat aku langsung dihalangi para pengawal maka, aku pikir yang akan terjadi pada Nyonya Muda.....""Apa? mengapa tidak kamu teruskan?" tanya Alicia karena Sylvia tidak berani meneruskan kata-katanya."Aku tidak berani mengatakannya, Nyonya Muda Wong," kata Sylvia sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada."Hmmm..., aku juga berpikir demikian. Tante Miriam pasti sedang menindas Vania saat ini. baiklah. aku akan mencoba melihat keadaan Vania di sebelah," kata Alicia akhirnya. Alicia seben
Saat ini, Vania sudah berada di ruang tamu tapi, setelah mengamati perabotan-perabotan serba mahal di ruangan ini, barulah Vania tersentak karena di hampir seluruh lantai di ruang tamu ini, berada dalam keadaan kotor dan penuh dengan debu. Ada banyak sekali kotoran di lantai yang tidak mencerminkan rumah dari keluarga elit, keluarga terkaya di negri ini, bahkan terkaya di Asia dan salah satu yang terkaya di dunia seperti yang pernah dikatakan Meyling kepada Vania, karena itu, Vania cuma bisa melongo melihat keadaan yang dilihatnya saat ini.“Kamu heran kan, melihat rumah ku dalam keadaan kotor seperti ini. huh! aku bukanlah orang jorik seperti mungkin yang ada dipikiranmu saat in! Ini memang aku sengaja, aku yang meyuruh pelayan-pelayan ku untuk mengotori rumahku dan menyuruh mereka untuk berada di lantai yang lain, sehingga tidak ada satupun yang berada disini, karena apa? Apa kau bisa menebaknya?” tanya Miriam dengan ekspresi dinginnya.Vania tidak menjawab, dia hanya menggeleng-gel
Saat ini, Vania terus bekerja, menyapu dan membersihkan lantai, mengumpulkan debu, membawa debu yang sudah dia kumpulkan itu, ke sebuah tempat sampah besar di bagian belakang, kemudian balik lagi untuk membersihkan lantai yang belum dia bersihkan. akhirnya setelah berjam-jam bekerja, dia pun berhasil membersihkan seluruh ruang tamu besar ini.Hanya sedetik saja Vania menghela nafas lega, sesudah itu, dia kembali bekerja dan masuk ke tahapan kedua yaitu, pel seluruh lantai. Vania mencari peralatan pel di kamar mandi terdekat dari ruang tamu ini, sesudah itu, dia mulai mengepel lantai dengan cepat, semuanya dilakukan Vania dengan sukacita, tanpa mengeluh, tanpa bermuka masam dan tanpa membenci orang yang membuat nya melakukan ini, karena Miriam adalah orang tua dari pria yang sangat dicintainya, karena itu, Vania ingin melakukan yang terbaik yang bisa dia lakukan. Dia pun mengepel dengan semangat tinggi, karena dia ingin lantai di ruang tamu ini, bisa terlihat kinclong di mata Miriam.
Saat Davin keluar dari ruangan Database, malam sudah menjelang. sudah hampir jam delapan malam. Davin mendahului Gerald Wong yang berjalan di belakang nya, Davin pun langsung mengambil handphone nya dari sakunya. dia ingin menelpon Vania, untuk kalau bisa makan bersama. syukur-syukur kalau Vania yang memang akan membawa laporan di kantor milik Davin ini, masih berada di dalam kantor.Handphone Vania bisa dihubungi tapi, hanya ada nada dering yang terdengar disana, tidak langsung diangkat oleh Vania, padahal biasanya, Vania langsung akan mengangkat telepon kalau Davin menelpon."Tuan Muda! terjadi sesuatu, Tuan Muda," kata seseorang dari belakang disertai kata-kata nya yang membuat Davin tersentak kaget."Apa yang terjadi?" tanya Davin setelah menoleh ke belakang dan melihat wajah Peter di belakang."Nyonya Muda..., dia...""Apa yang terjadi, Peter?" kali ini wajah Davin mulai terlihat penuh kecemasan apalagi setelah melihat wajah cemas Peter saat ini."Nyonya Muda pingsan, Tuan Muda.
Davin terus memanggil-manggil nama Vania tapi yang dipanggil tidak membuat respon apa-apa, bahkan, kelopak matanya tidak terlihat bergerak, tapi, Davin tidak peduli, dia tetap memanggil-manggil nama Vania sambil terus mengikuti tubuh Vania yang masih pingsan itu didorong oleh para perawat hingga mencapai pintu IGD. Seorang dokter menghalangi Davin yang ingin masuk ke dalam untuk terus mendampingi Vania. hingga Alicia pun memeluk tubuh Davin dari belakang dan menenangkan Davin agar supaya Davin tidak ngotot masuk ke dalam.“Russel…,please. Ikuti anjuran dokter. Kalau kamu ngotot masuk ke dalam, kamu bukan membantu Vania, kamu bahkan akan menghalangi proses kesembuhannya, kamu akan menghalangi penindakan para dokter, Russel. Please…,jangan ngotot,” bisik Alicia di telinga Davin.“Iya, Russel. Biarkan dokter-dokter disini bekerja, ya---““MAMA TIDAK PUNYA HAK BICARA PADAKU!!!,” bentak Davin memotong kata-kata Miriam.“Kenapa, anakku?”“MASIH BERTANYA KENAPA,HAH?!!! MAMA LAH YANG MEMBUAT
"Tuan Muda Wong, apa benar anda memiliki wanita idaman lain?" tanya seorang wartawan kepada Davin. pertanyaan ini membuat Davin tersentak kaget apalagi ketika dia melihat begitu banyak orang dan kamera yang kini menghadap ke arah nya."Nyonya Wong, kemarin Nyonya sendiri dengan bangganya mengatakan kalau Vivian Chung adalah anak mantu idaman bagi semua wanita. mengapa saat ini anda malah terlihat mengkhawatirkan keadaan wanita idaman lain dari putera anda. bagaimana nanti perasaan Vivian Chung dan keluarga nya?" tanya seorang wartawan wanita kepada Miriam Wong.Saat ini, pikiran Miriam Wong berputar dengan cepat. walaupun beberapa saat yang lalu, dia sangat mengkhawatirkan keadaan Vania, tapi, melihat kehadiran banyak wartawan dan tuduhan-tuduhan mereka saat ini, membuat Miriam jadi sangat mengkhawatirkan tanggapan dari Vivian dan keluarga nya, karena itu, Miriam putuskan untuk lebih memilih menjaga perasaan Vivian dan keluarga nya. Miriam tahu, kalau entah kenapa, ekspresi sedih dia
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol