Saat Davin keluar dari ruangan Database, malam sudah menjelang. sudah hampir jam delapan malam. Davin mendahului Gerald Wong yang berjalan di belakang nya, Davin pun langsung mengambil handphone nya dari sakunya. dia ingin menelpon Vania, untuk kalau bisa makan bersama. syukur-syukur kalau Vania yang memang akan membawa laporan di kantor milik Davin ini, masih berada di dalam kantor.Handphone Vania bisa dihubungi tapi, hanya ada nada dering yang terdengar disana, tidak langsung diangkat oleh Vania, padahal biasanya, Vania langsung akan mengangkat telepon kalau Davin menelpon."Tuan Muda! terjadi sesuatu, Tuan Muda," kata seseorang dari belakang disertai kata-kata nya yang membuat Davin tersentak kaget."Apa yang terjadi?" tanya Davin setelah menoleh ke belakang dan melihat wajah Peter di belakang."Nyonya Muda..., dia...""Apa yang terjadi, Peter?" kali ini wajah Davin mulai terlihat penuh kecemasan apalagi setelah melihat wajah cemas Peter saat ini."Nyonya Muda pingsan, Tuan Muda.
Davin terus memanggil-manggil nama Vania tapi yang dipanggil tidak membuat respon apa-apa, bahkan, kelopak matanya tidak terlihat bergerak, tapi, Davin tidak peduli, dia tetap memanggil-manggil nama Vania sambil terus mengikuti tubuh Vania yang masih pingsan itu didorong oleh para perawat hingga mencapai pintu IGD. Seorang dokter menghalangi Davin yang ingin masuk ke dalam untuk terus mendampingi Vania. hingga Alicia pun memeluk tubuh Davin dari belakang dan menenangkan Davin agar supaya Davin tidak ngotot masuk ke dalam.“Russel…,please. Ikuti anjuran dokter. Kalau kamu ngotot masuk ke dalam, kamu bukan membantu Vania, kamu bahkan akan menghalangi proses kesembuhannya, kamu akan menghalangi penindakan para dokter, Russel. Please…,jangan ngotot,” bisik Alicia di telinga Davin.“Iya, Russel. Biarkan dokter-dokter disini bekerja, ya---““MAMA TIDAK PUNYA HAK BICARA PADAKU!!!,” bentak Davin memotong kata-kata Miriam.“Kenapa, anakku?”“MASIH BERTANYA KENAPA,HAH?!!! MAMA LAH YANG MEMBUAT
"Tuan Muda Wong, apa benar anda memiliki wanita idaman lain?" tanya seorang wartawan kepada Davin. pertanyaan ini membuat Davin tersentak kaget apalagi ketika dia melihat begitu banyak orang dan kamera yang kini menghadap ke arah nya."Nyonya Wong, kemarin Nyonya sendiri dengan bangganya mengatakan kalau Vivian Chung adalah anak mantu idaman bagi semua wanita. mengapa saat ini anda malah terlihat mengkhawatirkan keadaan wanita idaman lain dari putera anda. bagaimana nanti perasaan Vivian Chung dan keluarga nya?" tanya seorang wartawan wanita kepada Miriam Wong.Saat ini, pikiran Miriam Wong berputar dengan cepat. walaupun beberapa saat yang lalu, dia sangat mengkhawatirkan keadaan Vania, tapi, melihat kehadiran banyak wartawan dan tuduhan-tuduhan mereka saat ini, membuat Miriam jadi sangat mengkhawatirkan tanggapan dari Vivian dan keluarga nya, karena itu, Miriam putuskan untuk lebih memilih menjaga perasaan Vivian dan keluarga nya. Miriam tahu, kalau entah kenapa, ekspresi sedih dia
Mei Chuo langsung berseru ke arah orang yang baru keluar dari pintu itu," Direktur Chan, ada penyusup nih," kata Mei Chuo sambil mencengkram bahu Davin erat-erat."Direktur Chan?" sapa Davin pelan.Seorang bapak berkacamata berumur lima puluhan tahun kemungkinan hampir enam puluhan tahun kini melihat ke arah Davin, orang yang disebut sebagai Direktur Chan ini, wajahnya langsung kaget, dia segera maju ke depan, tepat saat seorang Security sudah berhasil memegang tangan Davin dari belakang."Lepas!!! Lepas kataku!!!" seru Direktur Chan sambil menepis tangan Mei Chuo serta mendelik ke arah Security yang menahan tangan Davin dari belakang tadi."Tapi kenapa Direktur Chan? Orang ini kan penyusup," kata Mei Chuo membela diri."Dia ini adalah Tuan Muda Wong. Pemilik rumah sakit ini, bukan penyusup!!!" bantah Direktur Chan."Hah!!!" seru Mei Chuo dan Security hampir bersamaan sambil menatap jerih ke arah Davin. sang Security itu, langsung melepas tangannya dari tangan Davin. Mei Chuo sendiri
Mendengar kata-kata Direktur Chan itu, Dokter Alice pun langsung gelagapan," maafkan aku, Tuan Muda Wong. Aku tidak mengenali mu. Aku juga jarang mengikuti perkembangan infotainment lagi, jadi aku tidak tahu tentang hubungan mu dengan Vivian si Super Model itu. Oh ya. Banyak wartawan yang mencari---""Karena itulah. Aku perlu kamu sebagai mata ku di ruang IGD. Karena ada banyak wartawan yang mempersulit ruang gerak ku disana. Kamu bisa, kan?" potong Davin."Tentu bisa Tuan Muda," jawab Dokter Alice."Ingat! Sediakan lima dokter pada pasien yang bernama Vania itu. Dia memiliki riwayat penyakit Asam lambung dan Vertigo. Jadi, cari dokter yang biasa menangani penyakit itu dan minta mereka untuk berjaga di dekat pasien itu.""Baik, Tuan Muda. Akan segera aku siapkan. Bahkan, aku akan menjadi salah satu dari lima dokter itu, untuk mengawasi pasien itu.""Satu lagi.""Iya, Tuan Muda?" "Hanya kamu yang tahu tentang aku dan hubungan ku dengan pasien itu. jangan ada dokter lain yang tahu soal
Setelah acara pernikahan antara Patrick dan Cherry selesai nanti, Davin berencana menunggu janji Alicia yang berjanji akan membujuk nainai mereka untuk menerima pernikahan antara Davin dan Vania.Sejak awal, saat Davin mengajak Vania ke Hongkong, Davin sebenarnya berencana untuk mengambil sebuah momen di saat pesta nikah Patrick dan Cherry, untuk melamar Vania. Sayang nya, rencana Davin itu, langsung menemui jalan terjal sejak pertama kali Davin tiba di Hongkong.Setibanya di Hongkong, Davin dipanggil menghadap nainai nya, dan langsung dipaksa untuk menerima perjodohan dengan Vivian, gadis yang tidak dicintai Davin. Insiden Davin celaka saat memukul kaca mobil, semakin menambah runyam keadaan, kemudian ditambah dengan insiden saat ibunya memaksa Vania bekerja, membersihkan seluruh ruang tamu rumah Davin, makin membuat kacau balau, karena Vania saat ini berada dan dirawat di rumah sakit.Saat ini, Davin mulai berpikir untuk merubah rencana lamanya itu, rencana untuk melamar Vania di ma
"Pokoknya, mama jamin, Vania mu itu dan keluarga nya, akan hidup enak dan selalu mendapatkan uang berlimpah tapi dia harus meninggalkan mu," kata Miriam menekankan maksudnya."Tidak ma! Aku tidak akan pernah meninggalkan Vania," tegas Davin sambil membelakangi ibunya. Davin tidak ingin lagi meladeni ibunya.Miriam mendengus lalu pergi meninggalkan Davin. Beberapa saat kemudian, Alicia datang menghampiri Davin," aku diperintahkan untuk menggantikan mu.""Ya..., Aku tahu. Mereka memerintahkan aku untuk mendampingi Vivian," kata Davin sambil monyongkan bibirnya ke arah ibunya yang berada di jarak sekitar lima meter yang sedang mendampingi ayahnya."Bagaimana keadaan Vania mu pagi ini?""Tubuhnya masih lemah. cuma dia sempat bangun dan disuapi perawat beberapa jam yang lalu, kemudian dia tertidur lelap lagi.""Baguslah kalau mulai ada perkembangan.""Aku akan melamar dia malam ini," tekad Davin."Malam ini? kan kamu harus ikut resepsi.""Setelah acara resepsi usai, kan tinggal acara ramah
Saat ini, Vivian mulai menangis dan ini akan menjadi masalah kalau Nainai nya sampai mendengar tangisan Vivian itu, karena itu, Davin terpaksa harus menggenggam tangan Vivian dan berusaha membuat Vivian menghentikan tangisannya tanpa memberikan harapan kepada Vivian.Karena itu, setelah berpikir sejenak, Davin pun berkata," kita bicarakan nanti, ya.""No! Aku ingin kita bicarakan sekarang! kamu tidak tahu, betapa menderitanya keluarga ku sejak Selasa malam itu, sejak video kamu menangis dan berteriak-teriak ke arah seorang gadis yang sedang sakit itu jadi Viral. Kamu tidak tahu! huhuhuhuhu..., Aku bahkan ditelpon oleh teman-teman ku dari seluruh penjuru dunia, bertanya tentang kamu. dan aku tidak tahu harus menjawab apa! Bayangkan! Aku tidak tahu harus menjawab apa, huhuhuhuhu."Davin terdiam. saat ini, dia ingin sekali berterus terang tapi, dia tidak bisa melakukan itu. Hari ini, saat ini, adalah hari yang sangat penting bagi Keluarga Wong, karena itu, tempramen neneknya harus dia ja
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol