Home / Romansa / Belitan Obsesi Presdir Dingin / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Belitan Obsesi Presdir Dingin : Chapter 21 - Chapter 30

115 Chapters

Bab 21. Sebuket Bunga

Gracia menatap nanar pada undangan berwarna hitam yang berlapis emas di atas meja. Giginya gemerelutuk wajahnya memerah, tangannya bergerak meraih undangan tersebut sebelum kemudian meremasnya layaknya suatu barang yang sudah tidak berarti. “Ini tidak mungkin!” desisnya marah. Kepalanya menggeleng kuat seolah berusaha menyangkal kenyataan yang terjadi. “Kakak tidak mungkin seserius itu kan menikahinya,” lanjutnya. Dia bertanya pada diri sendiri, menatap pantulan dirinya di cermin. Seakan-akan tengah melihat kekurangan darinya. Tidak ada, ia merasa dirinya jauh lebih sangat cantik dibandingkan Valerie, tapi kenapa dia tidak bisa memenangkan hati kakaknya. Padahal dibandingkan Valerie, ia jauh lebih dulu hadir dalam kehidupannya. Bayangan Valerie berjalan bersisian dengan kakaknya menuju altar pernikahan terlintas, seketika hatinya memanas hingga dadanya terasa sesak. “Aaaaaaaa...... Tidak!!!” tangannya bergerak meraih botol kaca dan melemparkannya hingga membuat kaca rias itu kembali
Read more

Bab 22. Bahagia Yang Menegangkan

Beberapa jam sebelumnya.Cherry benar-benar mengadukan undangan yang ia lihat di meja kekasihnya pada ibu dan saudaranya. Tampak keduanya pun terkejut.“Mama kok tidak percaya ya. Masa seorang Tuan Max mau sih?” kata Martha heran bagaimanapun ia tahu sosok Max di pandangan orang itu seperti apa. Pria itu mapan, tampan, yang pasti banyak perempuan yang mengejarnya, merasa mustahil dari berbagai perempuan yang dekat dengannya justru berakhir di pelaminan bersama Velerie.“Aku benar-benar melihat undangannya, Ma. Selain itu Mama ingat gak kejadian di mall. Saat aku diusir paksa keluar dari toko.” Cherry menatap ke arah kedua ibu dan saudaranya yang tampak menyimak. “Orang yang membantu Valerie itu Tuan Jerry yang tak lain tangan kanan Max. Mama bisa tebak selanjutnya lah, kalau Tuan Jerry pun pasti di suruh Tuan Max.”“Ini sungguh gila! Tidak masuk akal. Bagaimana bisa, Valerie yang hanya seorang pelayan bisa bersanding dengan Tuan Max yang notabenenya orang yang paling disegani di kota i
Read more

Bab 23. Bodoh

“Max Awas!!”Brughh!! Dorr!!Valerie menegang. Peluru telah berhasil melesat tepat di bahunya. Kedua orang itu jatuh dengan darah membanjiri lantai.“Valarie!!” Kejadiannya begitu cepat, Jerry terkejut melihat tubuh Max yang terdorong jauh, di susul dengan tubuh Valerie yang meluruh ke lantai dengan darah segar mengucur. Ia tidak mengira akan ada kejadian seperti ini. Padahal sebelumnya penjagaan sudah diperketat. Lalu siapa yang tengah berani membuat kekacauan ini. Ia berjanji tidak akan memberi ampun. Suara kericuhan, jeritan terdengar riuh penuh usai insiden penembakan itu. Matanya menangkap bayangan hitam tak jauh dari jangkauannya. Terlihat bayangan itu berlari Jerry semakin menajamkan penglihatannya.“Tutup semua pintu gerbang. Perketat penjagaan jangan biarkan satu orang pun keluar dari tempat ini!!” titah Jerry pada semua penjaga. Dirinya langsung berlari mencari sosok misterius itu. Sementara Max luar biasa terkejutnya. Rasa panik menyergap melihat tubuh Valerie bersimbah d
Read more

Bab 24. Di Ambang Kematian

“Kami berhasil mengeluarkan peluru yang menancap di bahu Nona, Tuan. Tetapi...” raut wajah dokter terlihat gelisah menatap wajah dingin Max dengan takut.“Apa? Katakan. Apa yang terjadi? Jika kau tidak berhasil menyelamatkannya. Maka nyawamu akan menjadi taruhannya!!” Max mencengkram kuat jas dokter tersebut. Matanya menatap penuh ancaman. “Bukan begitu, Tuan. Ini —”“Max! Apa yang kau lakukan?” Robert datang bersama Joana. Pria itupun langsung menarik tubuh Max. “Kau tidak boleh emosi seperti ini. Biarkan dokter menyelesaikan ucapannya.”Max pun mengendurkan cengkramannya, dan perlahan melepaskannya. “Katakan,” desaknya dingin.“Nona Valerie telah kehilangan banyak darah, Tuan. Dan dia membutuhkan pendonor dengan segera.”“Lakukan yang terbaik untuknya jika kau ingin tetap hidup.”“Max!” Robert menegur sikap putranya yang begitu arogan tidak menghormati profesi seseorang sama sekali. Ia tahu jika Max tengah khawatir hanya saja caranya begitu salah. Tidak semua bisa dilakukan dengan
Read more

Bab 25. Kau Harus Mati!!

“Jangan...”Suara seorang perempuan yang baru tiba dengan napas terengah-engah membuat mereka yang berada di sana menoleh. Gadis cantik dengan gaun pesta berwarna pink itu menatap ke arah mereka secara bergantian. “Biar saya yang menjadi pendonornya.”“Kamu siapa?” tanya Monica dengan nada sinis tidak suka. Karena kehadirannya akan mengacaukan rencananya. Begitu juga dengan kedua orang tua Max yang tampak menatapnya dengan pandangan bingung. Max terdiam seperti berusaha mengingat sesuatu. “Saya Zenata, sahabatnya Valerie.” Ia menatap ke arah Max. “Tuan biarkan saya mendonorkan darah padanya. Kebetulan golongan darah saya itu sama dengan Valerie.”“Hei, kau pikir kau siapa? Lancang sekali!” sergah Monica marah. “Saya sahabatnya Valerie. Dan dia merupakan istri Tuan Max. Anda pikir saya tidak tahu jalan pikiran Anda. Dengan Anda memaksa Tuan Max untuk menerima donor darah dari Anda. Karena Anda mau menyingkirkan sahabat saya, kan? Itu tidak akan saya biarkan. Saya tidak biarkan siapap
Read more

Bab 26. Keluarga Bahagia?

“Kita langsung ke rumah sakit!” titah Max tanpa menoleh ke arah Jerry. “Tapi, Tuan. Pakaian anda begitu berantakan, tidakkah anda ingin membersihkan diri lebih dulu,” ujar Jerry memberi saran seketika mendapatkan tatapan tajam tuannya. Seketika pria itu langsung menunduk. “Maaf, Tuan. Saya mengerti apa yang harus saya lakukan. Saya akan mengirimkan pakaian pada anda nanti.”“Aku hampir berpikir otakmu tertinggal di rumah si brengsek itu. Sampai-sampai pikiranmu pun tidak jalan!!” dengus Max memandang ke arah luar jendela. Pikirannya masih mengembara pada kejadian yang menggemparkan publik hari ini. “Tolong juga tangani media manapun yang meliput berita pernikahanku hari ini. Aku malas menanggapi wartawan yang banyak ocehannya. Hentikan berita itu, karena setelah Valerie bisa di bawa pulang. Aku tidak ingin membuat ia merasa tidak nyaman jika kembali melihat tragedi itu.”“Baik, Tuan.” Dan diam-diam Jerry menahan senyumnya. Ada kebahagiaan yang membuncah melihat setitik perhatian yang
Read more

Bab 27. Hobi Sekali Dirimu

“Ada apa ini?” Suara bariton itu terdengar masuk membuat ketiganya menoleh."Mati aku!’ rutuk Gracia dalam hati. Wajahnya memucat, tapi sebisa mungkin ia berusaha mengendalikan diri mencari cara agar Max percaya padanya. “Kenapa kalian semua diam?” tanya Max lagi matanya bergerak melihat satu persatu wajah di sana. Lalu terhenti pada istrinya yang masih berbaring tak sadarkan diri di atas ranjang. ”Dia belum sadar?” “Belum, Max. Dokter mengatakan obat biusnya masih beraksi. Tapi, kondisinya sudah stabil kok.”“Bagaimana dengan janin dalam kandungannya?”“Semua baik-baik saja, Max. Beruntung ada Zenata yang mendonorkan darahnya.” Joana melirik ke arah Zenata. Terlihat perempuan itu tersenyum tipis. Ia melemparkan pandangannya pada Gracia, rasanya mulutnya ingin berbicara tentang kenyataan yang baru saja terjadi, tetapi ia tidak memiliki bukti yang akurat. Bagaimanapun ia sadar, di sana ia hanya orang lain. Sedangkan Gracia adik Max, yang pasti pria itu akan lebih mempercayai adiknya.
Read more

Bab 28. Aku Suamimu!

Beberapa hari setelah kondisi Valerie membaik. Ia pun sudah diperbolehkan pulang. Valerie mengedarkan pandangannya ke sudut ruang seperti mencari seseorang. “Nona, kamarnya sudah siap. Mari saya antar.” Sarah mempersilahkan Valerie untuk beranjak. Namun, perempuan itu hanya bergeming di tempat. “Nona ada apa? Anda butuh sesuatu?” tambah Sarah kemudian.“Tuan Max di mana?” Valerie menoleh dan bertanya secara tiba-tiba. Entah kenapa ia begitu ingin melihat sosok dingin yang tiba-tiba melingkupi pikirannya itu. Dalam beberapa hari Max memang tidak pernah berkunjung ke rumah sakit, terakhir kali saat hari pertama ia masuk rumah sakit. Ia ingat tentang ciumannya yang berakhir gagal akibat kehadiran Jerry, hingga spontan mendorong tubuh pria itu hingga terjatuh. Ia bisa melihat kekesalan di wajah pria itu. Dan sejak hari itu ia pun tidak pernah lagi melihat sosok Max ke rumah sakit. Ia sampai berpikir mungkinkah Max marah dengannya? Ada dua bodyguard yang menjaganya, tetapi tidak sekali
Read more

Bab 29. Diammu Ku Anggap Iya

Aktivitas Valerie tidak jauh-jauh dari tidur, menonton televisi, bermain ponsel dan makan. Semua ia lakukan hanya di sekitar rumah. Bahkan untuk mengecek bekas operasi saja, Max lebih memilih mendatangkan dokter pribadi. Ia benar-benar merasa bagai burung dalam sangkar. Sudah seminggu berlalu, dan lukanya pun sudah mengering. Dan selama itu pula ia jarang bertemu Max. Keduanya tinggal satu atap tapi seperti berbeda rumah. Kadang bertemu hanya saat makan malam berlangsung, dan itupun bisa dihitung dengan jari. Duduk di kursi, dengan satu kue nastar yang dibuat oleh koki khusus, ia dengan tenang membaca buku novel, entah ini sudah berapa kali ia lakukan. “Sarah, buatkan aku kopi.”Suara bariton terdengar, ia menurunkan bukunya dan menoleh mendapati Max berdiri di sampingnya. Samar-samar ia bisa mencium aroma parfum yang menggairahkan. Sejak aktivitasnya panasnya yang gagal itu hubungan keduanya semakin dingin. Ia yang merasa sungkan untuk menegur lebih dulu, dan juga Max yang seperti
Read more

Bab 30. Tubuhmu Hangat

18+ “Tidurlah aku akan menemanimu di sini.”Ucapan Max terdengar sangat dekat di telinga Valerie, membuatnya tidak berkutik. Tangan kekarnya merengkuh pinggangnya, hangat napas terdengar dari arah belakang lehernya. Jantungnya berdetak lebih kencang nyaris memekik telinganya. “Jantungmu berdetak lebih kencang.” Max kembali berkata membuat Valerie sama sekali tidak bisa bergerak leluasa. Entah apa yang terjadi dengan pria itu tiba-tiba. Rasa penasaran merenggut, tapi ia tidak berani untuk bersuara. “Kamu lembut dan wangi. Parfum yang kamu pakai masih sama seperti saat pertama kali kita bertemu, tidak ada yang berubah. Kau tidak mengganti apapun.”Valerie menahan napas merasakan suara Max terdengar sangat dekat, bahkan napasnya telah berhasil menyapu ceruk lehernya. “Emm rambutmu juga wangi. Ku rasa kalau ini yang sudah berubah aromanya.”“Ah.. i—itu Tu—tuan...”“Sstt... Jangan panggil aku Tuan,” protesnya membuat Valerie menelan ludahnya secara susah payah. “Aku suamimu!!” lanjutnya
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status