Home / Romansa / Belitan Obsesi Presdir Dingin / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Belitan Obsesi Presdir Dingin : Chapter 11 - Chapter 20

115 Chapters

Bab 11. Istri?

“Berani sekali kalian mendorongnya! Kalian cari mati ya!”Suara bariton itu membuat semua terkejut, tak terkecuali Valerie, ia tak menyangka jika Jerry berada di sana. Padahal ia datang hanya bersama sopir dan Sarah, itupun ia hanya memintanya menunggu di gang. “Kamu siapa?” tanya Martha sinis. Sementara kedua saudara tiri Valerie saling berpandangan bingung. “Tidak penting kalian tahu siapa saya. Yang perlu kalian tahu hanyalah jangan pernah menyakiti atau menyentuh seujung kuku pun Nona Valerie. Atau kalian akan berhadapan dengan saya!” sergah Jerry menatap satu persatu keluarga istri atasannya itu dengan tajam penuh ancaman.“Urusan kami hanya dengan Valerie. Kamu orang luar tidak berhak ikut campur urusan kami!” kekeh Martha menatap Valerie dengan kesal. Lalu beralih menoleh pada kedua anaknya, lewat matanya ia memberi kode untuk melakukan niatnya, yaitu meminta uang. “Cepat berikan kami uang!” Cherry dengan cepat meraih tangan Valerie. Begitu juga dengan Berry yang baru saja in
Read more

Bab 12. Perhatian Kecil

“Maaf saya terlambat.” Suara itu membuat keduanya menoleh, mendapati Valerie berdiri tak jauh dari mereka dengan gaun malam yang menjuntai ke bawah. Namun, tetap terkesan elegan. Wajahnya di poles dengan make up yang tak terlalu berlebihan, terkesan sederhana. Bibirnya yang sore tadi Max lihat terlihat pucat, kini di poles dengan lipbalm berwarna merah muda, rambut panjangnya di gulung rapi. Jerry menahan senyumnya melihat cara tuannya menatap sang istri dengan intens, tatapan yang tak pernah ia lihat saat Max menatap gadis lain. Bertahun-tahun ia mendampingi Max kemanapun pria itu pergi, tentu saja ia sedikit mengetahui gaya Max. Dan menurutnya kali ini ada yang tak biasa, dari cara Max menatap Valerie. Ia yakin tuannya itu telah terpesona dengan perempuan itu. Di tatap sedemikian rupa oleh sang suami, tentu saja membuat Valerie merasa gugup tak karuan. Saat matanya bertabrakan dengan Max, ia langsung menundukkan kepalanya menatap ke arah lantai.“Ehem!” Jerry sengaja berdeham d
Read more

Bab 13. Tergoda

“Tuan...”Tubuh Valerie terpaku di tempat, mendapati Max berdiri di depan pintunya. Dalam keberaniannya ia menatap penampilan pria itu yang entah kenapa terlihat begitu menawan. Untuk sejenak ia begitu terpesona hingga tak menyadari seperti apa penampilannya kini. Wajar saja banyak perempuan yang menginginkan pria itu. Lalu dengan dirinya yang kini bisa berada dalam satu rumah dengan Max. Apakah bisa dikatakan jika ia merupakan perempuan yang beruntung dari beberapa jajaran kaum perempuan itu? Sementara, Max bergeming menatap Valerie tak berkedip. Wajah Valerie yang pucat, rambut dicepol asal. Namun, bukan itu yang membuat pusat perhatian Max, melainkan apa yang dikenakan Valerie saat itu. Perempuan itu hanya mengenakan handuk putih sebatas paha untuk membalut tubuhnya. Hingga memperlihatkan bagian pundak dan pahanya yang terekspos mulus tanpa noda. Seketika darah Max berdesir, sesuatu dalam dirinya memberontak. Bayangan lekuk tubuh Valerie pada kejadian malam itu kembali menjelma di
Read more

Bab 14. Teman Tidur

“Jangan menyiksa dirimu seperti ini, Gracia.” Robert menatap anak tirinya itu dengan prihatin. Dirinya baru kembali dari luar negeri bersama Joana — sang istri, lalu dikejutkan dengan tingkah putrinya yang mengurung diri di kamar, dengan alasan yang sebenarnya ia sendiri tidak tahu. “Apa yang sebenarnya terjadi? Katakan sama Papa?” Gadis berambut merah itu mengangkat wajahnya. “Kakak udah gak sayang sama aku lagi, Pa.”Joana mengedarkan pandangannya menatap kamar putrinya yang teramat berantakan. “Kata siapa? Max tetap menyayangimu. Kalian itu saudara.”“Buktinya dia menikahi gadis lain!” Perkataan yang terlontar mengejutkan pasangan suami itu.“Me—menikah?”Gracia mengangguk dengan antusias. “Iya. Dia menikahi gadis lain. Sehingga dia tidak pernah lagi peduli sama aku Pa, Ma. Gadis itu telah merebut kasih sayang kakak dariku. Aku sedih.... Aku tidak sanggup membayangkannya.”Di sisa rasa terkejutnya Robert melemparkan tatapannya pada sang istri. “Papa harus memberi pelajaran padan
Read more

Bab 15. Kau Bisa Bernasib Sama

Pemandangan sebuah kantor megah dengan dinding berwarna putih, dipadukan dengan karpet berwarna hitam. Ada sofa panjang dengan meja pendek, lemari kaca berada di belakang meja. Sementara sang pemilik ruangan — Max menatap pemandangan luar menghadap jendela kaca yang membentang luas, dengan pandangan dingin, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Tak berselang lama pintu terketuk lalu terbuka dari luar, seorang pria melangkah masuk.“Kau sudah dapatkan informasi yang aku butuhkan?” Max bertanya tanpa berniat memutar tubuhnya, dari suara langkahnya ia seakan hafal jika yang datang asistennya.“Sudah. Saya bahkan langsung mengarahkan anak buah saya untuk meringkus pelaku. Namun, saya menduga ada orang yang menjadi dalang perbuatannya.” Jerry menghentikan ucapannya sejenak. “Tuan... Saat ini dia ada di markas kami. Anda akan turun tangan sendiri ataukah cukup saya?” lanjutnya.“Rasanya aku sudah lama tidak bermain-main. Sekarang ada seseorang yang datang memberikan s
Read more

Bab 16. Kau

Max semakin mengikis jarak keduanya, dalam debaran jantung yang terdengar nyaris memekak telinga. Memandang lebih intens wajah polos tanpa polesan make up dengan bibir tipis. Max menelan ludahnya, bayangan lekuk tubuh Valerie saat di malam penuh gairah itu kembali terlintas. Kemudian, otaknya kembali berjalan akan ciuman panas yang lakukan depan kamar perempuan itu. Seketika aliran tubuhnya kian memanas, seakan ada sesuatu yang mendamba. Tak dapat ditahan ia memajukan wajahnya, hingga hidung mancung keduanya saling bersentuhan. Dan saat ia mulai merunduk ingin mencecap manisnya bibir perempuan itu, detik berikutnya ia terbelalak.“Huek!!” Valerie muntah tepat mengenai pakaian Max. Seketika bau anyir, tak sedap menyeruak. Max mendesis menjauhkan tubuhnya tak suka, rasa marah dan kecewa merenggut menjadi satu. Terlihat dari wajahnya yang memerah. Valerie terbelalak menutup mulutnya, wajahnya seketika memucat kaku, saat matanya menangkap aura dingin dari Max. “Maaf, Tuan. Saya sungguh
Read more

Bab 17. Ulah Cherry

Valerie memandang pria di depannya dengan kedua mata melotot. Pria tambun, dengan kepala botak itu merangkul pundak Cherry, dan dibalasnya dengan mesra. Seketika ia bergidik ngeri melihatnya, bahkan perutnya bergejolak ada rasa mual yang mendera. Menurutnya ini lebih menjijikkan, tak ia kira jika Cherry bahkan bermain-main dengan pria tua seperti itu. Menghela napas panjang, seharusnya ia tak perlu merasa heran, bukankah saudaranya itu akan melakukan apapun demi memenuhi gaya hidupnya. “Lihatlah sayang, perempuan ini mencari masalah denganku. Berani-beraninya dia merebut gaun incaranku.” Cherry merengek manja, menunjuk ke arah Valerie. Pria itu pun menoleh, hingga detik berikutnya matanya tampak terkejut. “Diakan—”“Apa sayang?”Pria itu merapatkan tubuhnya pada Cherry lalu berbisik. “Gadis ini kan yang dulu mau kamu berikan padaku.”Cherry menelan ludahnya, ingatannya kembali melayang pada kejadian saat itu. Ia dan Berry benar-benar kesal karena telah kehilangan jejak Valerie, bahk
Read more

Bab 18. Jangan Lemah

Siang hari sebelumnya...Max memandang tajam ke arah sang asisten yang datang terlambat tanpa pemberitahuan. “Kau ini dari mana?”“Maaf, Tuan. Ada kejadian mendesak yang harus segera diurus.”“Urusan apa sampai kau mengabaikan kantor?”“Saya habis membantu permasalahan Nona Valerie.” Mendengar nama istrinya disebut Max terasa tertarik memandang ke arah Jerry seakan menuntut penjelasan. “Nona tengah berada Grand Luxury Mall untuk dan di sana ia bertemu dengan saudaranya. Tuan tahu apa yang terjadi? Terjadi keributan. Saudara Nona berusaha menindas dan mempermalukan Nona Valerie. Terlebih adanya dukungan dari Tuan Dario yang tak lain kekasih gelapnya.” “Dario?” ulang Max seolah.“Iya. Direktur utama perusahaan yang bergerak di bidang properti.” Jerry menghela napas panjang. “Saya benar-benar kasihan dengan Nona Valerie yang dihina habis-habisan. Tuan... Apakah anda belum memikirkan saran saya beberapa hari yang lalu.”“Apa maksudmu?” Max membuang pandangannya ke arah lain seolah tidak m
Read more

Bab 19. Pandanganmu Tentang Pernikahan

Dengan wajah memerah menahan amarah, Cherry membanting tas miliknya ke atas sofa, membuat ibu dan saudaranya kaget. “Ada apa sih? Datang-datang langsung kaya orang kesetanan gitu, Kak.” Berry yang saat itu tengah mengunyah cemilannya berdecak kesal, karena ulah kakaknya itu hampir membuat ia tersedak.“Iya. Ada apa sih? Ngos-ngosan gitu kamu. Gak tahu orang lagi pusing apa.” Martha memijat keningnya yang terasa pening. Semenjak kepergian Valerie, setiap harinya ia harus pusing memikirkan soal uang. “Ini semua itu gara-gara anak sialan itu!” Cherry berdecak pinggang masih dengan emosi yang menggebu-gebu. “Gara-gara dia aku dipermalukan di mall tadi. Gara-gara dia pula aku hampir kehilangan sumber keuanganku,” lanjutnya.“Siapa, Kak?”“Valerie. Kau pikir siapa lagi? Bodoh!” makinya membuat Berry merasa kesal. Ia bertanya baik-baik kenapa dijawab dengan begitu kasar.Cherry merebut minuman yang di hadapan adiknya itu lalu meneguknya hingga tandas, seolah tengah membakar kemarahan yang
Read more

Bab 20. Rencana

Velerie masih terpaku di tempatnya. Ada rasa tidak percaya saat ia mendengar namanya barusan disebut oleh Max. Ia menghela napas panjang, perasaannya seketika gundah, merasa bingung memikirkan jawaban apa yang harus ia keluarkan. “Saya tidak tahu.” Saat ini hanya jawaban itulah yang terlintas dalam benaknya. Max mengendurkan dasinya, melangkah mendekati Valerie, lalu berdecih kesal. “Aku tidak menerima jawabanmu itu.” Ia melangkahkan kakinya lebih mendekat, mengikis jarak keduanya. Membuat Valerie merasa begitu gugup, dalam pantulan cahaya lampu yang sedikit remang ia dapat melihat ketampanan pria di depannya. Jantungnya berdetak lebih kencang. “Katakan!” desaknya.“Apalagi.” Valerie mencoba mengalihkan pandangannya menghindari dan tatapan langsung pemilik mata biru itu. “Pernikahan kita hanya objek penutup aib kehamilanku, atas kejadian malam itu bukan.”Max tertegun sejenak mendengar jawaban Valerie. Namun, masih bergeming di tempat menatap gadis polos di depannya. “Tenang saja.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status