Beranda / Romansa / Mendadak Sah / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Mendadak Sah: Bab 11 - Bab 20

84 Bab

11. Kejutan Pagi

Fasya diam mematung dengan melamun. Dia menatap pergerakan Adnan dengan wajah yang bodoh. Dia masih berusaha mencerna ucapan pria itu tadi. Tidur bersama? Dalam satu kamar? Tidak, itu tidak akan terjadi! "Mas," panggil Fasya lemah. Adnan sendiri masih tak acuh sambil melepas jam tangannya. Dia melirik Fasya sebentar tanpa berniat untuk menjawab panggilan gadis itu. "Mas!" Kali ini Fasya memanggil dengan keras. Dia baru saja tersadar dan mulai menggunakan emosinya. "Kurang keras. Sekalian biar Kakek denger," sahut Adnan santai. "Aku nggak mau satu kamar." Fasya mulai merengek sambil menghentakkan kakinya. Adnan menatap Fasya datar, "Kamu boleh balik ke kamar kamu kalau nggak mau, tapi kalau kakek saya tau dan penyakitnya kambuh. Kamu orang pertama yang saya salahin." Setelah mengucapkan itu Adnan beranjak menuju ke kamar mandi. "Kenapa jadi aku yang salah? Ini semua salah Mas Adnan! Kenapa tiba-tiba ngilang dan pulang malem?!" Fasya berucap dengan suara tertahan.
Baca selengkapnya

12. Simbiosis Mutualisme

Berlari lima kali putaran di taman komplek perumahan sudah cukup bagi Adnan. Dari jauh dia bisa melihat kakeknya yang tengah duduk di kursi taman sambil bermain dengan anak-anak komplek. Adnan tersenyum tipis melihat itu. Perasaannya menjadi tenang saat kakeknya sudah lebih sehat dan bisa tersenyum lepas. Udara pagi yang segar memang efektif untuk membuat pikiran menjadi tenang. "Ayo, pulang, Kek," ajak Adnan setelah sampai di depan kakeknya. Pria tua itu melirik jam tangannya sebentar dan mengangguk, "Ayo, kalau Fasya bangun pasti dia cariin kamu yang ilang." Di belakang kakeknya, Adnan memutar matanya jengah. Jika pria di hadapannya itu bukan pria yang ia sayangi tentu Adnan akan berbicara dengan tajam. Sayangnya ia tidak bisa melakukannya. Bahkan Adnan merelakan kebahagiaannya demi menikah dengan gadis asing yang jauh dari kriterianya. Perjalanan ke rumah tidak terlalu lama, hanya membutuhkan waktu tujuh menit dengan berjalan kaki. Sesekali Kakek Faris menyapa dan ters
Baca selengkapnya

13. Orang Ketiga

Fasya menatap beberapa kantong belanjaan di tangannya dengan perasaan senang. Lupakan fakta jika dia pernah berjanji untuk menghargai uang. Dia akan menghargai uang, tetapi tidak untuk saat ini. Fasya sedang terlena dan membeli barang yang sudah ia inginkan sejak dulu. Tidak, Fasya bukan termasuk orang yang kurang mampu. Kakeknya selalu mencukupi kebutuhannya. Hanya saja, Fasya lebih sadar diri sehingga tidak mau merepotkan kakek dan neneknya. Dia tidak mau kakek dan neneknya bekerja lebih keras hanya untuk memenuhi keinginannya. Sebenarnya Fasya cukup bijak, tetapi jika berhadapan dengan Adnan adalah pengecualian. Pria itu tidak memberikan uangnya dengan cuma-cuma. Adnan sudah menjual namanya di depan Kakek Faris dan tentu Fasya harus mendapatkan keuntungan dan memanfaatkannya. "Java Chip Frappucino satu ya, Kak. Yang grande." Setelah berkeliling memanjakan dirinya akhirnya Fasya memilih untuk beristirahat dan membeli minuman. Dia sudah lelah berjalan ke sana-ke mari tet
Baca selengkapnya

14. Fakta Mengejutkan

Sambil bersenandung, Fasya menuruni tangga dengan perasaan senang. Saat memasuki ruang makan, dia melihat Adnan yang sudah duduk di kursinya. Pria itu meliriknya dengan ekspresi yang membuat Fasya tertawa. Mau tidak mau Fasya membalasnya dengan senyuman konyol. Dia tahu apa yang ada di kepala Adnan saat ini. Pria itu panik dan waspada saat Fasya tahu jika dia memiliki kekasih. "Saya nggak akan bahas yang semalam sekarang," ucap Adnan tiba-tiba sambil melirik Bibi Sari. Fasya menatap Adnan polos, lebih tepatnya tidak peduli. Dengan santai dia kembali memakan sarapannya. "Tapi jangan harap kamu bisa lolos nanti." "Lolos apaan sih? Orang aku nggak ngapa-ngapain loh." "Saya lagi nggak mood buat main-main." Fasya berdecak, "Siapa yang ajak main Mas Adnan? Orang nggak asik gitu." Adnan menyelesaikan sarapannya dan berdiri. Sebelum pergi dia menghampiri Fasya dan berucap pelan. "Apapun yang kamu ketahui, jangan sampai orang lain juga tau, terutama kakek. Kalau kakek say
Baca selengkapnya

15. Masa Lalu

Fasya menuruni anak tangga dengan langkah pelan. Bahkan dia belum mengenakan sepatunya agar tidak menimbulkan suara. Jika ada yang melihatnya, mungkin mereka akan berpikir jika Fasya adalah maling. Gerak-geriknya begitu mencurigakan seolah takut jika keberadaannya akan diketahui oleh seseorang. Memang benar begitu adanya. Pagi ini Fasya ingin menghindari Adnan. Semalam dia sudah berhasil menghindar dengan tidur terlebih dahulu. Beruntung Adnan pulang malam sehingga Fasya bisa menyusun rencananya dengan baik. Jujur saja, Fasya mulai tidak tenang saat tahu jika Adnan adalah bosnya di kantor. Dia takut jika pria itu akan berbuat semena-mena karena dia selalu mengerjai Adnan akhir-akhir ini. Fasya tahu jika tidak selamanya dia akan menghindari Adnan. Namun untuk saat ini biarkan dia bersembunyi. Melewati ruang makan, Fasya membungkukkan tubuhnya dan sedikit mengingtip. Saat tidak melihat seorang pun di sana dia langsung berjalan melewatinya dengan cepat. Sialnya dia berjalan tan
Baca selengkapnya

16. Pertengkaran Rumah Tangga

Di dalam mobil hanya ada keheningan yang terjadi. Fasya memilih untuk menunduk karena takut melihat raut wajah Adnan. Rahang pria itu mengeras seperti ingin meledak jika ia membuka mulut. Fasya tahu jika dia salah karena bertemu dengan Denis secara diam-diam. Namun tidak seharusnya Adnan melarangnya bukan? Pria itu tidak punya hak untuk mengatur siapa yang boleh bertemu dengannya dan yang tidak. Ini yang Fasya tidak suka. Pria itu selalu protes dan melarangnya ini-itu. Namun Adnan tidak melakukan hal yang sama. Pria itu tidak adil dan membatasi urusan pribadinya. Sekarang Fasya tahu apa masalah Adnan dengan Denis dan itu semakin membuatnya yakin jika dia tidak harus mengikuti aturan Adnan. Denis bersikap baik selama ini padanya dan Fasya juga akan melakukan hal yang sama. Masa lalu Adnan dengan Mitha bukanlah urusannya. Seharusnya Adnan tidak melibatkannya dalam hal ini. Ingat, pernikahan ini hanyalah status belaka. "Mas, jangan ngebut," ucap Fasya saat Adnan semakin memper
Baca selengkapnya

17. Permintaan Maaf

Sesampainya di kantor, ruang kerja bukanlah tujuan Adnan. Entah apa yang membawa kakinya menuju lantai di mana Fasya bekerja. Tidak ada yang ia pikirkan saat ini selain melihat gadis itu. Meskipun kesal, tetapi Fasya masih tanggung jawabnya. Keberadaan Adnan sedikit membuat karyawan yang juga baru datang terkejut. Tidak biasanya bos besar langsung turun tangan menemui para karyawan. Apa sesuatu terjadi? Saat akan memasuki ruangan di mana departemen Fasya bekerja, Adnan berhenti sejenak. Dia bisa mendengar suara riuh dari dalam sana. Tanpa mengetuk pintu dia langsung masuk dan membuat ruangan itu seketika hening. "Pak Adnan?" sapa Hanum yang baru saja datang. Semua karyawan langsung berdiri dengan sopan, tetapi tidak dengan Fasya. Gadis itu masih menatap Adnan datar. Dia sudah bahagia tidak bertemu Adnan pagi ini, tetapi pria itu sendiri yang muncul di hadapannya sekarang. "Heh, berdiri," senggol Dinar berbisik. "Males banget." Fasya memutar matanya jengah dan berdiri d
Baca selengkapnya

18. Tom and Jerry

Malam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Bukannya beranjak untuk beristirahat, Fasya malah terlihat sibuk di kamarnya. Dia mulai membawa laptop, ponsel, catatan, serta earphone di pelukannya dan keluar dari kamar. Dapur adalah tujuannya saat ini. Ini semua karena Adnan. Setelah kedatangannya tadi pagi ke ruang kerjanya dengan tugas mendadak, Kinan selalu menager langsung bertindak. Seketika wanita itu panik karena pekerjaan mereka yang ternyata tidak memuaskan. Detik itu juga Kinan langsung memberi tugas kepada masing-masing karyawan untuk membuat konsep baru untuk profil perushaan, termasuk Fasya. Di sinilah dia sekarang, berada di dapur agar kegiatan lemburnya berjalan lancar karena dekat dengan amunisi makanan. "Oke, mari kita mulai." Fasya merenggangkan lengannya dan mulai mengetik. Beruntung kepalanya saat ini memiliki beberapa ide yang cukup menarik menurutnya. Kegiatan lembur Fasya berlangsung cukup lama. Sudah dua jam dia duduk sambil berhadapan dengan layar laptop. D
Baca selengkapnya

19. Bermuka Dua

Fasya berdiri di depan pintu kamar Adnan dengan gelisah. Dia memainkan tangannya dengan bingung. Baru saja dia mendapat telepon dari Kakek Faris yang memintanya untuk membujuk Adnan agar mau datang ke acara keluarga malam ini, lebih tepatnya datang ke acara perayaan hari pernikahan Om Bayu dan Tante Sarah, Ibu Denis. Awalnya Fasya merasa ragu dan ingin menolak, tetapi saat mendengar Kakek Faris yang memohon membuatnya tidak tega. Pria tua itu hanya ingin keluarganya berkumpul menjadi satu, tetapi konflik Adnan dan Denis belum berakhir. Fasya malas jika harus berdebat dengan Adnan untuk memintanya datang. Namun karena untuk kakek, Fasya rela berdiri di depan pintu kamar Adnan dengan jantung yang berdetak kencang. Saat akan mengetuk pintu, tiba-tiba pintu terbuka dengan sendirinya. Muncul Adnan yang juga terkejut melihat keberadaan Fasya. "Ada apa?" tanyanya. Fasya menarik napas dalam dan mulai berbicara, "Tadi Kakek Faris telepon. Katanya—" "Saya nggak bisa." Dengan cepat
Baca selengkapnya

20. Curhatan Malam

Sudah beberapa hari ini Fasya disibukkan dengan pekerjaannya. Jika sudah seperti ini, ingin rasanya ia mengumpat pada Adnan. Karena pria itu, pekerjaannya semakin bertambah dan Kinan juga mulai tegas padanya. Seperti biasa, malam ini Fasya kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya. Memang masih ada waktu untuk menyelesaikannya besok, hanya saja Fasya tidak akan tenang jika pekerjaannya belum selesai. Setidaknya dia bisa berbangga hati jika Kinan menanyakan progres pekerjaannya. Biar bagaimana pun Fasya harus memperbaiki nama baiknya yang sedikit tercoreng karena ulah Adnan. Seseorang terlihat memasuki dapur. Fasya menatap kedatangan Adnan dengan lekat. Matanya mengikuti pergerakan pria itu dengan teliti. Setelah pulang dari acara orang tua Denis, Adnan berubah menjadi pendiam. Memang sebelumnya dia juga sudah pendiam, tetapi ada sedikit keanehan malam ini. Pria itu tidak berusaha untuk mengganggunya. "Mas Adnan nggak apa-apa?" tanya Fasya hati-hati sambil membuka bung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status