Home / Romansa / Mendadak Sah / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Mendadak Sah: Chapter 51 - Chapter 60

84 Chapters

51. Mulai Sadar

Dengan mata yang terpejam, Adnan menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang. Sesekali dia menghantamkan kepala bagian belakngnya di sana, berharap jika semua pikiran-pikiran berat yang ada di kepalanya segera menghilang. Namun sayangnya, semakin dia berusaha mengenyahkan semuanya, semakin pula Adnan dibuat gila karena memikirkannya. "Pake ini dulu," ucap Niko memberikan kain yang berisi es batu. Tanpa membantah, Adnan menerima es berbalut kain itu dan menempelkannya pada pipi serta sudut bibirnya. Terdapat luka lebam yang cukup terlihat di sana. Tentu saja pukulan Niko bukan main kerasnya. Pria itu seolah menggunakan semua tenaga dalamnya. Untungnya emosi itu hanya sesaat karena malm harinya pria itu kembali datang dengan membawa beberapa obat. Bisa saja Adnan marah karena tingkah Niko yang menyebalkan. Namun entah kenapa dia pasrah dan menerima semua tuduhan dan umpatan Niko. Adnan sadar jika dia sudah menyakiti Fasya. Namun dia tidak bisa menahannya. Jika bisa, dia akan memb
Read more

52. Kesalahan Fatal

Di sebuah restoran hotel, terdapat satu meja berukuran besar yang telah diisi oleh banyak orang. Semua bangku yang terisi penuh menandakan jika semua orang turut hadir dan berpartisipasi dalam acara yang dibuat. Kali ini bukan acara kantor, melainkan secara pribadi di mana Kinan mengundang karyawan departemennya untuk berkumpul bersama. Dia memilih malam ini karena hanya sekarang mereka memiliki waktu luang tanpa adanya kegiatan kantor. Meskipun tubuh lelah karena mengikuti kegiatan seharian, para karyawan tetap hadir untuk memeriahkan acara, yaitu ulang tahunnya. Ya, hari ini Kinan berulang tahun dan malam ini juga dia sudah merencanakan semuanya. Kali ini Fasya tidak bisa menghindar. Acara ulang tahun Kinan hanya dihadiri oleh orang-orang dari departemen mereka, oleh karena itu dia memilih untuk hadir. Meskipun marah pada Adnan bukan berarti dia juga harus menghindari Kinan. Fasya sadar jika mereka berdua sama-sama terjebak dalam situasi rumit ini. "Semoga Bu Kinan panjang u
Read more

53. Kesadaran dan Penyesalan

Di dalam ruang kerjanya, mata Denis tak teralihkan sedikitpun dari ponselnya. Rahangnya mengeras karena rasa tidak sabar yang menguasai hatinya. Demi Tuhan, seharusnya Kinan sudah menghubunginya saat ini. Namun sejak wanita itu mematikan panggilan secara sepihak semalam, Denis belum mendapatkan panggilan lagi dari wanita itu. Denis butuh informasi. Dia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi agar bisa segera membuat rencana. Apa yang Denis lakukan selama ini pada Adnan bukan tanpa alasan. Selama ini dia muak selalu menjadi bayang-bayang Adnan. Dulu, saat Denis belum mengetahui perselingkuhan ibunya dan berpikir jika dia juga keluarga Atmadja, dia sangat menghormati Adnan. Denis tidak peduli dengan kasih sayang khusus yang kakek berikan pada Adnan. Toh, dia juga merupakan seorang Atmadja. Namun semuanya berubah saat ia tahu perselingkuhan ibunya. Bohong jika Denis tidak marah. Tentu dia sangat marah dan jijik dengan apa yang ibunya lakukan. Sayangnya kemarahan itu membuat ibunya membon
Read more

54. Perubahan Drastis

Dengan bersiul, Niko berjalan santai di belakang Adnan dan Fasya. Wajahnya tampak sumringah karena rasa bahagia. Bagaimana tidak senang jika dia melihat perubahan Adnan yang luar biasa? Meskipun Fasya harus sakit terlebih dahulu, tetapi semua berakhir memuaskan dengan kesadaran Adnan yang berangsur muncul. "Hati-hati," ucap Adnan membantu Fasya untuk menaiki tangga teras menuju pintu utama rumah mereka. Hal itu membuat Niko lagi-lagi harus menahan tawanya. Mendadak dia merasa geli dengan tingkah Adnan yang berlebihan. Kondisi Fasya sudah jauh lebih baik, meskipun masih belum bisa beraktivitas berat seperti biasa karena itu memerlukan sedikit waktu. Setelah dokter mengizinkan Fasya untuk pulang, hari itu juga mereka langsung kembali ke Jakarta. Mendadak Niko berperan sebagai asiaten pribadi Adnan yang membantu pria itu untuk mengurus semuanya karena selama Fasya sakit, fokusnya hanya tertuju pada gadis itu. "Biar saya gendong ke kamar." Fasya dengan cepat menggeleng. Dia mena
Read more

55. Mode Posesif

Perasaan cinta dan sayang bisa tumbuh kapan saja tanpa disadari. Meskipun banyak perdebatan dan pertengkaran yang terjadi, dengan begitu manusia bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain. Bukan tidak mungkin rasa itu akan muncul secara tiba-tiba. Itu juga yang terjadi pada Adnan. Setelah beberapa hari berpikir dan meratapi nasib percintaannya, Adnan memutuskan untuk tidak lagi menepis perasaannya. Adnan sadar jika dia memiliki rasa istimewa untuk Fasya. Keberadaan gadis itu di sampingnya adalah hal yang paling ia inginkan saat ini. Melihat Fasya jatuh sakit kemarin membuat Adnan tertampar. Dia benar-benar tidak mau kehilangan gadis itu. Selain itu, Adnan sadar jika sikap menyebalkannya selama ini semata karena cemburu. Adnan takut jika Fasya memiliki pria lain dan mengabaikannya. "Bekal kamu?" "Ada." "Botol minum?" "Ada, Mas." Fasya memutar matanya jengah. "Obat dan vitamin?" "Astaga! Ada, Mas. Udah lengkap di tas. Mas Adnan sendiri yang siapin semuanya tadi mas
Read more

56. Salam Perpisahan

Di dalam ruang kerjanya, Adnan mendorong berkas yang baru ia baca untuk kembali merenung. Dahi yang berkerut dalam menandakan jika ia tengah berpikir keras saat ini. Tidak, Adnan sedang tidak memikirkan pekerjaan. Ada hal lain yang mengganggu konsentrasinya saat ini. Setelah kembali dari istirahat makan siang, Adnan tidak sengaja mencuri dengar karyawannya yang tengah bergosip. Mulai dari topik bonus akhir tahun, pernikahan salah satu karyawan, hingga kabar kedekatannya dengan Fasya. Adnan tidak menyangka jika kabar itu menyebar begitu cepat. Seharusnya ia tahu jika hal ini akan terjadi, tetapi tetap saja Adnan masih terkejut dan belum menemukan jalan keluar yang pas untuk masalah ini. Malah dia semakin takut jika Fasya kembali marah padanya. Adnan yakin jika gadis itu juga mendengar gosip yang sama. Satu hal lagi yang mengganggu pikiran Adnan saat ini, yaitu keputusan Kinan untuk mengundurkan diri dari perusahaannya. Ada rasa kesal di hati Adnan karena dia mendengar kabar itu d
Read more

57. Pengadu Domba

Suasana ruang tamu rumah Adnan terlihat sangat sepi. Keberadaan Denis di sana tidak membuat kehebohan yang berarti. Tentu saja, dia datang di saat Adnan dan Fasya berada di kantor. Pilihan yang tepat agar bisa leluasa bertemu kakek. Jika saja ada Adnan di rumah ini, tentu pria itu tidak akan membiarkan Denis berdua bersama kakeknya sendiri. "Kaki kakek udah baikan?" tanya Denis perhatian. "Sudah nggak sakit, kok." "Kakek nggak mau balik ke rumah?" Kakek menggeleng mendengar itu. "Kakek masih mau tinggal di sini." Denis menunduk dengan ekspresi wajah yang cukup membuat kakek bertanya-tanya. Dia memang sangat ahli dalam hal seperti ini. "Kenapa, Denis? Ada apa?" Denis tersenyum kecut dan menggeleng. "Kalau kakek tinggal di sini terus, aku nggak bisa ketemu kakek dengan bebas." "Kata siapa?" Dengan bijak kakek menepuk bahu Denis. "Kamu bisa dateng kapan aja. Kalau kamu takut sama Adnan, kamu bisa ajak kakek keluar." "Pasti Mas Adnan nggak izinin, Kek." "Bukannya hub
Read more

58. Pukulan Penuh Dendam

Melihat orang tersayang tengah terbaring lemah adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Meskipun Adnan memiliki sifat yang keras dan acuh tak acuh, tetapi baginya keluarga adalah hal yang terpenting. Seperti saat ini, setelah mendapatkan kemarahan dan caci maki dari kakeknya, ia tetap bertahan di samping kakek yang tertidur. Setelah kemarahannya tadi, tiba-tiba kesehatan kakek kembali memburuk. Pria itu menolak dibawa ke rumah sakit dan memilih untuk mati karena ulah Adnan dan Fasya. Mau tidak mau Fasya memanggil dokter ke rumah untuk memeriksa kondisi kakek. Beruntung pria itu baik-baik saja saat ini. Mungkin karena emosi dan amarahnya yang meledak sehingga tenaga di tubuhnya langsung habis dan terjatuh lemas. "Kok bisa?" tanya Niko berbisik di samping Fasya. Fasya memijat dahinya dan menggeleng pelan. Dia sendiri tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi. Semua terjadi begitu cepat. Bahkan dia tidak memiliki persiapan untuk menahan kemarahan kakek. Pria itu benar-benar terlihat k
Read more

59. Jaga Jarak Aman

Perubahaan sikap secara mendadak memang membingungkan. Terselip rasa curiga yang tak bisa diutarakan. Namun seiring berjalannya waktu ketika seseorang itu kembali ke semula, rasa bingung itu juga kembali datang. Kenapa? Apa karena mulai terbiasa dengan perubahan sebelumnya? Dengan memainkan tangannya gelisah, Fasya memilih untuk duduk di ujung kasur. Dia duduk tenang di sana sambil menunggu Adnan yang tengah membersihkan diri. Jam sudah menunjukkan pukul satu malam dan pria itu baru saja kembali entah dari mana. Apa Fasya menunggu? Tentu saja. Setelah apa yang terjadi malam ini tidak mungkin jika ia tidak khawatir. Membiarkan Adnan sendiri dengan emosinya adalah hal yang menakutkan. Pria itu bisa melakukan apapun sampai amarahnya mereda. Suara pintu yang terbuka membuyarkan lamunan Fasya. Pandangannya mengikuti ke mana pun Adnan pergi. Mulai dari meletakkan baju kotor ke dalam keranjang, mengusap rambut basahnya dengan handuk, serta merawat wajahnya sebelum tidur. Tidak ada
Read more

60. Permintaan Tak Terduga

Di dalam kamar kakek, Fasya menunduk sambil mengaduk bubur di tangannya dengan lemas. Sudah 10 menit ia berusaha membujuk kakek untuk makan. Sejak dari pagi pria itu belum memasukkan makanan ke dalam perutnya. Hal itu membuat Fasya dibuat bingung harus melakukan apa lagi. Fasya tahu jika kakek marah padanya. Sejak bangun tadi pagi, belum ada kalimat sapaan penuh kasih sayang seperti biasanya. Fasya yang memilih untuk absen demi menjaga kakek mulai dibuat takut. Dia masih tidak tahu harus berbuat apa untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Jika saja Fasya memiliki kekuatan super tentu dia akan memanfaatkannya. Dia akan membuat kakek melupakan kejadian semalam yang membuatnya marah. Tidak! Fasya lebih memilih memutar waktu untuk menolak perjodohan ini sejak awal. "Kakek, makan dulu ya. Sedikit aja, biar nggak sakit." "Terlanjur, hati kakek udah sakit." Fasya meringis mendengar itu. "Maksud aku biar lambung kakek nggak sakit." Dengan cepat kakek menatap Fasya tajam, "
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status