Home / Fantasi / Penguasa Sembilan Pintu Kematian / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Penguasa Sembilan Pintu Kematian : Chapter 141 - Chapter 150

174 Chapters

Mu Jin

Suara gemerincing lonceng yang ada di jari gadis remaja cantik itu terdengar merdu di telinga para tamu kedai. Gadis remaja cantik itu tersenyum kemudian berputar pelan bak tengah menari.Sementara itu, pria yang bersenjata golok tidak segan menebaskan senjatanya, membuat kedai seketika bergetar hampir roboh. Namun, para tamu tetap tenang, menikmati makanan dan arak mereka. Bagi mereka, ini hanyalah sebuah pertunjukan biasa."Pangeran Dari Utara, kami tidak ingin bermain-main dengan pelayanmu. Majulah hadapi kami," ujar pria yang bersenjatakan golok besar, menegur pria berdoupeng putih yang duduk di sudut.Pria yang dipanggil Pangeran Dari Utara hanya tersenyum tipis di balik doupeng yang menutupi wajahnya. "Untuk menghadapi kalian, aku tidak perlu maju. Cukup Mu Jin saja," katanya dengan tenang.Gadis remaja itu tersenyum dan berdiri tegak, lonceng di jari-jarinya berkilauan. Pria bersenjata golok menatapnya dengan pandangan tajam, dan goloknya b
Read more

Nyonya Ling Beraksi Kembali

Mu Jin dan Pria berjubah hitam berusaha menghindari pisau-pisau yang beterbangan ke arah mereka. Di tengah kekacauan, sekelebat bayangan putih bergerak cepat bak terbang dari arah dapur kedai. Kemudian mendarat dengan mulus di tengah-tengah kedaBayangan itu kini berwujud sesosok wanita cantik. Mengenakan hanfu berwarna putih, dia berdiri dengan gaya santai sembari memainkan kipas di tangannya. "Aiyo, apa kalian berencana membuatku bangkrut?" tanyanya dengan santai pada orang-orang yang baru saja bertarung.Suaranya yang lemah lembut tetapi tegas itu memotong keributan, dan semua mata tertuju padanya.Xie Jing Cuan tersenyum melihat pemilik kedai yang selalu muncul di saat yang tepat. "Ah, Nyonya Ling. Bagaimana kabarmu?" Dia menyapa Nyonya Ling dengan ramah. "Aiyo, Ketua Xie rupanya." Wanita itu membalas sapaan Xie Jing Cuan dengan senyum genit. Dia pun mendekati pria berambut putih itu dan dengan santai merangkul bahunya. "Ketua Xie,
Read more

Sia-sia Belaka

Kuil Naga, keesokan harinyaWenwan memetik guqin di bawah pohon willow. Daun-daunnya berguguran tertiup angin, berserakan di pelataran tempatnya tinggal selama di kuil. Cahaya pagi menyinari wajahnya yang tenang.Tangannya dengan lincah memetik senar guqin, memperdengarkan nada-nada lembut nan merdu. Wanita cantik itu terhanyut dalam lagunya sendiri hingga tidak menyadari kehadiran seseorang di belakangnya."Baru beberapa hari, tetapi rasanya sudah terlalu lama tidak mendengar petikan guqinmu." Zhao Lu Yang menyapanya dengan lembut.Wenwan hanya tersenyum. "Tuanku," sahutnya dengan lembut tanpa berhenti memetik guqin."Setelah pernikahanmu dengan Duan Yu Yan, segalanya akan berubah. Aku tidak akan lagi menjadi satu-satunya di manor. Entah apakah saat itu, Tuanku akan sering merindukan diriku?" tanyanya seraya tersenyum pahit.Zhao Lu Yang menatap Wenwan. "Kau tidak perlu khawatir, Wenwan. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Semua akan t
Read more

Situasi Di Kaili

Negeri KailiZhao Lu Yang, mengirim pasukan pengintainya untuk mencari Duan Yu Yan. Sejak penculikan itu, kabar tentang si penculik menghilang tanpa jejak. Tidak ada pesan lagi selain pesan yang disampaikan sang penculik untuk menemuinya di Kuil Naga. Namun, saat dia mengunjungi kuil itu, tidak ada yang mencurigakan di sana dan juga tidak ada tanda-tanda keberadaan Duan Yu Yan dan sang penculik.Sementara itu, Roulan, pelayan setia Duan Yu Yan, menghubungi Jenderal Duan dan Klan Duan, seperti yang diperintahkan Ketua Mu. Sebagai seorang pelayan kecil, dia dapat bergerak lebih bebas dibandingkan dengan Ketua Mu dan para prajuritnya.Jenderal Duan, yang menerima kabar penculikan Duan Yu Yan menjadi gelisah. Situasi di Negeri Kaili sendiri sedang tidak baik-baik saja. Dia tidak dapat meninggalkan ibukota karena tidak ada pemerintah yang berkuasa secara absolut di ibukota saat ini."Jenderal, ada baiknya jika kita meminta pendapat Terus Duan, Tetua Hu
Read more

Pertemuan Di Aula Utama

Wisma Lonceng NagaWisma Lonceng Naga, di pagi yang cerah, sinar matahari menembus celah-celah daun, menciptakan bayangan berdansa di lantai kayu. Di aula utama, di sebuah ruang kerja milik Xie Jing Cuan, pria berambut putih itu duduk dengan santai.Beberapa pelayan mondar-mandir melayaninya. Teh, aneka kue, arak dan semua hidang favoritnya mereka bawa satu persatu untuk dihidangkan pada pemilik Wisma Lonceng Naga itu."Tuan, semua ini sudah disiapkan Tuan Zhu untuk Anda." Salah seorang pelayan dengan hati-hati menuangkan teh ke cangkir porselin bermotif bunga camelia yang sangat indah.Salah satu ciri khas dari wisma Lonceng Naga adalah segala sesuatu, seperti perangkat minum teh, peralatan makan hingga selimut dan sprei semuanya memiliki motif bunga camelia ungu yang indah. Selain tentu saja, sebuah lonceng besar berukir naga yang ada di depan pintu gerbang wisma."Untuk apa Paman Zhu memasak sebanyak ini?" Xie Jing Cuan tertawa pelan d
Read more

Lagi-lagi Pria Bertopeng

Manor Zhao Di Manor Zhao, Zhao Lu Yang seperti biasanya tengah sibuk dengan berbagai laporan dari bawahannya. Meski saat ini laporan yang paling ditunggu-tunggu olehnya adalah berita mengenai Duan Yu Yan. Di sela-sela kesibukannya, dia menyempatkan diri untuk melukis kaligrafi sembari menikmati angin musim gugur yang sejuk.Siang hari di musim gugur, udara mulai terasa dingin. Menjelang akhir musim, angin bertiup lebih kencang dan cuaca semakin tidak bersahabat. Namun, rasanya udara di ruang kerja yang cukup luas itu terasa lebih dingin dari biasanya. Zhao Lu Yang menyentuh tengkuknya pelan. "Kau?" Zhao Lu Yang terkejut saat menoleh dan mendapati seseorang duduk dengan santai di ambang jendela ruang kerjanya. Pria bertopeng yang akhir-akhir ini kerap menyambanginya. Namun, baru kali ini dia berkunjung di tengah siang bolong bahkan tanpa kabar berita sebelumnya. "Untuk seorang calon pengantin pria yang calon pe
Read more

Jemputlah Pengantinmu

Pria berdoupeng putih itu berdiri tegak bergeming, menatap Zhao Lu Yang dari balik doupengnya. Zhao Lu Yang pun menatapnya tajam. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya, suara bergetar namun tetap tegas.Pria bertopeng itu hanya terkekeh pelan, mengejek kekhawatiran Zhao Lu Yang yang tergambar jelas di wajah tampannya. Dia menatap penguasa kota Tanah Bebas itu lekat-lekat."Kau memang tidak mirip dengan sepupumu. Namun, tidak bisa dipungkiri kalian berdua mewarisi garis-garis wajah Keluarga Zhao," ucapnya pelan. "Kalian berdua bahkan lebih mirip Tuan Tua Zhao bahkan jika dibandingkan dengan mendiang ayahmu," lanjutnya dengan santai."Sepertinya kau bukan orang asing di kota ini. Setidaknya kau pasti pernah bertemu dengan mendiang ayah dan kakekku." Zhao Lu Yang tersenyum tipis. Dia menjadi sedikit lebih santai meski tidak melepaskan kewaspadaannya."Tidak juga. Bagi orang-orang di Tanah Bebas, aku tetaplah orang asing." Pria itu menyahut dengan suara y
Read more

Utusan Dari Negeri Utara

"Siapapun yang memberinya perlindungan, itu bukan masalah bagi kita." Pria itu tersenyum. "Makanlah! Kau tidak perlu khawatir." Diambilnya sepotong daging dan meletakkannya di atas mangkok mi wanita cantik itu."Apa kau sudah mengirimkan kabar pada Kaili?" Wanita cantik berhanfu merah muda sederhana itu bertanya dengan suara pelan.Pria itu hanya menganggukkan kepalanya. Dia memperhatikan sekelilingnya dengan santai, bersikap seperti pelancong yang baru pertama kali mengunjungi Tanah Bebas.Tanah Bebas merupakan wilayah yang dikuasai oleh Keluarga Zhao sedari dahulu. Kota dan wilayah sekitarnya yang merupakan daerah yang subur dan makmur, pada masa kekacauan menjadi wilayah yang diperebutkan oleh banyak keluarga, klan dan juga sekte."Kota yang benar-benar ramai, pantas saja dikatakan sebagai pusat perdagangan di wilayah ini." Pria itu tersenyum, mengagumi kota milik Zhao Lu Yang itu."Benar! Setelah ini kita harus kembali ke Danau Hu." W
Read more

Permintaan Duan Yu Yan

Kuil NagaDua Yu Yan berdiri di anak tangga teratas pelataran di belakang Kuil Naga. Menatap pelataran di bawahnya yang masih sepi. Beberapa biksuni telah membersihkannya halaman sejak tadi pagi."Duduklah! Sebentar lagi dia pasti datang." Pria berdoupeng putih yang menculik dan membawanya ke kuil menatapnya dari balik doupengnya."Seandainya dia tidak datang, itu juga bukan masalah untukku." Duan Yu Yan menyahut dengan santai. Dia tidak lagi merasa khawatir akan masa depannya. Baginya, menikahi Zhao Lu Yang atau tidak itu tidak akan mempengaruhi hidupnya lagi."Baguslah kalau kau memiliki pemikiran seperti itu." Pria berdoupeng itu tersenyum puas. "Dia datang!" Pria itu memberi isyarat untuk menjauh.Duan Yu Yan menatap pintu gerbang kayu di kejauhan, yang kini terbuka dan seorang pria diiringi beberapa prajurit memasuki pelataran yang sepi itu."Tuanku!" Tiba-tiba saja dari sisi kiri pelataran
Read more

Undangan Penawaran

Zhao Lu Yang berjalan mondar-mandir di ruangan kerjanya. Kepalanya terasa pening menghadapi masalah yang datang satu demi satu. Dia tidak pernah mengira pernikahannya dengan Duan Yu Yan akan menjadi kacau seperti ini. "Duan Yu Yan, aku melupakan fakta dia adalah Nona Muda Klan Duan. Putri dari mendiang Duan Dongjun, keponakan tersayang Jenderal Duan dan Tetua Song Mingyu. Dia bukan gadis biasa yang mudah ditekan. Apakah penculikan ini juga direncanakannya sendiri?" Dia bergumam seorang diri, mendongakkan kepalanya menatap langit-langit ruangan. "Sangat kebetulan sekali dengan kedatangan Pangeran dari Utara. Klan Duan juga berasal dari Utara, bukan? Bodohnya aku!" Zhao Lu Yang tertawa pahit. Menertawakan kebodohannya. Dia melupakan banyak hal, detail kecil yang terlewat dan berakhir fatal. Dia melupakan bahwa masih banyak bawahan Ao Yu Long yang setia padanya. Dan saat ini satu persatu mereka mulai bermunculannya dan menunjukkan taji mereka. "
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status