Home / Fantasi / Penguasa Sembilan Pintu Kematian / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Penguasa Sembilan Pintu Kematian : Chapter 151 - Chapter 160

174 Chapters

Negosiasi 1

Wisma Lonceng Naga Suasana di wisma Lonceng Naga di pagi ini masih seperti biasanya. Para tamu yang hendak meninggalkan wisma, telah bersiap semenjak pagi. Kereta kuda dan barang-barang mereka telah disiapkan para pelayan di pintu gerbang samping. Sedangkan para tamu yang baru saja datang, diantarkan para pelayan ke kamar masing-masing. Wisma ini memang tidak pernah sepi. Hampir setiap hari tamu datang silih berganti. Para pedagang, pelancong, hingga pengelana menganggap wisma ini sangat memadai untuk menjadi tempat singgah jika kebetulan melewati Tanah Bebas. Namun, apakah hanya itu saja daya tarik wisma ini? Tentu tidak. Hampir semua orang di wilayah ini mengetahui jika wisma Lonceng Naga saat ini bukan hanya milik putra pertama dari Nyonya Zhao Lu Yin, Xie Jing Cuan. Namun, saat ini wisma Lonceng Naga juga menjadi salah satu tempat bagi siapa saja yang ingin berurusan dengan sekte yang juga dipimpin Xie Jing Cuan, Sembilan Pintu Kematian.
Read more

Negosiasi 2

Giliran Zhao Lu Yang mengajukan penawaran. Dia sedikit terkejut saat melihat Pangeran Dong Fang Xian. Meski sama-sama mengenakan doupeng putih, tetapi aura yang berbeda jelas sangat terasa dengan pria yang menculik Duan Yu Yan.Seperti tadi, Xie Jing Cuan juga menjelaskan situasi yang dihadapi Pangeran Dong Fang Xian dan apa yang menjadi keinginannya. Zhao Lu Yang menatap sang Pangeran dengan serius. Ini bukan perkara mudah, karena berkaitan dengan negara lain."Pangeran, aku hanya bisa menawarkan keamananmu selama kau tidak keluar dari Tanah Bebas. Aku menjamin nyawamu seratus persen selamat jika kau tinggal di sini hingga Kaisar Dong tiada." Zhao Lu Yang menawarkan sesuatu yang memang sudah menjadi keistimewaan dirinya sebagai penguasa kota Tanah Bebas."Sejujurnya ini sangat menarik, Tuan Zhao. Tetapi, mereka yang memburuku akan tetap memburu dan masuk ke kota ini juga. Meski di kotamu ini ada larangan untuk beradu kekuatan, tetapi itu tidak bisa menjam
Read more

Akhir Dari Negosiasi

Semestinya, kau mirip dengan Dong Fai." Itulah kata-kata pertama yang diucapkan Ao Yu Long dan membuat Xie Jing Cuan, Wu Hongyi dan bahkan Pangeran Dong tidak dapat berkata-kata."Kenapa?" Ao Yu Long menatap mereka, saat menyadari ucapannya membuat mereka terkejut. "Aku tidak salah bukan? Walau pun rumornya, alasan Pangeran Dong Fang Xian mengenakan doupeng putih karena wajahnya terlalu tampan. Atau boleh dikatakan cantik," lanjutnya dengan santai."Cantik?" Wu Hongyi mengerutkan keningnya, melirik sang pangeran. "Aku merasa sedikit aneh, saat seorang pria tampan memuji pria tampan yang lain," lanjutnya, sebagai orang yang pertama kali bereaksi dengan ucapan Ao Yu Long."Tidak juga," sahut Ao Yu Long singkat. "Jadi aku menawarkan perlindungan untuk nyawamu yang berharga itu dan juga wajah tampanmu yang aku jamin tidak akan tergores seujung kuku pun, selama kau mau.""Aiyo, penawaran macam apa ini!" Xie Jing Cuan hampir saja memuntahkan darah setel
Read more

Bosan

Paviliun Bambu Hijau, Wisma Lonceng NagaLi Feng Hai berlutut di hadapan Kaisar Ao Yu Long. Diikuti Duan Yu Yan, Ketua Mu dan lainnya. Berkali-kali mereka harus mencuri-curi pandang untuk memastikan pria yang berdiri di hadapan mereka memanglah Kaisar Negeri Kaili, Kaisar Ao Yu Long."Ada apa?" Ao Yu Long merasa sedikit aneh, ketika ekor matanya menangkap gerak-gerik orang-orang itu. Mungkin hanya Ketua Mu dan Li Feng Hai yang bersikap cukup tenang."Ketua Mu? Li Feng Hai?" Ao Yu Long memanggil keduanya dengan lembut. Seketika keduanya membenturkan dahi mereka ke lantai."Yang Mulia, rasanya sulit dipercaya. Hamba seperti kembali ke masa-masa di mana Yang Mulia masih mengikuti Jenderal Duan berkampanye keliling perbuat negeri." Ketua Mu mengungkapkan perasaannya dengan hati-hati.Ao Yu Long menghela napas pelan. Dia dapat mengerti jika orang-orang yang pernah mengenalnya di masa muda akan berpendapat yang sama dengan Ketua Mu. Sosok Xiao
Read more

Salju

Dong Xiu Bai segera terbang dan mendarat mulus di dekat gadis yang tengah menari itu. Tawa renyahnya yang khas membuat gadis itu menyadari kehadirannya."Kau ingin ikut menari?" Gadis itu bertanya seraya tertawa. Dia merasa senang karena ada seseorang yang seumuran dengannya."Ehm!" Dong Xiu Bai menggangukkan kepalanya. Dahulu setiap dia menggerakkan kepalanya maka perhiasan kepalanya yang terbuat dari giok akan berdenting pelan. Kini tidak lagi karena perhiasannya itu diberikannya pada Tian Min dan di tangan pemuda itu giok hijau nan indah itu telah menjadi Seruling Giok Ru Yi."Ayo kita menari!" Gadis itu mengulurkan tangannya meraih jari jemari Dong Xiu Bai. Gadis Rubah itu pun menggenggam jari gadis itu. Mereka berdua pun menari bersama diiringi gemerincing lonceng yang terdengar begitu merdu.Musim gugur yang indahDaun-daun merah berguguranAngin bertiup semilirMembawa aroma harum bunga plumHari-hari terakhir melihat warna-
Read more

Dua Bocah Kematian

Dong Fang Xian tertegun saat menyaksikan salju turun meski hanya sedikit. Di Negeri Utara, yang didominasi gurun dan Padang rumput, salju tidak setiap tahun turun. Bahkan sangat jarang sekali."Mu Jing!" Serunya memanggil gadis remaja yang selalu mengikutinya kemana pun dia pergi."Yang Mulia!" Serunya dengan riang. Dia bergegas melayang turun diikuti Dong Xiu Bai yang juga menyadari kehadiran Ao Yu Long."Bai'er, salju!" Ao Yu Long menegurnya seraya menunjuk ke langit. Gadis mungil itu pun mendongakkan kepalanya menatap langit. Dia baru menyadari telah mengakibatkan perubahan cuaca."Aiyo bagaimana ini Gege? Tuan Rambut Putih pasti akan memarahiku," keluhnya seraya berlari mendekati Ao Yu Long dan bersembunyi di belakangnya."Wah salju!" Sementara Mu Jin justru berteriak gembira. Dia berputar-putar menari dengan riang di bawah salju yang berhamburan turun. Ini pertama kalinya dia melihat salju turun."Gege, bagaimana ini?" Dong
Read more

Percakapan Kaisar Dan Pangeran

Denting senar guzheng dan alunan merdu seruling seakan menyatu dengan desir angin, desau dedaunan dan sinar matahari yang kembali muncul. Perlahan-lahan cuaca kembali seperti semula, musim gugur yang indah dengan semburat kemerahan dedaunan yang berguguran."Wah, cuacanya berubah!" Mu Jin kembali berseru girang. Gadis itu masih terheran-heran dengan perubahan cuaca yang begitu cepat. Ini sungguh sangat menakjubkan bagi dirinya."Apa kau tidak ingin memberi hormat pada Kaisarmu, anak muda?" Wu Hongyi berseru saat suara guzheng dan seruling sudah berhenti dan cuaca kembali normal.Sesaat hanya hening saja, tidak ada yang muncul. Hanya desir angin dan kicau burung terdengar di kejauhan. Hingga kemudian sekelebat bayangan muncul dan sesosok melayang turun dari pohon willow."Tian Min memberi hormat pada Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long." Sosok itu segera berlutut di depan Ao Yu Long."Tian Min!" Dong Xiu Bai yang sedari tadi mendengarkan musik be
Read more

Laporan Para Ketua Pintu Kematian

Sementara Ao Yu Long dan Dong Fang Xian membicarakan rencana pembangunan ibukota baru ditemani Tuan Wu, Dong Xiu Bai dan Tian Min berjalan-jalan di sekitar Danau Hu dan berbagi cerita selama beberapa tahun mereka berpisah.Di tempat lain Roulan berceloteh riang mencoba menghibur Duan Yu Yan. Gadis itu bahkan membacakan beberapa puisi yang dikutipnya dari buku puisi milik Ao Yu Long yang disimpannya.Di sudut lain wisma, Wu Hongyi dan ketua delapan pintu kematian lainnya menghadap sang ketua sekte, Xie Jing Cuan. Mereka membicarakan situasi di Tanah Bebas, Kaili dan Negeri Utara. Meski hingga saat ini masih dalam situasi aman, tetapi Xie Jing Cuan justru mengkhawatirkan keadaan yang menurutnya terlalu tenang."Air yang tenang bukan berarti aman untuk diselami atau pun untuk berlayar," gumamnya seraya menatap kesembilan ketua pintu kematian di hadapannya.Kata-kata yang diucapkan dengan santai seakan tidak bermakna. Seperti
Read more

Kepada Siapa Aku Harus Membalas Dendam?

Dong Xiu Bai kembali ke kamarnya setelah seharian berjalan-jalan bersama Tian Min. Dia sungguh bergembira dengan perkembangan Tian Min. Pemuda itu kini tumbuh menjadi pria muda yang tampan dan ilmu beladirinya juga berkembang pesat."Eh, kenapa jendelanya terbuka? Dia tertegun saat kembali dari membersihkan tubuh dan berganti pakaian. Jendela kamarnya setengah terbuka. Padahal tadi semua jendela dan pintu telah tertutup rapat.Dong Xiu Bai tersenyum tipis. Dia perlahan menggerakkan tangannya. Seketika hawa dingin menyelimuti ruangan itu. Seperti di saat musim dingin dan tidak ada arang menyala di tungku perapian."Mari kita lihat, bertahan berapa lama kau bersembunyi di tempat sedingin ini," gumam gadis kecil itu seraya tersenyum jahil.Gadis kecil itu kemudian duduk dan menuangkan teh. Menyantap kue kembang sepatu yang menjadi kesukaannya. Dia bersikap seakan-akan tidak ada yang aneh dan mengganggunya."Nona Muda Dong, memang tak diraguk
Read more

Dendamku Akan Menjadi Urusanku

Beberapa waktu berlalu, situasi masih seperti yang dikatakan Xie Jing Cuan. Tenang tetapi dikhawatirkan akan menghanyutkan semuanya hingga hilang tak berjejak dan berbekas.Kedatangan Huan Junjie membuatnya merasa sedikit lega. Setidaknya, Ao Yu Long dapat memastikan keamanan Duan Yu Yan saat harus kembali ke Utara. Perjalanan dari Tanah Bebas dan ke Utara tidaklah sesederhana seperti rute yang ada di dalam peta.Utara bisa dicapai melalui rute timur yang meliputi Hutan Kematian, Ibukota kemudian Pondok Willow dan daerah yang sepi. Cukup aman, tetapi memakan waktu yang tidak sedikit. Sedang jika melalui rute barat maks itu semakin sulit, karena harus melintasi daerah tak bertuan.Satu-satunya rute tercepat adalah memotong jalur tengah. Namun, Dataran Tengah tidak pernah ramah terhadap pelancong ataupun pendatang. Wilayah yang tidak termasuk kedua Kaili ini cukup sulit dikendalikan. Apalagi banyaknya sekte dan klan-klan kecil yang menguasai wilayah itu sema
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status