Home / Fantasi / Penguasa Sembilan Pintu Kematian / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Penguasa Sembilan Pintu Kematian : Chapter 131 - Chapter 140

174 Chapters

Kesempatan Bertarung Dengan Ketua Qilin

Duan Yu Yan tersenyum tipis. "Dia adalah adik ayah saya," ucapnya dengan lembut seperti tadi."Ah, jadi kau putri si tua bangka itu!" Tiba-tiba saja Lady Murong Fei tertawa terkekeh. "Ketua Mu, untuk apa kau membawa putri tua bangka itu ke Tanah Bebas?" tanyanya pada Ketua Mu."Kami mengantarkannya ke Tanah Bebas sebagai calon pengantin Zhao Lu Yang," sahut Ketua Mu dengan hati-hati.Pria muda dan tampan yang duduk di sudut kedai, menyemburkan arak yang tengah diminumnya. Begitu juga dengan Lady Murong Fei yang menoleh dan menatapnya. Keduanya saling berpandangan."Ah, calon pengantin Zhao Lu Yang," gumamnya setelah memastikan pria di sudut baik-baik saja dan kembali menikmati araknya. "Ini sungguh menarik," lanjutnya masih bergumam pelan. Jari jemari lentiknya yang berkuku panjang bergerak pelan bak tengah menari.Ketua Mu meneguk ludahnya, merasakan firasat yang kurang baik untuk mereka. Meski hubungan Kaili dengan Sekte Keabadian baik-
Read more

Jurus-jurus Dari Utara

Lady Murong Fei menunjuk seorang prajurit biasa untuk melawan Ketua Qilin. Tentu saja itu membuat Nanggong Ningli khawatir. Dia pun berteriak memprotes."Lady Murong Fei, ini tidak adil! Prajurit biasa tidak akan mampu melawan Ketua Qilin!" seru Nanggong Ningli dengan marah.Namun, Ketua Mu menyuruhnya untuk diam. "Tenang, Nanggong Ningli. Biarkan prajurit ini mencoba," katanya dengan tenang, tetapi tegas. "Majulah!" Perintahnya pada prajurit yang sedari di perjalanannya selalu mengawal kereta yang ditumpangi Duan Yu Yan tanpa lengah sekali pun."Baik!" Prajurit itu pun mematuhi ucapannya. Dia maju dan menyerang Ketua Qilin dengan tombaknya setelah memberi hormat pada Ketua Sekte Keabadian itu.Gerakannya cepat dan penuh determinasi. Ketua Qilin dapat dengan mudah menghindar, namun prajurit itu kembali menyerangnya. Kali ini menggunakan salah satu jurus yang cukup membuat Ketua Qilin kerepotan. Namun, Ketua Qilin masih tetap bisa menghindar dengan
Read more

Melintasi Hutan Kematian

Ketua Mu menghela napas pelan. Dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Melintasi Hutan Kematian menjelang malam tanpa arak persembahan untuk para roh penghuni hutan merupakan sesuatu hal yang hampir mustahil."Ayo kita pergi!Ketua Qilin, Lady Murong, terima kasih untuk kesempatan yang kalian berikan." Dia pun berpamitan pada kedua orang dari Sekte Keabadian itu setelah ber-kowtow dengan sopan."Ketua Mu, tunggu!" Ketua Qilin berseru, di saat Ketua Mu dan rombongan pengantar calon pengantin hendak meninggalkan kedai. Pria itu melangkah dengan santai, mendekati mereka."Ini, anggap saja aku mentraktirmu." Ketua Qilin tersenyum dan mengedipkan matanya.Dia memberikan satu buah kendi arak yang masih utuh kepada Ketua Mu. Arak itu berkilauan di bawah sinar matahari senja, memancarkan aroma harum yang menggoda. Ketua Mu ragu-ragu untuk menerimanya dan melirik Lady Murong Fei. Wanita itu membuang muka, melenggang pergi seraya bersiul pelan masuk ke dalam ru
Read more

Pria Misterius Penculik Calon Pengantin

Sosok bercaping dan bercadar putih itu menghentikan rombongan yang dipimpin Ketua Mu. Di tengah hutan yang sunyi, hanya suara angin yang berdesir di antara dedaunan yang terdengar. Sosok itu berdiri tegak, bayangannya memanjang di bawah sinar matahari yang keemasan."Serahkan kereta beserta isinya, dan aku tidak akan menyakiti kalian," suaranya tenang tetapi penuh ancaman, menggema di antara pepohonan.Ketua Mu, memicingkan mata menatap sosok yang seharusnya seorang pria menilik suaranya barusan. "Siapa kau? Dan untuk apa menghalangi kami?"Sosok bercaping itu hanya tersenyum tipis di balik cadarnya. "Ketua Mu, kau tak perlu tahu siapa diriku. Yang perlu kau lakukan hanyalah menyerahkan kereta dan isinya padaku," katanya pelan, sebelum melompat maju dengan kecepatan yang mengejutkan.Mao Beifeng, dengan tangkas bersiap menghadangnya dengan tombaknya. Sebelum pria itu tiba, dia sudah melemparkan tombaknya. Denting pedang beradu dengan tombak terden
Read more

Ancaman Xie Jing Cuan

Manor Zhao, Tanah Bebas Manor Zhao di pagi hari selalu saja disibukkan dengan beberapa hal yang sudah menjadi rutinitas. Membuka pintu gerbang besar yang terbuat dari kayu yang berat dan berukir lambang Keluarga Zhao hingga menerima para tamu yang hampir setiap hari datang silih berganti.Namun, pagi ini, kesibukan para pelayan bertambah seiring dengan menjelang hari pernikahan Zhao Lu Yang sang Tuan Manor yang juga penguasa kota Tanah Bebas. Kabar pernikahannya dengan Duan Yu Yan, keponakan Jenderal Duan dari Kaili telah menyebar dan menjadi rumor di seluruh Tanah Bebas bahkan hingga ke Utara.Tak terkecuali bagi Wenwan, sang selir kesayangan Zhao Lu Yang. Wanita cantik itu tengah duduk di teras kamarnya ditemani Zhao Lu Yang. Mereka berbicara dari hati ke hati berkenaan dengan rencana pernikahan Zhao Lu Yang."Kau tidak perlu khawatir, semua tidak akan berubah. Akan tetapi seperti biasanya." Zhao Lu Yang menenangkan sang selir.Wenwan
Read more

Pria Dari Utara

Sementara itu, pria bercaping dan bercadar putih yang menculik Duan Yu Yan, membawa calon pengantin itu ke suatu tempat. Keesokan harinya, Duan Yu Yan terbangun dengan kepala yang masih terasa berat. Matanya perlahan membuka, dan dia mendapati dirinya berada di sebuah kamar yang cukup mewah.Tirai sutra berwarna putih menghiasi jendela, dan perabotan kayu yang diukir indah memenuhi ruangan. "Di mana aku?" gumamnya pelan, mencoba mengingat kejadian kemarin.Seorang pelayan datang membawakan air panas. "Nona, saya akan membantu Anda membersihkan diri," katanya dengan suara lembut.Duan Yu Yan masih merasa bingung, menatapnya penuh rasa ingin tahu. Namun, gadis itu menyadari situasinya dan tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui ucapan pelayan itu. Dia pun menganggukkan kepalanya dan membiarkan pelayan membantunya ke kamar mandi yang beraroma bunga melati, yang ada di belakang kamarnya.Setelah membersihkan diri, Duan Yu Yan kembali ke kamar da
Read more

Kesempatan Untuk Menekan Xie Jing Cuan

Menjelang senja, Ketua Mu dan rombongan pengantar calon pengantin dari Kaili tiba di Manor Zhao. Bertepatan dengan Xie Jing Cuan dan Wu Hongyi yang baru saja keluar dari Manor Zhao.Pria berambut putih itu berhenti sejenak. "Ketua Mu, sudah lama tidak bertemu," sapa Xie Jing Cuan dengan senyum tipis."Ketua Xie, Ketua Wu, senang bertemu kalian," balas Ketua Mu dengan anggukan hormat. "Kebetulan sekali bertemu dengan kalian berdua. Ada beberapa hal yang sepertinya harus kita bicarakan." Ketua Mu berucap pelan."Aku mengerti, pelayan akan menyiapkan Paviliun Wisteria untuk Anda rombongan, Ketua Mu." Xie Jing Cuan menanggapinya dengan santai.Setelah berbasa-basi sejenak, Xue Jing Cuan dan Wu Hongyi berpamitan dan bergegas meninggalkan Manor Zhao. Pemilik Wisma Lonceng Naga sekaligus Ketua Sekte Sembilan Pintu Kematian itu melangkah dengan santai diiringi Wu Hongyi menuju kereta kuda yang sudah menantinya di seberang jalan."Kuil Naga? Bukan
Read more

Pria Bertopeng Dan Zhao Lu Yang

Pria bertopeng itu tertawa mendengar pertanyaan Zhao Lu Yang. Suara tawanya menggema di ruangan yang remang-remang, menciptakan suasana yang semakin mencekam. "Aku selalu mengira kau adalah orang terlicik yang pernah kukenal, Zhao Lu Yang," katanya dengan nada mengejek. "Tetapi, ternyata kau tak bisa memanfaatkan kelicikanmu itu."Zhao Lu Yang menatap pria bertopeng itu dengan tatapan tajam. "Kelicikanku belum ada apa-apanya dibandingkan denganmu," balasnya dengan tenang. "Kau memanfaatkan kebencian ibu suri terhadap Ao Yu Long, keserakahan keluarga Dong, kecemburuan Duan Xiao Jiao terhadap Ming Shuwan dan kesetiaan Jenderal Duan. Semua itu kau gunakan untuk memicu pemberontakan 18 tahun lalu," sahutnya dengan santai.Pria bertopeng itu kembali tertawa, tetapi tawanya kali ini terdengar lebih getir. "Memang benar," katanya sambil menghela napas panjang. "Tapi kelicikanku masih dapat dikalahkan oleh kekuatan Ming Shuwan yang membekukan ibukota Kaili."Zhao
Read more

Kedai Arak Qiutian Di Tengah Malam

Pria bertopeng itu memesan arak istimewa dari Kedai Arak Qiutian dan juga beberapa makanan lainnya. "Apa arak yang paling istimewa di kedai ini? Dan juga makanannya?" tanyanya dengan santai tanpa nada sombong.Pelayan pria itu tersenyum. "Untuk musim ini kami memiliki arak bunga plum, arak embun pagi dan arak bambu hijau. Itu semua arak yang lezat dan berkualitas, Tuan." Pelayan itu menjelaskan dengan sopan dan ramah tanpa berlebihan dan dibuat-buat."Wah, arak yang jarang sekali didapatkan di kedai-kedai kecil di kota manapun. Sepertinya pemilik kedai ini sangat ahli dalam menyuling arak." Pria bertopeng itu tersenyum tipis, memuji kedai kecil ini dengan tulus."Ah, Nyonya Ling hanyalah penyuling arak biasa, Tuan." Pelayan itu menyahut dengan sopan. "Ah, Tuan mau pesan arak yang mana?" Dia kembali bertanya."Arak bambu hijau," sahut pria bertopeng itu dengan cepat. "Untuk makanannya aku rasa itu akan sangat cocok dengan dimsum udang, sup ayam gin
Read more

Kedai Dan Tamunya Yang Aneh

Suasana di Kedai Qiutian terasa tenang. Seolah-olah tidak terpengaruh oleh rencana pernikahan sang penguasa kota Tanah Bebas, Zhao Lu Yang, yang akan segera berlangsung dalam beberapa hari lagi.Cahaya lentera yang ada di tiap sudut kedai dan juga halaman, menarik perhatian para prajurit yang tengah berpatroli. Namun, mereka sudah terbiasa dengan situasi di kedai milik Nyonya Ling. Para prajurit itu hanya menyapa pelayan yang berjaga di depan kedai kemudian melewatinya begitu saja.Para pelayan dengan sigap menghampiri setiap meja, membawa teh hangat, arak dan hidangan lezat. Mereka berbicara dengan sopan, senyum ramah di bibir mereka. Di sudut kedau, beberapa tamu duduk dengan tenang, menikmati minuman mereka sambil berbicara pelan.Semua itu tak luput dari perhatian pria bertopeng yang duduk seorang diri. "Aku baru menyadari ada tempat seperti ini di Tanah Bebas. Apakah Zhao Lu Yang mengetahuinya?" gumamnya dalam hati seraya mengambil sepotong dimsum yan
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status