Home / Fantasi / Penguasa Sembilan Pintu Kematian / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Penguasa Sembilan Pintu Kematian : Chapter 121 - Chapter 130

174 Chapters

Benturan

Di bawah sinar bulan, Ming Shuwan bergerak lincah menghajar pasukan mayat hidup. Kakinya menyapu dengan gesit membuat mayat-mayat hidup itu tidak bisa maju lebih jauh lagi.Sedangkan Ao Yu Long, yang juga dikendalikan oleh Xie Jing Cuan, menyerang Nanggong Anming dengan pedangnya. Pedang Ao Yu Long nampak berkilauan tertimpa cahaya bulan. Nanggong Anming, dengan mata tajamnya, mengamati setiap gerakannya, mencari celah untuk melawan sekaligus melepaskan diri dari situasi yang mulai menyulitkan dirinya.Qianru melihat kesempatan itu untuk kembali ke perahu. Dengan lompatan yang anggun, dia terbang di udara, diikuti oleh kakak beradik Ang. Mereka tidak ingin terjebak dalam kerumunan pasukan mayat hidup yang bisa melukai mereka."Kita harus cepat!" seru Ang Bei, matanya penuh kekhawatiran. "Ming Shuwan tidak akan bisa mengendalikan jurusnya dan akan menyerang siapa saja yang berada dalam pasukan mayat hidup."Di tengah kekacauan, Dong Fai berseru pad
Read more

Aku Tidak Mengkhianati Siapapun

Gadis cantik itu bagaikan terbang melayang di angkasa. Hanfu putihnya berkibaran tertiup angin musim dingin di utara yang tidak pernah diiringi dengan turunnya salju. Hanya udara dingin mencekam yang membekukan embun, tetapi tidak cukup untuk mengubur negeri itu dalam salju yang memutih.Nanggong Anming, menatap gadis cantik yang kini melayang turun dengan anggun di hadapannya. Menatapnya dengan tatapan sinis, meremehkan."Nanggong Anming, ayahku memiliki kepercayaan yang besar kepada keluargamu. Namun, kalian begitu mudah mengkhianatinya." Ming Shuwan berucap lirih tetapi terdengar mencekam di telinganya."Saat ini kau hanya boneka, Ming Shuwan. Sadarlah!" Nanggong Anming berteriak pada gadis itu."Tubuhku memang di bawah kendali Xie Jing Cuan, tetapi ucapanku tidak. Kau dan keluargamu telah melakukan kesalahan besar dengan mengkhianati kami, Kaili maupun sekte Sembilan Pintu Kematian." Ming Shuwan menjawab perlahan. Suaranya terdengar muram dan
Read more

Pertarungan Di Atas Sungai Yang Membeku

Udara dingin menyelimuti tubuhnya. Membuat tangannya yang menggenggam pedang terasa kaku membeku. Di saat hampir merasakan dingin yang menjalar hingga ke tulangnya, perlahan-lahan dia mendengar gemerincing lonceng di telinganya."Ini? Sebenarnya apakah makna dari lonnceng- Lonceng milik Xie Jing Cuan?" gumamnya pelan."Kau tidak perlu menanyakan itu, salurkan saja tenaga dalammu ke seluruh tubuhmu untuk melawan udara dingin dari salju milik Ming Shuwan. Tancapkan pedangmu ke dinding pusat badai dan biarkan itu untuk menahan pusaran badainya." Terdengar suara yang kini yang cukup akrab di telinganya, suara Xie Jing Cuan.Dong Fai menancapkan pedang Merak Birunya ke dinding pusaran badai milik Ming Shuwan. Kilatan biru dari pedangnya menyatu dengan angin yang berputar, menciptakan pemandangan yang memukau. Pusaran badai salju yang berkilau kebiruan, indah namun mematikan.Dia mengalirkan tenaga dalamnya ke seluruh tubuhnya, untuk menahan hawa dingin
Read more

Orang Yang Lemah Bukan Berarti Tidak Berdaya

Pertarungan melawan Nanggong Angmin di Sungai Angin Utara malam itu menjadi awal dari hubungan Xie Jing Cuan dan Dong Fai yang rumit. Juga awal dari huru-hara di wilayah Kaili yang berakhir dengan dihancurkannya Keluarga Nanggong dalam semalam."Semua orang di wilayah ini menganggap Kekaisaran Kaili dan Sekte kita terlibat dalam pembantaian Keluarga Nanggong waktu itu," gumam Dong Fai pelan.Xie Jing Cuan masih memetik guzhengnya, jari-jarinya menari di atas senar, menghasilkan melodi yang lembut namun penuh kekuatan. "Wajar saja, karena peristiwa itu bersamaan dengan terungkapnya aliansi mereka dengan Negeri Utara," ucapnya dengan santai.Di hadapannya, Dong Fai duduk dengan santai, menikmati arak spesial dari wisma Lonceng Naga. Aroma arak yang harum memenuhi udara, menambah suasana tenang malam itu."Hal itu membuat Kekaisaran Kaili maupun sekte kita tidak senang. Kau pasti tahu sebabnya bukan?" Xie Jing Cuan bertanya pada Dong Fai. D
Read more

Pria Bertopeng Di Lembah Lotus

Lembah Lotus, Pegunungan Selatan Di lembah lotus yang sunyi, kabut tipis menyelimuti permukaan air yang tenang. Bunga-bunga lotus bermekaran, memancarkan aroma yang menenangkan. Terdengar suara guqin samar-samar. "Ketua Zhang," gumam beberapa murid sekte yang kebetulan melalui jalan setapak beralas batu yang menghubungkan beberapa area di lembah yang merupakan markas sekte Lotus Hitam.Di sala satu sudut pelataran luas, di tepi kolam yang ditumbuhi beberapa bunga lotus berbunga hitam, Zhang Jiawu duduk seorang diri memetik guqinnya. Dia memainkan sebuah lagu merdu mendayu yang terdengar hingga ke seantero lembah."Lagu yang sangat indah, mengingatkanku akan sebuah pesta di istana kekaisaran Kaili beberapa tahun lalu." Tiba-tiba saja terdengar suara seseorang. Tidak terlalu keras, tetapi cukup untuk membuat Zhang Jiawu mengalihkan perhatiannya dari senar guqin meski hanya sekejap. "Turunlah," perintah Zhang Jiawu pada orang itu. Dia melirik pada pohon-pohon plum yang berada tak jauh
Read more

Masa Lalu Tidak Akan Pernah Terulang

Setelah pria bertopeng itu pergi, Zhang Jiawu menyarungkan pedangnya dan kembali duduk untuk memetik senar guqinnya. Nada-nada yang mengalun dari alat musik itu membawa ingatannya kembali ke masa lalu. Saat kakak perempuannya, Nanggong Yue, mengajarinya lagu ini. Tiba-tiba saja terbesit rindu muncul merebak di sudut hatinya. "Jiejie, apakah kau pernah merasa rindu akan masa lalu? Merindukan diriku, adik lelakimu," gumamnya nelangsa. Jauh di lubuk hatinya, Zhang Jiawu tidak pernah melupakan Nanggong Yue sedikit pun. "Meskipun kau yang telah menorehkan luka dalam hatiku, tetapi aku tidak pernah membencimu. Aku hanya ingin berbicara denganmu seperti dulu meski hanya satu hari saja." Tanpa sadar air mata menetes di pipinya dan jatuh di atas senar guqinnya. "Anak laki-laki tidak boleh menangis, Didi." Sebuah ucapan dari sang kakak kembali terngiang di benaknya. Kata-kata yang selalu diucapkan Nanggong Yue setiap kali dia menangis. "Aku hanya menangis jika rindu padamu, Jie," bisikny
Read more

Istana Yang Terbengkalai

Istana Kekaisaran Kaili, Ibukota Kaili Duan Yu Yan menatap salju yang turun dari jendela kamarnya. Cuaca di ibukota sangat jauh berbeda dengan di utara, tempatnya tinggal selama ini. Utara merupakan daerah yang berbatasan dengan Negeri Utara yang cenderung beriklim gurun."Nona, pakailah mantelnya." Ruolan, pelayannya datang dengan membawa mantel bulu yang tebal. Kemudian dengan hati-hati membantu sang nona mengenakannya."Aku bosan," keluhnya, seraya melirik pelayan setianya itu.Ruolan tersenyum dan mengambilkan sepiring kue dari meja di sebelah jendela. "Sebaiknya Nona menikmati kue osmanthus ini dulu. Setelah itu kita bisa berjalan-jalan berkeliling istana," bujuknya dengan lembut.Duan Yu Yan menganggukkan kepalanya. Dengan setengah hati dikunyahnya kue yang sebenarnya merupakan cemilan favoritnya. Namun, cuaca di ibukota membuat suasana hatinya benar-benar kacau.Awalnya dia sangat menyukai cuaca sejuk yang cenderung dingin di ibukota yang telah membeku hampir lima belas tahun
Read more

Lukisan Dan Puisi

Ruolan menatap Duan Yu Yan. "Nona, jika Anda saja tidak tahu apalagi saya?" sahutnya setengah mengeluh kesal.Duan Yu Yan tertawa melihat raut wajah pelayan setianya itu. "Terkadang kau lebih tahu karena kau lebih bebas ke sana kemari dan bertemu dengan banyak orang.""Ada benarnya juga Nona." Ruolan kembali menatapnya seraya tersenyum kecil meringis. "Namun, saya tidak tahu siapa dia. Seharusnya dia adalah Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long karena ini ruang belajarnya," ucapnya dengan ragu-ragu."Kau benar, tetapi aku tidak yakin," sahut Duan Yu Yan. Keningnya berkerut cukup dalam. Seumur hidupnya dia belum pernah melihat sosok nyata Kaisar Ao Yu Long."Ada lukisan dirinya di ruang belajar Paman Mingyu, tetapi dia mengenakan pakaian kebesaran kekaisaran," gumamnya seraya kembali mendongakkan kepalanya menatap lukisan yang tergantung di dinding ruang belajar itu."Saya juga pernah melihat lukisan itu," sahut Ruolan, menganggukkan kepalanya.
Read more

Perjalanan Sang Pengantin

"Nona, mereka sudah datang." Roulan memberitahukan kedatangan rombongan penjemput pengantin dari Manor Zhao dari Tanah Bebas."Aku tahu," sahut Duan Yu Yan pelan. Dirapikannya hanfu berwarna merah cerah nan mewah yang dikenakannya.Meski itu bukan gaun pengantinnya, tetapi dia harus tetap berhati-hati. Itu gaun yang disiapkan oleh mendiang neneknya untuk setiap calon pengantin yang melakukan perjalanan jauh menuju rumah pengantin laki-laki. Dahulu bibinya, Duan Xiao Jiao, mengenakan gaun ini juga saat datang ke Istana Zijin dengan dijemput oleh Jenderal Won dan Perdana Menteri Ming."Anda cantik sekali," puji Roulan tulus. Gadis pelayan itu tidak berbohong. Duan Yu Yan merupakan gadis dari Manor Duan yang merupakan simbol kecantikan yang murni bak dewi. Seperti halnya sang bibi, Duan Xiao Jiao atau pun adik dari neneknya yang merupakan ibu kandung dari Lady Ming Shuwan."Kau terlalu memuji," sahut Duan Yu Yan tersipu. Pipinya memerah bak buah pers
Read more

Kedai Arak Lady Murong Fei

"Yu!" Serunya dengan riang memanggil kuda putih itu. Ditepuk-tepuknya kepala kuda itu dengan lembut.Ketua Mu hanya menggelengkan kepalanya dan memerintahkan rombongan untuk berhenti. Dia tidak segera masuk ke kedai karena hendak memeriksa keadaan Duan Yu Yan. Hanya Nanggong Ningli yang tampak begitu bersemangat di tempat yang sepi itu."Ketua Mu, biar aku saja yang membeli arak!" serunya lagi setelah puas menyapa Yu, kuda putih yang sama sekali tidak mempedulikannya dan sibuk mengunyah rumput hijau di bawah pohon tua."Berhati-hatilah! Ada Ketua Qilin di dalam kedai, jaga sikapmu!" Ketua Mu memperingatkan.Nanggong Ningli hanya tersenyum jahil dan berlari masuk ke dalam kedai. Sementara Ketua Mu mengetuk pintu kereta yang ditumpangi Duan Yu Yan dan Roulan."Nona, mari kita turun dan beristirahat sebentar," sapanya dengan sopan dan hormat."Paman, kau tidak perlu sungkan." Duan Yu Yan tersenyum dan dengan dibantu Ruolan dia turun
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status