Home / Fantasi / Penguasa Sembilan Pintu Kematian / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Penguasa Sembilan Pintu Kematian : Chapter 101 - Chapter 110

174 Chapters

Yu Xue Bercerita 1

"Bao Yu, apakah kau tahu? Kau dapat membuat arak tujuh bunga harum dari bunga-bunga yang bermekaran malam ini." Yu Xue berucap santai pada muridnya, seperti biasanya."Arak tujuh harum? Aku baru mendengarnya." Bao Yu mengerutkan keningnya menatap sang guru dengan serius."Benar, arak tujuh bunga harum. Bunga pear, plum, persik, krisan, opium, camelia dan osmanthus. Kau dapat membuat arak yang lezat dari bunga-bunga itu." Yu Xue tersenyum simpul, seperti hanya tengah bercanda saja dan tidak serius dengan ucapannya."Aiyo! Aku harus memetik bunga-bunga itu sekarang!" Bao Yu tertawa riang dan sangat bersemangat setelah mendengar penjelasan dari gurunya itu. Meski Yu Xue selalu bersikap santai dan tidak pernah serius, tetapi Bao Yu tidak pernah meragukan ucapannya. Tian Min yang sedari tadi terpekur, merenungi ucapan-ucapan Yu Xue sebelumnya mengenai kekuatan seruling miliknya, hanya memandang keduanya bergantian."Pergilah! Bukankah kau ingin mempelajari jurus Tarian Sang Pemabuk dan Ca
Read more

Yu Xue Bercerita 2

Tian Min menatap gurunya, Yu Xue, matanya berbinar. "Setiap kali Nona Muda Dong Xiu Bai menggunakan jurus Tarian Badai Salju diiringi petikan pipanya, jurus itu menjadi lebih dahsyat. Dia hampir saja dia membekukan seluruh kota Tanah Bebas."Yu Xue tersenyum. "Gadis kecil itu ternyata jauh lebih kuat dari yang aku bayangkan. Kau tidak perlu khawatir, karena pipa itu juga yang akan mengontrol kekuatannya sekaligus mengendalikan Roh Rubah Putih berekor sembilan di dalam dirinya," ucapnya pelan."Hanya satu hal yang tidak aku mengerti, bagaimana bisa pipa itu ada pada Nona Muda Dong?" Yu Xue mengerutkan keningnya, seperti tengah mencoba memahami sesuatu.Tian Min mengangkat bahunya tanda tidak mengerti juga. Dong Xiu Bai tidak pernah menceritakan mengenai asal-usul pipa yang selalu dibawa ke mana pun dia pergi. Pertama kali bertemu di Pondok Willow, saat gadis kecil itu hampir memporak-porandakan pondok itu, dia sudah membawa pipa itu."Ah sudahlah, para wanita memang sulit dimengerti da
Read more

Kekuatan Di Balik Cerita

Tian Min mendengarkan dengan penuh perhatian. "Apakah itu merupakan asal-usul dari Sekte Lotus Hitam?"Yu Xue menoleh dan tersenyum. "Benar. Setelah itu Zhao Zhingyi memberikan sisik naga yang tersisa pada murid-muridnya yang lebih muda."Tian Min tertegun sejenak. "Zhao Zhingyi rupanya memiliki banyak murid," gumamnya perlahan."Benar sekali!" Lagi-lagi Yu Xue membenarkan ucapan pemuda itu. "Murid-muridnya inilah yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Kaili. Lembah Selaksa Bunga, Lembah Merah, Lembah Ular, Hutan Kematian hingga ke Utara.""Maksud Guru merekalah cikal bakal berdirinya sekte-sekte kuat saat ini seperti Istana Bunga, Sekte Sembilan Pintu Kematian dan Elang Emas? Termasuk jurus Pedang Sang Pemabuk?" Tian Min cukup terkejut dengan ucapan Yu Xue barusan.Yu Xue mengangguk, mengiyakan dugaan pemuda itu. Keduanya kembali terdiam. Menikmati angin malam yang mulai terasa lebih sejuk. Juga aroma harum bunga yang perlahan-lah
Read more

Meninggalkan Istana Bunga

Keesokan paginya, Yu Xue, Bao Yu, dan Tian Min berpamitan kepada Lady Wang. Mereka bertiga memutuskan untuk segera kembali ke Lembah Persik."Terima kasih atas segalanya, Lady Wang," kata Yu Xue dengan suara lembut.Pria itu menatap Majikan Istana Bunga yang berdiri kaku di hadapan mereka. Tatapan matanya tak beralih dari Tian Min. Pemuda itu sendiri menundukkan kepalanya, tidak berani membalas tatapan wanita yang merupakan kakak seperguruan sang ibunda, Lady Jing.Lady Wang memaksakan diri untuk tersenyum, meski matanya menyiratkan kesedihan. "Tian Min, ini adalah kitab milik ibumu, Lady Jing. Jagalah baik-baik," katanya sambil menyerahkan kitab kuno yang terbungkus kain sutra ungu.Tian Min menerima kitab itu dengan penuh hormat. "Terima kasih, Lady Wang. Aku akan menjaga kitab ini dengan segenap jiwa." Suaranya terdengar sedikit bergetar.Lady Wang mengangguk pelan. Meski keberatan untuk melepas putra sang adik seperguruan, dia tidak m
Read more

Selamat Datang Di Lembah Persik

"Ayo kita menyeberang!" Ucapan Yu Xue menyadarkan Tian Min dari lamunannya.Pria itu menuntut Haiye Qilin dan mendahului mereka berdua menyeberangi jembatan kayu. Bao Yu menyusul di belakangnya dan barulah Tian Min mengikuti mereka berdua. Mereka bertiga dan Haiye Qilin menyeberangi jembatan dengan hati-hati. Meski terkesan rapuh, ternyata jembatan kayu itu kokoh dan kuat menahan beban.Sesekali Tian Min memandang ke bawah, di mana air sungai mengalir lumayan deras. Jika terpeleset dan terjatuh ke sungai pasti akan terseret dan terbawa arus sungai hingga jauh. Dia bergidik ngeri membayangkan jika itu terjadi pada mereka.Namun, mereka dapat menyeberang dengan selamat. Bahkan setelah melihat pemandangan di sekitar yang sangat indah, kekhawatiran Tian Min lenyap seketika. Setelah menyeberangi sungai, mereka tiba di Lembah Persik tepat saat tengah hari. Tian Min tertegun melihat pemandangan yang terhampar di hadapannya. "Indahnya lembah ini," ujarnya kagum.
Read more

Permohonan Wenwan

Paviliun Kolam Naga, Wisma Lonceng Naga, Tanah BebasKetua Ren berdiri tegap di hadapan Xie Jing Cuan, wajahnya penuh ketegasan. "Ketua, perjalanan Lady Wang dan yang lainnya ke Lembah Selaksa Bunga berjalan lancar. Tidak ada hambatan berarti. Lady Jing pun telah dimakamkan dan dikremasi," lapornya dengan suara mantap.Xie Jing Cuan mengangguk pelan, matanya yang tajam menatap lurus ke arah Ketua Ren. "Bagus. Sekarang, kembali ke barat dan bantu Ketua Ang Hui memantau situasi di sana. Jangan lupa perhatikan gerak-gerik suku Xiaong Nu," perintahnya tegas.Ketua Ren membungkuk hormat sebelum berbalik dan meninggalkan kolam air panas. Xie Jing Cuan kembali duduk di depan guzhengnya, jari-jarinya yang lentik mulai memetik senar-senar dengan lembut, menghasilkan melodi yang menenangkan. Namun, ketenangan itu segera terganggu oleh kedatangan seorang pelayan yang tergesa-gesa."Tuan, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda," kata pelayan itu dengan
Read more

Manor Duan Di Utara

Manor Duan, Kaili UtaraTetua Duan, Duan Mingyu, berdiri di menara tertinggi di Manor Duan. Angin malam yang dingin menyapu wajahnya, membawa serta aroma pinus dari hutan di bawah.Dia termenung seorang diri setelah mendengar kabar munculnya Seruling Giok Ru Yi. Kabar berita yang membuatnya terkejut, gelisah sekaligus gembira. Benda pusaka milik Klan Duan, yang konon memiliki kekuatan untuk mengendalikan kekuatan tiga klan kuat yang lain telah lama menghilang dari sejarah. Kini, keberadaannya kembali terungkap, membawa harapan sekaligus ancaman bagi klan Duan.Sebagai Tetua klan Duan, dia sangat mengkhawatirkan masa depan klannya. Meski saat ini ada sepupunya, Jenderal Duan dan Pasukan Merahnya, tetapi keberadaan Seruling Giok Ru Yi di tengah klan mereka merupakan harga diri yang akan menentukan kelangsungan hidup klan mereka kelak. "Jika seruling itu jatuh ke tangan yang salah," pikirnya, "maka kehancuran kita tak terelakkan."Pria tampan yang me
Read more

Tekad Duan Yu Yan

Duan Yu Yan termenung sendirian di sudut taman. Angin sepoi-sepoi menyapu rambutnya yang hitam legam, sementara matanya yang bening menatap kosong ke arah bunga-bunga yang bermekaran. Dia sangat sedih karena dalam beberapa hari ke depan harus meninggalkan manor tempatnya lahir dan dibesarkan.Duan Yu Yan menghela napas panjang, mencoba mengusir kegelisahan yang menggelayuti hatinya. "Aku harus kuat," bisiknya pada diri sendiri. "Ini adalah takdirku."Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Duan Yu Yan menoleh dan melihat sepupunya, Mei Ling, datang menghampirinya dengan senyum ceria."Yu Yan, kau di sini rupanya! Aku mencarimu ke mana-mana," kata Mei Ling sambil duduk di sebelahnya."Aku hanya ingin menyendiri sebentar," jawab Duan Yu Yan dengan suara pelan.Mei Ling menatapnya dengan penuh pengertian. "Aku tahu ini berat bagimu. Tapi kau harus percaya, di ibukota dan Tanah Bebas, kau akan menemukan kebahagiaanmu."Duan
Read more

Misteri Guzheng Milik Xie Jing Cuan

Bunyi denting guzheng di tengah malam yang sunyi, terdengar hingga seantero wisma Lonceng Naga. Seakan-akan sebuah mantra yang menghipnotis para tamu wisma untuk terhanyut dan terbuai dalam alunan merdu guzheng sang pemilik wisma itu.Tak terkecuali seseorang yang masih terjaga di dalam kamarnya. "Lagu yang merdu," gumam sosok berhanfu putih itu seraya membuka jendela kamarnya.Ditatapnya pemandangan malam yang temaram. Bulan purnama menggantung di langit, bersinar keperakan di antara awan-awan yang gelap. Suasana begitu sunyi, hanya denting senar guzheng yang sayup-sayup terdengar, menambah syahdu dan haru biru kalbu.Tidak hanya ingin terhanyut begitu saja, sosok itu keluar dari kamarnya kemudian dengan ilmu meringankan tubuhnya melayang dari satu atap ke atap bangunan lain di kompleks wisma yang luas itu. Mencari asal alunan musik yang merdu itu.Hingga dia tiba di sebuah paviliun yang terpencil, di sudut wisma yang tersembunyi di balik rerumpu
Read more

Tamu Yang Tak Diharapkan

Dong Fai, ketua pintu kematian keenam, tersenyum lebar. Dia masih berdiri menatap Xie Jing Cuan lekat-lekat. Meski sudah cukup lama mengenal pria berambut putih itu, dia selalu merasakan sebuah misteri yang menyelimuti pria itu."Hanya duduk?" tanyanya sembari bersedekap tangan dan menyandarkan bahunya pada sebongkah batu besar yang ada di sampingnya."Ah, aku sungguh lupa. Tuan Muda Dong Fai sangat menyukai arak yang harum dan lezat." Xie Jing Cuan meliriknya sekilas kemudian menjentikkan jarinya.Seketika senar guzheng berdenting lebih keras disertai gemerincing lonceng yang cukup nyaring. Dari sela-sela asap tipis yang bersumber pada kolam air panas yang menyebar bak kabut, muncul seseorang. Seorang pelayan pria yang berjalan kaki tanpa ekspresi."Bawakan arak yang paling lezat untuk tamuku." Ucapan Xie Jing Cuan terdengar lembut, namun tegas pada sosok yang baru saja muncul dari balik kabut.Gerak-geriknya kaku tidak seperti para pela
Read more
PREV
1
...
910111213
...
18
DMCA.com Protection Status