Home / Fantasi / Penguasa Sembilan Pintu Kematian / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Penguasa Sembilan Pintu Kematian : Chapter 81 - Chapter 90

174 Chapters

Kasih Sayang dan Cinta Terkadang Membuat Seseorang Menjadi Bodoh

Tian Min terus memacu kudanya memasuki bagian dalam wisma. Suasana wisma sangat kacau hari ini. Nampak, beberapa prajurit berlarian dari satu paviliun ke paviliun untuk menggeledah.Sedangkan para tamu berhamburan memilih untuk menghindari bentrok dengan para prajurit. Namun, ada beberapa tamu yang merasa tersinggung dengan sikap para prajurit dan akhirnya terlibat perkelahian dengan mereka."Ada apa sebenarnya? Mengapa bisa sekacau ini?" Tian Min bergumam saat harus menghindari pertarungan antara para tamu dan prajurit.Karena terluka oleh Lin Hua beberapa waktu lalu, dia sama sekali tidak mendengar keributan yang terjadi selama beberapa waktu ini. Dia juga masih tidak mengerti mengapa Sekte Lotus Hitam menginginkan dirinya dan Hitam."Ketua Rong!" Tian Min berseru memanggil Ketua Sekte Elang Emas saat mendengar pekik Elang di tengah-tengah hiruk pikuk pertarungan.Namun, hanya pekik Elang emas saja yang terdengar nyaring. Sosok Rong Xia Guo tak nampak di mana pun. Tian Min menahan t
Read more

Xiao Che dan Pedang Lotus Murni

Aroma harum semerbak memabukkan kembali menguar ke seantero halaman. Seiring dengan tarian Lady Jing yang semakin cepat."Tian Min menjauhlah!" Serunya pada pemuda yang masih berdiri tertegun menatapnya.Seumur hidupnya baru sekali ini dia menyaksikan jurus legendaris dari Istana Bunga yang juga merupakan jurus milik Lady Jing."Tian Min!" Huan Junjie yang juga telah turun dari punggung Hitam menyeret Tian Min untuk menjauh."Kita harus menjauhi Lady Jing. Jurus ilusi Kupu-kupu akan membuat siapa pun yang terperangkap dalam pengaruhnya akan terhipnotis dan berada dalam ilusi kesedihan atau pun penderitaan dan dendam yang ada dalam hati dan berujung pada keputusasaan yang membuat kita tidak ingin hidup lagi." Huan Junjie menjelaskan."Aku tahu. Kaisar Ao Yu Long pernah mengatakan itu padaku. Namun, aku tetap mengkhawatirkan Lady Jing karena dia telah terluka parah. Akankah jurus Ilusi Kupu-kupunya mampu menghancurkan formasi Sekte Lotus Hitam?" Tian Min masih diliputi kekhawatiran."Ak
Read more

Kematian Lady Jing

"Bocah, ikutlah dengan kami!" Xiao Che melompat, berdiri di depan Tian Min yang memeluk tubuh Lady Jing."Kami tidak akan menyakitimu! Kau tidak perlu khawatir!" Tetua Oey turut mendekat dan menatap Tian Min dengan sinis.Tian Min memeluk erat-erat tubuh Lady Jing. Air mata merebak di pelupuk matanya. Kedua tangannya mengepal erat. Ada rasa sakit tak terperikan di dalam hatinya.Seumur hidupnya dia hanya menangis begitu keras hanya satu kali saat mendengar kematian Lady Ming Shuwan. Majikan Pondok Willow yang sudah dianggapnya sebagai pengganti sosok ibu. Usianya baru enam tahun waktu itu. Meski kurang memahami apa yang sebenarnya terjadi tetapi dia memahami rasa kehilangan yang menggigit hingga jauh di lubuk hatinya.Perasaan sakit dan sedih itu kembali merayapi hatinya kini. Lady Jing, bukanlah sosok yang dikenalnya dengan baik. Mereka hanya bertemu beberapa kali dalam beberapa kesempatan dan hanya singkat saja. Namun, dia selalu merasakan kedamaian dan kasih sayang dari mata wanita
Read more

Kalung Giok

"Ibu! Bangunlah Ibu!" Tian Min menepuk-nepuk pipi Lady Jing yang memucat. Pemuda itu menangis terisak-isak dan memeluk tubuh Lady Jing erat-erat.Meski hanya sebuah pengakuan semata tanpa bukti nyata, Tian Min mempercayai ucapan Lady Jing di akhir hayatnya. Dia meyakini Lady Jing memang ibu kandungnya.Aroma harum dan kilau sinar mata wanita itu, adalah satu-satu yang dikenalinya dengan baik dari sosok wanita yang selalu menemuinya setiap malam semenjak dia masih kecil. Aroma harum yang sama dengan aroma tubuh Lady Jing yang dikenal dengan harum yang tiada tara. Begitu juga dengan matanya yang berkilau indah, hidup dan penuh warna, tidak sesuram dan sedingin kilau mata sang kakak seperguruan, Lady Wang."Tian Min." Rong Xia Guo menyentuh bahu pemuda itu dengan lembut. Dia dapat merasakan kesedihan hati pemuda yang selama ini tidak pernah berkeluh-kesah akan kerinduannya pada sosok sang ibunda."Aku tahu kau ibuku sedari awal berjumpa denganmu. Aku tahu, ibu," bisik Tian Min lirih. Dit
Read more

Roh Batu Giok

"Ada apa Yu?" Fu Rui tertegun menatap Ketua Qilin yang menghentikan langkahnya."Apakah Da Jie tidak mendengar suara guzheng?" Ketua Qilin berbalik dan memperhatikan sekelilingnya. Memasang telinganya baik-baik. Fu Rui pun turut melakukan hal yang sama.Di sela desau angin yang bertiup pelan menerbangkan bunga-bunga persik yang berguguran terdengar samar-samar irama guzheng. Di tempat ini hanya ada seseorang yang selalu memetik guzheng dan suaranya terdengar hingga jarak yang cukup jauh."Xie Jing Cuan," gumam Fu Rui pelan. "Tetapi, ini bukan irama yang biasa dimainkannya. Lagunya kali terdengar sangat sedih dan menyayat hati." Fu Rui mengangkat tangannya dan menampung helaian kelopak-kelopak bunga persik yang berjatuhan tertiup angin di kedua telapak tangannya.Kelopak berwarna merah muda, putih dan merah merona itu bak salju yang turun perlahan-lahan di musim dingin. Semakin lama semakin banyak dan berserakan di tanah bak permadani yang cantik dan beraroma harum yang khas."Kau bena
Read more

Seruling Giok Ru Yi

"Suaramu sungguh merdu." Bola roh itu tidak bergerak lagi. Dia bahkan membiarkan Tian Min meletakkan dirinya di telapak tangannya."Ehm, kau Bocah Duan," gumam Bola Roh itu pelan."Aku tidak tahu," sahut Tian Min. Dia kembali membaca mantra seribu bunga dengan sepenuh hati.Tian Min memiliki kenangan tersendiri akan jurus milik Lady Jing ini. Sedari kecil, Lady Jing selalu mengunjunginya di Pondok Willow di saat-saat tertentu. Dia mengajari mantra itu dan juga beberapa jurus dasar dari istana bunga. Bahkan juga mengajari ilmu meringankan tubuh dari Istana Bunga yang termasyur.Setiap membaca mantra seribu bunga, dia selalu merasakan kehadiran sang ibunda dalam setiap baitnya. Tanpa terasa, kesedihan kembali merayapi hatinya Tian Min. Dia menyadari hanya mantra ini yang akan selalu mengikatnya dengan sang ibunda yang telah tiada."Kau bukan hanya Bocah Duan saja. Kau pun harum seperti para Majikan Istana Bunga. Aku sungguh menyukaimu, Bocah." Bola roh itu berucap pelan.Perlahan-lahan
Read more

Akulah Tujuan Mereka!

"Bagaimana dengan Zhao Lu Yang?" Xie Jing Cuan menatap Wu Hongyi sekilas."Aku belum bertemu dengan Tuan Mu dan Nona Nanggong. Aku masih berusaha membujuk Lady Wang untuk tidak bersedih lagi." Wu Hongyi mendesah pelan. Raut wajahnya terlihat mencemaskan sesuatu."Lady Jing! Tak aku kira dia mendahului kita." Xie Jing Cuan menjentikkan ujung jarinya memetik senar guzheng pelan"Lady Wang sangat bersedih! Tetapi kau tidak perlu khawatir karena ada Fu Rui dan Yu Xue yang menemaninya." Xie Jing Cuan tersenyum tipis dan melanjutkan petikan senar guzhengnya.Lagu merdu mendayu kembali terdengar di seantero wisma. Sebuah tanda bahwa mereka semua baik-baik saja meski baru saja terjadi beberapa hal yang mengejutkan mereka semua."Kematian tidak bisa dihindari. Itu akan datang pada semua makhluk hidup tanpa terkecuali. Suatu saat kita pun akan mati bukan?" Xie Jing Cuan menatap Wu Hongyi.Ketua Pintu Kematian Kedelapan itu terdiam. Ucapan Xie Jing Cuan memang benar adanya. Namun, terkadang mema
Read more

Para Wanita Merepotkan

Malam di Manor Zhao selalu menjadi malam yang terang. Meski bukan sebuah manor yang selalu hingar bingar dengan berbagai macam pesta layaknya manor besar lainnya, tetapi manor kediaman Zhao Lu Yang itu tidak pernah sepi dari para tamu."Apa yang terjadi di Wisma Lonceng Naga?" Seorang pria bertopeng duduk bertopang dagu menatap sang pemilik manor."Hanya insiden kecil saja." Zhao Lu Yang menyahut dengan santai seraya tersenyum tipis."Begitukah? Aku dengar Lady Jing terluka parah dan tidak terselamatkan." Pria bertopeng itu mengibaskan jubahnya kemudian duduk di kursi dengan santai. Dia meregangkan kedua tangannya seakan-akan ingin melepaskan penat yang melanda tubuhnya."Itu di luar rencanaku. Aku hanya memberi kesempatan pada Zhang Jiawu untuk beraksi di wisma. Tak aku sangka dia sangat tertarik dengan Haiye Qilin dan pemuda itu." Zhao Lu Yang kembali tersenyum.Perlahan dia berbalik dan berjalan menuju jendela yang terbuka. Menatap bulan purnama yang nampak jelas dari tempatnya ber
Read more

Menara Wisma Lonceng Naga

"Manusia memang tidak pernah puas!" Pria bertopeng itu bergumam seorang diri.Dia berdiri di atap sebuah bangunan tua sembari menikmati kesunyian dan keindahan malam bulan purnama seorang diri. Dilepaskannya topeng yang menutupi wajahnya."Topeng ini sungguh menyiksaku," gumamnya seraya menatap topeng yang terbuat dari giok hitam itu dengan sendu.Kemudian dia duduk bersandar pada cerobong asap yang sudah tinggal separuh saja. Bangunan tua ini sudah lama tak berpenghuni dan dibiarkan begitu saja. Hanya dirinya yang kerap duduk termenung di atapnya saat malam hari."Zhao Lu Yang, kau sangat berambisi untuk menjadi penguasa tunggal di wilayah ini. Zhang Jiawu yang dipenuhi dendam yang mengerak di dalam hatinya. Sungguh menyenangkan saat bermain-main dengan kalian." Pria itu tersenyum puas."Ah akan lebih menyenangkan jika melibatkan Xie Jing Cuan dan Ao Yu Long. Mereka berempat pasti akan menghiburku dengan kekonyolan mereka," gumamnya lagi seraya menggelengkan kepalanya.Pria itu terdi
Read more

Aku Tidak Memiliki Urusan Ataupun Dendam Denganmu

"Aku tidak tahu siapa dirimu dan untuk apa kau berkunjung ke menara. Satu hal yang pasti aku tidak bisa membiarkanmu masuk ke dalam menara." Kang Li tersenyum tipis dan menegakkan tubuhnya.Pria bertopeng giok hitam itu tertawa mendengar ucapannya. Dia melangkah mendekati Kang Li. Menatap gadis di hadapannya dengan seksama."Sesuai dengan rumor yang beredar. Ketua Kang Li adalah seorang wanita yang sangat cantik." Pria bertopeng itu memujinya."Aku tidak peduli dengan ucapanmu. Aku hanya ingin mengatakan padamu, pergilah! Aku tidak ingin bertarung denganmu!" Kang Li menyahut dengan santai pujian sang pria bertopeng itu.Kang Li melangkah perlahan hingga berjarak cukup dekat dengan pria itu. Ditatapnya pria bertopeng di hadapannya dengan seksama. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan pria itu."Sayangnya aku tidak ingin pergi dari tempat ini. Aku ingin bertemu dengan Tuan Muda Xie, Xie Jing Cuan." Pria bertopeng itu berbisik pelan namun sangat jelas."Tentu saja itu bisa terjadi jika
Read more
PREV
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status