Home / Thriller / SANG PEWARIS PERKASA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of SANG PEWARIS PERKASA: Chapter 31 - Chapter 40

71 Chapters

Chapter 31 - Pahlawan

Dua unit helikopter terbang di atas bukit berbatu. Dari sana, Nacos mengincar ke bawah dengan senapan laser. Di mana para bajingan itu? Kenapa Aaron belum juga kelihatan? Sementara itu di perbukitan, Aaron sedang mengintai dari balik batu-batu besar. Sambil memegang senapan, ia mulai bersiaga dari serangan musuh. ["Marques mengirim Jack dan lima unit khusus untuk mencari Anda. Nacos juga ikut bersama mereka. Berhati-hatilah!"] Suara dari earphone di telinga mulai terdengar. Aaron hanya menyimak sambil memegang senapan di tangan. Ekor matanya melirik ke arah semak-semak di seberangnya. Dua orang Sniper mengacungkan ibu jari menanggapi. Mereka hanya tiga orang, tetapi Jack datang bersama dua unit khusus dan juga si pembantai Nacos! Ini tidak begitu buruk mengingat pertempuran terakhir yang melibatkan Jeremy. Bahkan sampai saat ini sang asisten masih belum siuman. Mengingat nasib Jeremy, Aaron melirik ke arah dua orang Sniper. Sepertinya mereka bisa diandalkan. Namun, m
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Chapter 32 - Menolong Nacos

Mansion Tuan Fortman pukul delapan malam. Terdengar gelak tawa seorang pria yang amat cetar dari arah ruang pertemuan. Sementara dua orang bodyguard tampak sedang derdiri di depan pintu ruangan tersebut."Jadi, kau berhasil menghabisi Aaron?""Benar, Tuan!""Hahaha! Jadi, di mana mayat bajingan itu? Kenapa kau tidak menyeretnya padaku?"Tawa Jack dan dua orang anak buahnya dihentikan seketika saat tangan Marques menyambar rahangnya dengan sekali tangkap. Pria itu sedang menatap dengan amat tajam."Di mana Aaron dan Nacos?"Marques kembali bertanya. Matanya yang bulat mengincar wajah ketakutan Jack. Ia mencengkeram rahang pria itu semakin kuat.Aaron sudah tewas. Begitu kabar yang disampaikan oleh Jack padanya. Jelas saja Marques tidak mudah percaya. Bahkan mereka tidak membawa buktinya. Juga Nacos yang ikutan hilang."Kau mau coba-coba menipuku, hah?! Dasar kutu busuk!"Brak!Meja kaca di ruangan itu pecah berserakan setelah diterjang oleh Jack. Sial! Marques sangat marah sampai melem
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Chapter 33 - Pengepungan Di Villa

Matahari mulai terbit dari ufuk timur. Sinar jingganya menerobos dahan-dahan maple di sekitar hutan. Mobil-mobil hitam melaju denga kecepatan tinggi menyusuri jalan di kaki gunung.Di dalam super car warna biru metalik yang berada di barisan paling depan, Marques tampak duduk dengan santai.Hutan pinus masih diselimuti oleh kabut tebal. Laut terlihat tenang di pagi hari. Juga kapal-kapal nelayan yang sudah bersiap untuk berlayar.Semua pemandangan itu dilihatnya dari kaca mobil. Bibirnya menyeringai tipis tanpa sebab. Bukankah Aaron masih belum ada kabar? Bisa saja Nacos sudah menjalankan tugasnya dengan baik kali ini. Maka sudah sepatutnya dia memberi kejutan pada Aaron. Kejutan yang akan membuatnya Dejavu ke masa lalu.Mobil-mobil itu terus melaju melintasi jalan di sekitar laut dan gunung. Tebing-tebing putih tampak berkilau diterpa sinar jingga yang tak sabaran menuju langit.Sementara itu di gua. Aaron tampak sedang bersiap-siap. Pagi ini juga ia harus ke kota untuk mengejutkan
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Chapter 34 - Kekuatan Super

Dua unit helikopter terbang di atas langit. Sementara di jalan sepanjang perbukitan tampak mobil off-road putih yang sedang melaju dengan kecpatan tinggi."Target terlihat di kaki gunung. Cepat amankan!"Seorang pria berpakaian seperti tentara sedang menghubungi seseorang lewat monitor di tangan. Kacamata hitam dan topi dengan warna senada menyamarkan wajahnya.Mereka ada empat orang. Semuanya berasal dari Tim Satuan Khusus yang ditugaskan oleh Marquez untuk mencari Aaron dan Nacos. Senapan laser di tangan siap membidik target dengan kecepatan kurang lebih 300-500 m/s. Mata mereka mengincar mobil putih yang sedang melaju di sepanjang jalan perbukitan."No! Bukankah itu Tuan Nacos?"Mereka saling pandang saat Ketua Tim mengatakan hal yang juga ingin mereka tanyakan. Kenapa Nacos bersama Aaron? Bahkan pria itu tidak seperti sedang bermusuhan dengan target."Kita tak bisa tembak sekarang. Bisa fatal jika Tuan Marquez mengetahui hal ini. Baiknya melapor ke Markas lebih dulu."Pria itu me
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Chapter 35 - Musuh Besar

Pusat Kejiwaan San Alexandria.Marisa baru saja mencetak tanda tangan di depan dewan kedokteran pihak rumah sakit. Menurut hasil tes yang dilakukan secara berkala, kondisi mentalnya mulai pulih.Oleh karena itu, Marisa dinyatakan sudah sehat dan dibolehkan untuk meninggalkan rumah sakit. Dokter Toni dan dua orang rekannya saling pandang saat melihat langkah wanita itu menuju mobil."Kurasa dia masih gila. Kenapa para dewan kedokteran membiarkan dia pulang?" Dokter Toni berkata dengan tatapan sebal pada Marisa. Satu orang rekannya segera mengangguk, "Kau benar! Wanita itu bukan hanya gila tapi juga sakit mental dan psikopat!""Dia juga agak mesum!"Dokter Toni dan rekannya menoleh ke arah satu orang yang baru saja ikut berkomentar tentang kondisi kejiwaan Marisa.Pria itu bernama Edoardo Lucas. Dia bekerja di Pusat Kejiwaan sebagian petugas kebersihan. Lantas, apa dia punya hak untuk ikut nimbrung obrolan para dokter? Jelas mereka jadi heran.Edoardo tersenyum garing menanggapi wajah
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Chapter 36 - Malam Panas

Mansion Keluarga Fortman pukul sepuluh malam.Berita penangkapan Marquez sudah gencar di seluruh kota. Hal itu sampai ke telinga Marisa. Dia baru saja kembali dari Pusat Kejiwaan, dan kabar penangkapan sang putra nyaris membuatnya gila.Prang!"Aku tak mau dengar apa-apa lagi! Cepat cari Nacos lalu seret dia ke hadapanku!"Setelah melempar gelas anggur dalam genggaman, Marisa mengamuk dengan mencekik dua orang pelayan. Para bodyguard amat ketakutan melihatnya. Mereka segera menghubungi Dokter Toni."Tenanglah, Nyonya! Anda tidak perlu cemas! Tim Satuan Khusus ada di pihak Anda. Kurang dari dua jam mereka akan segera menyeret Nacos ke sini. Percayalah!"Dokter Toni yang pandai menjilat segera mencari simpatik Marisa. Setelah memberinya suntikan penenang, ia segera menghubungi seseorang lewat panggilan ponselnya."Cepat amankan Edoardo! Jangan sampai Tuan Muda Fortman dan antek-anteknya tahu tentang kesaksiannya!"["Baik, Tuan!"]Setelah panggilan terputus, Dokter Toni mengangguk puas
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Chapter 37 - Marquez Di Adili

Burung malam sudah bersuara menandakan malam yang nyaris habis. Lekuk tubuh yang indah tanpa sehelai benang berada dalam dekapan kedua tangan yang kekar dengan gambar tato di setiap jarinya. Tato itu berupa huruf Romawi dipadukan adzab Rusia. Entah apa artinya. Sambil bergelung dalam selimut putih yang membalut tubuh mereka berdua, mata Miranda mengamati jari-jemari Aaron. "Apa yang kau pandangi?" Ia sedikit dibuat terkejut saat tiba-tiba saja suara bass itu terdengar. Sedikit serak dan cederung sarat dengan intonasi yang pelan dan berat. "Kau belum tidur?" Aaron menyunggingkan senyum manis di wajah yang bagai pahatan ahli seni profesional itu. Ia membuat wanita dalam pelukannya takjub sampai tak bersuara lagi. "Aku tidak bisa tertidur dan membiarkan dirimu tetap terjaga," ucapnya setelah mengusap dan mengecup pada pucuk kepala Miranda. Kembali ia menyematkan senyum manis di bibirnya yang tipis dan padat. Miranda menanggapi dengan senyuman dan nafas yang dibuang berat. "
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Chapter 38 - Keputusan Pengadilan

Angin bertiup kencang dari arah laut. Dahan-dahan pohon maple bergoyang karena terapannya. Menjadikan daun-daun kemerahan yang berguguran dan jatuh ke tanah.Jarum jam besar yang terpampang di atas gedung kejaksaan menunjuk ke angka sepuluh pagi.Persidangan kasus berat yang melibatkan Marquez de Fortman pun sedang berlangsung.Di tengah ruangan sidang tampak Marquez yang duduk di kursi pesakitan. Sedang deretan meja dan kursi di sekelilingnya diduduki oleh para jaksa penuntut dan pengacara.Orang-orang yang ingin menyaksikan jalannya sidang sudah duduk tertib pada kursi yang sudah dipersiapkan. Wajah mereka tampak penasaran dan tak sabaran menunggu keputusan sidang.Marisa, wanita itu duduk di kursi depan bersama puluhan hadirin lainnya. Kedua tangannya diletakkan pada tas branded yang berada di pangkuan. Wajahnya yang memakai make up tebal tampak tenang-tenang saja.Sesekali ia melirik ke arah pria tampan berpakaian stelan jas hitam yang duduk di seberangnya. Aaron de Fortman, laki
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Chapter 39 - Para Penipu

Teluk Alexandria tampak tenang menjelang petang. Burung-burung camar terbang rendah di antara nyiur yang melambai-lambai.Sinar jingga di ufuk barat nyaris menghilang saat mobil-mobil mewah melaju dengan kecepatan standar memasuki mansion Keluarga Fortman."Tuan Muda sudah kembali. Mungkin Anda akan segera diminta untuk meninggalkan mansion ini."Marisa yang sedang berdiri di tepi teras balkon kamar dibuat terkejut saat seorang asisten menemuinya. Dia diminta berkemas dan segera meninggalkan rumah mewah ini?Batang rokok yang terjepit di antara kedua jarinya masih cukup panjang dan mengepulkan asap tipis. Dia tak sudi jika harus diusir dari rumah ini."Katakan pada mereka jika aku tak mau pergi.""Tapi kau harus pergi sekarang juga!"Deg!Suara bass itu membuat nafasnya tercekat di tenggorokan. Marisa yang sedang merokok jadi terbatuk-batuk. Dengan tidak yakin ia segera memutar tubuhnya guna menemukan wajah pria yang bicara.Aaron?Sepasang matanya terbelalak lebar saat melihat sosok
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Chapter 40 - Salah Tangkap

Mansion Keluarga Fortman malam hari.Suara monitor Electrokardiogram (EKG) menyambut indera pendengaran saat langkah sepasang tunggkai jenjang yang dipasangi heels warna merah memasuki sebuah kamar.Tuan Besar Fortman, pria itu masih terbaring di tengah ranjang pasien. Sudah nyaris sepuluh tahun ia koma. Tepatnya saat Pusat Kejiwaan menyatakan jika putranya-Aaron de Fortman-tidak waras.Semangat untuk kembali pulih tentu masih ada. Namun, Marisa yang licik sengaja menghambat semua itu. Dengan terbaring koma seperti ini, dia akan lebih mudah mengendalikan Tuan Fortman dan semua aset kekayaannya.Suara ketukan ujung hak heels menyentuh lantai marmer di ruangan memecah kesunyian dan mendominasi suara monitor yang merekam aktivitas jantung pasien di kamar itu.Marisa menaikan sudut bibirnya melihat kondisi Tuan Fortman yang tak berdaya. Pria itu hanya bertahan dengan beragam alat medis."Kau mungkin akan mati jika mendengar kabar yang akan aku sampaikan padamu, Sayang."Wanita itu bicara
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
PREV
1234568
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status