Home / Thriller / SANG PEWARIS PERKASA / Chapter 31 - Pahlawan

Share

Chapter 31 - Pahlawan

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2024-12-28 15:33:04
Dua unit helikopter terbang di atas bukit berbatu. Dari sana, Nacos mengincar ke bawah dengan senapan laser.

Di mana para bajingan itu?

Kenapa Aaron belum juga kelihatan?

Sementara itu di perbukitan, Aaron sedang mengintai dari balik batu-batu besar. Sambil memegang senapan, ia mulai bersiaga dari serangan musuh.

["Marques mengirim Jack dan lima unit khusus untuk mencari Anda. Nacos juga ikut bersama mereka. Berhati-hatilah!"]

Suara dari earphone di telinga mulai terdengar. Aaron hanya menyimak sambil memegang senapan di tangan.

Ekor matanya melirik ke arah semak-semak di seberangnya. Dua orang Sniper mengacungkan ibu jari menanggapi.

Mereka hanya tiga orang, tetapi Jack datang bersama dua unit khusus dan juga si pembantai Nacos!

Ini tidak begitu buruk mengingat pertempuran terakhir yang melibatkan Jeremy. Bahkan sampai saat ini sang asisten masih belum siuman.

Mengingat nasib Jeremy, Aaron melirik ke arah dua orang Sniper. Sepertinya mereka bisa diandalkan. Namun, m
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 32 - Menolong Nacos

    Mansion Tuan Fortman pukul delapan malam. Terdengar gelak tawa seorang pria yang amat cetar dari arah ruang pertemuan. Sementara dua orang bodyguard tampak sedang derdiri di depan pintu ruangan tersebut."Jadi, kau berhasil menghabisi Aaron?""Benar, Tuan!""Hahaha! Jadi, di mana mayat bajingan itu? Kenapa kau tidak menyeretnya padaku?"Tawa Jack dan dua orang anak buahnya dihentikan seketika saat tangan Marques menyambar rahangnya dengan sekali tangkap. Pria itu sedang menatap dengan amat tajam."Di mana Aaron dan Nacos?"Marques kembali bertanya. Matanya yang bulat mengincar wajah ketakutan Jack. Ia mencengkeram rahang pria itu semakin kuat.Aaron sudah tewas. Begitu kabar yang disampaikan oleh Jack padanya. Jelas saja Marques tidak mudah percaya. Bahkan mereka tidak membawa buktinya. Juga Nacos yang ikutan hilang."Kau mau coba-coba menipuku, hah?! Dasar kutu busuk!"Brak!Meja kaca di ruangan itu pecah berserakan setelah diterjang oleh Jack. Sial! Marques sangat marah sampai melem

    Last Updated : 2024-12-29
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 33 - Pengepungan Di Villa

    Matahari mulai terbit dari ufuk timur. Sinar jingganya menerobos dahan-dahan maple di sekitar hutan. Mobil-mobil hitam melaju denga kecepatan tinggi menyusuri jalan di kaki gunung.Di dalam super car warna biru metalik yang berada di barisan paling depan, Marques tampak duduk dengan santai.Hutan pinus masih diselimuti oleh kabut tebal. Laut terlihat tenang di pagi hari. Juga kapal-kapal nelayan yang sudah bersiap untuk berlayar.Semua pemandangan itu dilihatnya dari kaca mobil. Bibirnya menyeringai tipis tanpa sebab. Bukankah Aaron masih belum ada kabar? Bisa saja Nacos sudah menjalankan tugasnya dengan baik kali ini. Maka sudah sepatutnya dia memberi kejutan pada Aaron. Kejutan yang akan membuatnya Dejavu ke masa lalu.Mobil-mobil itu terus melaju melintasi jalan di sekitar laut dan gunung. Tebing-tebing putih tampak berkilau diterpa sinar jingga yang tak sabaran menuju langit.Sementara itu di gua. Aaron tampak sedang bersiap-siap. Pagi ini juga ia harus ke kota untuk mengejutkan

    Last Updated : 2025-01-02
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 34 - Kekuatan Super

    Dua unit helikopter terbang di atas langit. Sementara di jalan sepanjang perbukitan tampak mobil off-road putih yang sedang melaju dengan kecpatan tinggi."Target terlihat di kaki gunung. Cepat amankan!"Seorang pria berpakaian seperti tentara sedang menghubungi seseorang lewat monitor di tangan. Kacamata hitam dan topi dengan warna senada menyamarkan wajahnya.Mereka ada empat orang. Semuanya berasal dari Tim Satuan Khusus yang ditugaskan oleh Marquez untuk mencari Aaron dan Nacos. Senapan laser di tangan siap membidik target dengan kecepatan kurang lebih 300-500 m/s. Mata mereka mengincar mobil putih yang sedang melaju di sepanjang jalan perbukitan."No! Bukankah itu Tuan Nacos?"Mereka saling pandang saat Ketua Tim mengatakan hal yang juga ingin mereka tanyakan. Kenapa Nacos bersama Aaron? Bahkan pria itu tidak seperti sedang bermusuhan dengan target."Kita tak bisa tembak sekarang. Bisa fatal jika Tuan Marquez mengetahui hal ini. Baiknya melapor ke Markas lebih dulu."Pria itu me

    Last Updated : 2025-01-03
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 35 - Musuh Besar

    Pusat Kejiwaan San Alexandria.Marisa baru saja mencetak tanda tangan di depan dewan kedokteran pihak rumah sakit. Menurut hasil tes yang dilakukan secara berkala, kondisi mentalnya mulai pulih.Oleh karena itu, Marisa dinyatakan sudah sehat dan dibolehkan untuk meninggalkan rumah sakit. Dokter Toni dan dua orang rekannya saling pandang saat melihat langkah wanita itu menuju mobil."Kurasa dia masih gila. Kenapa para dewan kedokteran membiarkan dia pulang?" Dokter Toni berkata dengan tatapan sebal pada Marisa. Satu orang rekannya segera mengangguk, "Kau benar! Wanita itu bukan hanya gila tapi juga sakit mental dan psikopat!""Dia juga agak mesum!"Dokter Toni dan rekannya menoleh ke arah satu orang yang baru saja ikut berkomentar tentang kondisi kejiwaan Marisa.Pria itu bernama Edoardo Lucas. Dia bekerja di Pusat Kejiwaan sebagian petugas kebersihan. Lantas, apa dia punya hak untuk ikut nimbrung obrolan para dokter? Jelas mereka jadi heran.Edoardo tersenyum garing menanggapi wajah

    Last Updated : 2025-01-03
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 36 - Malam Panas

    Mansion Keluarga Fortman pukul sepuluh malam.Berita penangkapan Marquez sudah gencar di seluruh kota. Hal itu sampai ke telinga Marisa. Dia baru saja kembali dari Pusat Kejiwaan, dan kabar penangkapan sang putra nyaris membuatnya gila.Prang!"Aku tak mau dengar apa-apa lagi! Cepat cari Nacos lalu seret dia ke hadapanku!"Setelah melempar gelas anggur dalam genggaman, Marisa mengamuk dengan mencekik dua orang pelayan. Para bodyguard amat ketakutan melihatnya. Mereka segera menghubungi Dokter Toni."Tenanglah, Nyonya! Anda tidak perlu cemas! Tim Satuan Khusus ada di pihak Anda. Kurang dari dua jam mereka akan segera menyeret Nacos ke sini. Percayalah!"Dokter Toni yang pandai menjilat segera mencari simpatik Marisa. Setelah memberinya suntikan penenang, ia segera menghubungi seseorang lewat panggilan ponselnya."Cepat amankan Edoardo! Jangan sampai Tuan Muda Fortman dan antek-anteknya tahu tentang kesaksiannya!"["Baik, Tuan!"]Setelah panggilan terputus, Dokter Toni mengangguk puas

    Last Updated : 2025-01-04
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 37 - Marquez Di Adili

    Burung malam sudah bersuara menandakan malam yang nyaris habis. Lekuk tubuh yang indah tanpa sehelai benang berada dalam dekapan kedua tangan yang kekar dengan gambar tato di setiap jarinya. Tato itu berupa huruf Romawi dipadukan adzab Rusia. Entah apa artinya. Sambil bergelung dalam selimut putih yang membalut tubuh mereka berdua, mata Miranda mengamati jari-jemari Aaron. "Apa yang kau pandangi?" Ia sedikit dibuat terkejut saat tiba-tiba saja suara bass itu terdengar. Sedikit serak dan cederung sarat dengan intonasi yang pelan dan berat. "Kau belum tidur?" Aaron menyunggingkan senyum manis di wajah yang bagai pahatan ahli seni profesional itu. Ia membuat wanita dalam pelukannya takjub sampai tak bersuara lagi. "Aku tidak bisa tertidur dan membiarkan dirimu tetap terjaga," ucapnya setelah mengusap dan mengecup pada pucuk kepala Miranda. Kembali ia menyematkan senyum manis di bibirnya yang tipis dan padat. Miranda menanggapi dengan senyuman dan nafas yang dibuang berat. "

    Last Updated : 2025-01-04
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 38 - Keputusan Pengadilan

    Angin bertiup kencang dari arah laut. Dahan-dahan pohon maple bergoyang karena terapannya. Menjadikan daun-daun kemerahan yang berguguran dan jatuh ke tanah.Jarum jam besar yang terpampang di atas gedung kejaksaan menunjuk ke angka sepuluh pagi.Persidangan kasus berat yang melibatkan Marquez de Fortman pun sedang berlangsung.Di tengah ruangan sidang tampak Marquez yang duduk di kursi pesakitan. Sedang deretan meja dan kursi di sekelilingnya diduduki oleh para jaksa penuntut dan pengacara.Orang-orang yang ingin menyaksikan jalannya sidang sudah duduk tertib pada kursi yang sudah dipersiapkan. Wajah mereka tampak penasaran dan tak sabaran menunggu keputusan sidang.Marisa, wanita itu duduk di kursi depan bersama puluhan hadirin lainnya. Kedua tangannya diletakkan pada tas branded yang berada di pangkuan. Wajahnya yang memakai make up tebal tampak tenang-tenang saja.Sesekali ia melirik ke arah pria tampan berpakaian stelan jas hitam yang duduk di seberangnya. Aaron de Fortman, laki

    Last Updated : 2025-01-06
  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 39 - Para Penipu

    Teluk Alexandria tampak tenang menjelang petang. Burung-burung camar terbang rendah di antara nyiur yang melambai-lambai.Sinar jingga di ufuk barat nyaris menghilang saat mobil-mobil mewah melaju dengan kecepatan standar memasuki mansion Keluarga Fortman."Tuan Muda sudah kembali. Mungkin Anda akan segera diminta untuk meninggalkan mansion ini."Marisa yang sedang berdiri di tepi teras balkon kamar dibuat terkejut saat seorang asisten menemuinya. Dia diminta berkemas dan segera meninggalkan rumah mewah ini?Batang rokok yang terjepit di antara kedua jarinya masih cukup panjang dan mengepulkan asap tipis. Dia tak sudi jika harus diusir dari rumah ini."Katakan pada mereka jika aku tak mau pergi.""Tapi kau harus pergi sekarang juga!"Deg!Suara bass itu membuat nafasnya tercekat di tenggorokan. Marisa yang sedang merokok jadi terbatuk-batuk. Dengan tidak yakin ia segera memutar tubuhnya guna menemukan wajah pria yang bicara.Aaron?Sepasang matanya terbelalak lebar saat melihat sosok

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 71 - Tangan Kotor Para Iblis

    Angin bertiup cukup kencang petang itu. Dahan-dahan maple bergesekan halus karena embusan angin. Satu per satu daun-daunnya berjatuhan ke tanah berbatu.Kelab malam di pusat kota tampak ramai sore itu. Eve terlihat berdiri di depan seorang wanita paruh baya yang berpenampilan glamour.Madan Julie, wanita berusia 50 tahun itu pemilik tunggal kelab di mana Eve bekerja setiap harinya. Bukan hanya sebuah kelab biasa yang menyajikan minuman, wanita dan musik. Akan tetapi, Kelab Madam Julie juga menyediakan pria bayaran yang disiapkan untuk para wanita kesepian.Sudah dua tahun Eve bekerja di tempat kotor itu. Tadinya dia hanya bekerja sebagai bartender. Namun suatu hari ia mendatangi Madam Julie untuk meminjam uang.Saat itu kondisi Eli sedang kritis di rumah sakit. Adik perempuannya akan menjalani proses operasi, tapi dia tidak punya cukup uang yang diminta oleh pihak rumah sakit.'Kau datang ke orang yang tepat. Aku bisa berikan sejumlah uang yang kau butuhkan, tapi ...'Wanita itu berk

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 70 - Bom Waktu

    Rumah kecil di bawah kolong jembatan menjelang sore. Suara pecahan kaca memecah keheningan. Miranda yang sedang termenung dibuat tersentak. Segera ia melirik ke arah belakang.Apa yang terjadi di dalam rumah?Apa Eli sudah bangun?Tak ada jawaban untuk pertanyaan di benaknya itu. Hanya tirai dengan motif bunga daisy yang melambai karena embusan angin, itu yang dia lihat."Di mana kakakmu?!"Plaak!Brug!Prang!Astaga, apa yang terjadi?Kenapa ribut-ribut begitu?Miranda segera beranjak dari bangku kayu yang ia duduki. Dengan langkah yang cepat ia menerobos tirai motif daisy. Hatinya mencemaskan Eli. Dan saat langkahnya tiba di dalam rumah, Miranda terbelalak dengan apa yang dilihatnya. Tiga orang laki-laki dengan tampang preman sedang mengintimidasi Eli."Di mana kakakmu atau aku akan menculikmu lalu aku jual ke seorang muncikari?!"Laki-laki bertubuh kekar dengan gambar tato ular naga di lengan kiri sedang menjambak rambut Eli. Dia menodong wajah gadis cilik itu dengan ujung revolv

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 69 - Obsesi Marquez

    Mansion Keluarga Fortman menjelang siang. Para penjaga tampak berdiri di sepanjang teras menuju pelataran. Dua mobil dinas baru saja menepi. Dengan sigap mereka segera maju dan menyambut seorang pria yang baru saja keluar dar mobil.Marquez de Fortman, sambil menghembuskan asap cerutunya ia menatap bangunan megah di depannya saat ini. Tak ada yang berubah dari bangunan tiga lantai dengan cat dindingnya yang putih itu.Semuanya masih tampak sama seperti dua puluh tahun yang lalu, saat Marisa membawanya ke rumah ini. Persis seperti saat ini ia lakukan, dia berdiri di pelataran sambil memandangi ibunya berciuman dengan seorang pria.Itu kali pertama ia melihat Tuan Fortman.Anthony de Fortman, dia bukan hanya seorang pebisnis tapi juga pohon uang dan peti-peti harta karun yang selama ini dia cari. Begitu kata ibunya.'Mulai saat ini, kita akan tinggal di rumah ini.'Marisa berbisik seiring lirih angin yang bertiup sore itu. Bersamaan dengan gugurnya daun-daun maple, ia melihat seorang a

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 68 - Memori Bunga Daisy

    Sore hari yang cerah. Sinar jingga dari ufuk timur tampak begitu memukau. Cahayanya menerpa ladang bunga daisy yang terhampar luas di sekitar pegunungan Salvador."Kau tahu, Dave. Aku selalu ingin bertemu denganmu. Aku selalu menunggu saat seperti ini. Kau mungkin tidak bisa mengira seperti apa perasaan bahagia yang aku rasakan saat ini."Dave melirik ke arah gadis cantik di sampingnya. Dia dan Laura sedang berjalan-jalan di sekitar pegunungan. Mendengar semua perkataan Laura, dia merasa sedikit tak nyaman.Laura tersenyum manis menanggapi tatapan Dave. Apa yang dirinya katakan memang benar. Dia sangat senang bisa bertemu lagi dengan teman kecil sekaligus cinta pertamanya itu."Laura, aku tidak bisa mengingat apa pun saat ini. Andaikan aku bisa mengingat semuanya, mungkin rasanya akan sangat bahagia seperti mu."Dave bicara dengan suara yang lembut dan manik mata yang dipalingkan dari tatapan Laura. Ladang bunga daisy yang sedang berkembang. Mereka saling bersentuhan saat angin menerp

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 67 - Cerita Eve

    "Jadi, kau bekerja sebagai pria bayaran?"Miranda geleng-geleng sambil tersenyum remeh. Dia dan Eve sedang berada di suatu kafe yang cukup jauh dari area pemakaman.Miranda yang mengajak Eve meninggalkan lokasi terjadinya kebakaran mobil. Kemunculan beberapa mobil polisi membuatnya sangat panik. Dia tak mau sampai mereka melihatnya.Eve tampak kesal melihat sikap Miranda menilainya. Dia memang bekerja sebagai gigolo, tapi dia bukan laki-laki murahan seperti yang wanita itu pikirkan."Aku butuh uang untuk pengobatan adikku."Senyuman di wajah itu memudar kala mendengar ucapan Eve. Miranda mengangkat kedua matanya menatap wajah pria di depannya. Eve memasang wajah jengah. Ia lantas melanjutkan, "Adikku baru berusia delapan tahun. Dia mengidap kanker otak.""Apa?" Miranda sangat terkejut. Eve hanya menagguk pelan menanggapi."Hm, maafkan aku." Miranda berkata lagi. Ia merasa tak enak hati pada Eve.Pria itu tersenyum tipis. "Maaf untuk apa? Orang sepertiku sudah terbiasa direndahkan."

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 66 - Kemelut Amnesia

    "Jadi, kau bekerja sebagai pria bayaran?"Miranda geleng-geleng sambil tersenyum remeh. Dia dan Eve sedang berada di suatu kafe yang cukup jauh dari area pemakaman.Miranda yang mengajak Eve meninggalkan lokasi terjadinya kebakaran mobil. Kemunculan beberapa mobil polisi membuatnya sangat panik. Dia tak mau sampai mereka melihatnya.Eve tampak kesal melihat sikap Miranda menilainya. Dia memang bekerja sebagai gigolo, tapi dia bukan laki-laki murahan seperti yang wanita itu pikirkan."Aku butuh uang untuk pengobatan adikku."Senyuman di wajah itu memudar kala mendengar ucapan Eve. Miranda mengangkat kedua matanya menatap wajah pria di depannya. Eve memasang wajah jengah. Ia lantas melanjutkan, "Adikku baru berusia delapan tahun. Dia mengidap kanker otak.""Apa?" Miranda sangat terkejut. Eve hanya menagguk pelan menanggapi."Hm, maafkan aku." Miranda berkata lagi. Ia merasa tak enak hati pada Eve.Pria itu tersenyum tipis. "Maaf untuk apa? Orang sepertiku sudah terbiasa direndahkan."

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 65 - Mencari Miranda

    "Tuan Foster memiliki aset kekayaan sekitar 780 Triliun dolar. Diantaranya tiga pulau di Provinsi Salvador dan sepuluh rumah sakit di San Alexandria Baru. Selebihnya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang properti dan Farmasi. Juga beberapa bungalow di Swedia Baru."Marisa dan Marquez saling pandang mendengar penuturan Louis tentang kekayaan Tuan Foster. Gila! Harta sebanyak itu, entah bagaimana cara mengelolanya.Melihat tampang dua orang di depannya itu, Louis tersenyum tipis lalu melanjutkan, "Setelah Tuan Foster tiada, mungkin semua aset kekayaannya akan disumbangkan ke panti-panti sosial karena tak ada yang mengelola.""Apa?"Marisa dan Marquez terkejut bersamaan mendengar ucapan Louis. Warisan sebanyak itu mau disumbangkan? Enak saja!"Hei, bukankah Tuan Foster masih punya seorang pawaris?" Marisa segera mengajukan pertanyaan yang memang sudah bersarang di benaknya dan juga Marquez. Dia tak sabaran menunggu tanggapan Louis. Dia harus segera tahu siapa pewaris Tuan Foster.

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 64 - Maut Yang Mengincar

    Eve berusaha memecahkan kaca depan mobil dengan sebuah batu yang cukup besar. Usahanya tak sia-sia. Kaca mobil pecah setelah ia menghantam dengan batu tersebut."Cepat keluar!"Pria itu berteriak sambil mengulurkan tangan pada wanita yang masih terjebak di dalam mobil. Miranda menatapnya dengan sendu. Eve tak peduli. Setelah ia berhasil menggapai lengan wanita itu, dia langsung menarik Miranda keluar dari mobil.Duar!Ledakan besar membuat Eve dan Miranda terpental cukup jauh. Keduanya berguling-guling di rerumputan. "Kau baik-baik saja?" Eve bertanya pada wanita yang berada di bawahnya saat ini. Matanya mengincar wajah cantik yang juga sedang menatapnya. Ini pertemuan mereka kedua kalinya. Eve terpana akan kecantikan Miranda."Menyingkirlah!"Perkataan Miranda sungguh di luar perkiraan. Dengan kasar wanita itu menepis Eve darinya. Miranda bergegas bangkit dan segera melihat ke arah semak-semak di mana mobil Luca berada.Oh, tidak!Off-road putih itu sudah dilahap oleh api. Mirand

  • SANG PEWARIS PERKASA   Chapter 63 - Identitas Aaron

    Salvador Timur. Kediaman Tuan Anthony Hernandez pagi hari."Tuan Muda sudah siuman!"Casandra yang sedang berbincang dengan seorang dokter sangat terkejut saat Andreas menyampaikan kabar itu. Ia segera menoleh ke arah ranjang luas di mana putranya berbaring."Dave!"Langkah kecil itu segera terayun menuju laki-laki yang sedang dikelilingi oleh para asisten. Casandra tersenyum senang melihat Dave sudah sadarkan diri.Tadi pagi-pagi sekali Andreas menemukan Dave yang tergolek tak sadarkan diri di kamarnya. Dia pingsan. Casandra yang terkejut sampai menjatuhkan cangkir teh yang sedang ia pegang, lantas lengsung berlari ke kamar Dave."Syukurlah kau sudah sadar," lirih Casandra. Wanita itu menyeka bulir bening yang terjun di kedua pipinya.Dave menatap semua orang dengan wajah kebingungan. "Apa yang terjadi?""Anda pingsan. Dokter mengatakan, Anda mengalami dehidrasi," jawab Andreas mendahului Casandra.Dave masih tampak lingllung. "Dehidrasi?"Casandra mengangguk sambil tersenyum. "Janga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status