Home / Pernikahan / Kakak Iparku Mencintaiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kakak Iparku Mencintaiku: Chapter 41 - Chapter 50

108 Chapters

Bab 41 - Home

Dicoret dari daftar ahli waris adalah hal yang paling mengerikan dalam hidup Ernest. Dia menundukkan kepala sambil menahan geram yang menggelegak di dalam hatinya. Selama ini dia tidak pernah tahu bekerja dalam arti yang sesungguhnya. Bekerja adalah melakukan sesuatu dengan tujuan mendapatkan hasil yang bisa dinikmati oleh dirinya sendiri. Hal seperti itu benar - benar tidak pernah ada di dalam kamus hidupnya. Baginya bekerja hanyalah predikat."Ernest?" panggil Bernard penuh penekanan. "Apa kamu mendengarkan aku?""Iya, Papa," jawab Ernest pelan. Lagi - lagi tidak ada kata maaf terucap karena telah mengecewakan orang tua.Beberapa saat ketiga orang itu hening tanpa suara, meredakan emosi di hati masing - masing."Sebaiknya kita lupakan masalah Gloria dan fokus pada cara mengeluarkanku dari sini, Papa. Abaikan saja Gloria. Dia hanya mengancam tapi tak akan berani bertindak apa pun."Bernard membelalakkan matanya tak habis pikir dengan kelakuan Ernest."Selama ini kamu adalah putera kes
Read more

Bab 42 - Aku Tidak Cemburu

Harvey mulai memeriksa pesan yang dikirimkan lewat email oleh sekretarisnya. Laporan perusahaan mencatat perkembangan yang baik. Aliran keuangan yang berjalan lancar, tagihan investor terselesaikan dengan baik, target pesanan juga sudah tercapai melampaui yang diharapkan. Lega dengan laporan yang ada, Harvey mengirim pesan kepada sekretarisnya untuk memajukan jadwal pekerjaan ke minggu ini. Dengan begini, minggu depan dia bisa mengajak Lillian berlibur dengan tenang.Harvey melirik jam tangan. Lillian belum juga turun. Sembari menunggu Lillian bangun, Harvey duduk di sofa depan ruang TV dan mulai berselancar di internet mencari - cari tempat wisata yang kira - kira akan disukai oleh Lillian, lalu dia membaca review yang sudah disematkan oleh orang - orang yang sudah pernah mampir kesana.Beberapa saat Harvey larut dalam kegiatannya merencanakan liburan. Mulai dari memesan tempat hingga membuat list tempat yang akan mereka kunjungi sembari berkhayal apa saja yang akan mereka berdua ker
Read more

Bab 43 - Kita Pasangan

Satu minggu ini Harvey mau pun Lillian sangat sibuk dengan pekerjaan mereka sebagai persiapan liburan. Harvey menyelesaikan pekerjaan yang tidak bisa ditangani dari tempat mereka berlibur. Sementara Lillian menyelesaikan desain - desain pesanan orang sesuai target waktu oleh perusahaan tempatnya bekerja. Beberapa pesanan sengaja dikerjakan sebelum jatuh tempo dateline supaya beban tanggung jawabnya berkurang.Hari jumat, Lillian pulang lebih dahulu dari Harvey karena laki - laki itu masih ada satu rapat yang tidak bisa ditunda. Niat Lillian ingin berkemas supaya besok pagi mereka bisa langsung berangkat. Amara tiba - tiba menelepon dan mengajaknya ngobrol."Sudah siap ke Lausanne?" tanya Amara dari seberang sana."Hm-hm," jawab Lillian sambil mengambil sebuah crackers dari toples dan menjejalkannya ke mulut. Dia mengunyah - ngunyah lalu menelannya, kemudian berkata, "Aku masih packing, bersih - bersih rumah, besok berangkat. Menurutmu apa saja yang perlu aku bawa?" tanya Lillian.Suar
Read more

Bab 44 - Rencana Kejutan

Meski Lillian berkata dia tidak suka kejutan, Harvey tetep pada pendiriannya untuk memberi kejutan pada liburan mereka."Seharusnya kamu sudah biasa sama aku. Kamu sudah mengenalku dari kecil," ujar Harvey sambil mengulum senyum melihat Lillian ternganga. Wanita itu memegang lengannya dengan satu tangan, sementara tangan yang satu bertumpu di atas topi jeraminya supaya tidak terbang ditiup angin.Setelah melihat matahari terbit dan menikmati sarapan di salah satu restaurant di pinggir pantai, akhirnya Harvey mengajak Lillian bergegas menuju kapal.Di ujung dok, tertambat sebuah kapal pesiar berukuran kecil yang hanya cukup mengangkut rombongan kecil. Seorang pemandu berteriak pada mereka, "Selamat Datang! Impianmu datang menghampiri!""Apa kita akan berlayar hanya berdua?!" seru Lillian antara heran dan bahagia. Selama ini dia pikir mereka akan ikut rombongan tour dan beramai - ramai menikmati perjalanan.Harvey hanya tersenyum lebar, lalu menjawab, "Ya, kita akan berlayar selama dua
Read more

Bab 45 - Ciuman Selamat Malam

Kapten Michael membawa mereka ke sebuah teluk supaya mereka bisa memancing sekaligus olah raga kayak. Kru kapal dengan cekatan menyiapkan peralatan bagi mereka."Hah? Aku tidak tahu sama sekali soal Kayaking!" jerit Lillian panik. Dia lebih suka bersantai di kapal menikmati angin sepoi - sepoi, berbincang dengan Harvey, berjemur atau membaca di atas dek kapal.Tapi yang lainnya terlihat antusias dengan perjalanan singkat mereka. "Kalau gitu, kamu lihat kami saja. Atau mau mancing?" usul Harvey memberikan pilihan kegiatan lain untuk Lillian.Henry, seorang pemandu berpengalaman, tersenyum ramah. Penampilannya santai dengan rambut bagian depan yang mulai menipis, suaranya lembut dan mengalun merdu saat berbicara. Cocok sekali untuk menjadi pemandu, seperti sedang mendengarkan dongeng.Akhirnya mereka memutuskan untuk membagi menjadi dua kelompok. Richard dan Harvey akan kayaking, sementara Lillian dan Amara tetap di kapal belajar memancing ikan yang berkeliaran di sekitar teluk."Seumur
Read more

Bab 46 - Kencan Di Bawah Laut

Kalimat pemandu wisata masuk dari telinga kiri, keluar dari telinga kanan. Lillian jelas - jelas duduk dengan tatapan menerawang. Tidak menaruh perhatian pada Henry, kapten Michael atau siapa pun yang ada di sekitarnya.Lillian hanya mengunyah makanan tanpa benar - benar menikmati potongan - potongan masakan yang masuk ke dalam mulutnya. Kepalanya penuh dengan pertanyaan yang berseliweran tiada henti di kepalanya."Ada apa dengan Harvey?""Kenapa laki - laki itu terkesan menolak dirinya?""Apa Harvey sudah tidak suka lagi padanya?""Apa sebenarnya memang Harvey tidak benar - benar jatuh cinta kepadanya?""Harvey hanya kasihan pada nasibnya yang menikah dengan laki - laki yang salah. Dan kebetulan laki - laki itu adiknya sendiri."Sesekali Lillian melirik Harvey yang duduk tak jauh darinya. Ini juga aneh. Tidak biasanya Harvey seperti ini yang lebih memilih duduk di seberang meja dari pada duduk di sampingnya. Tadi mereka hanya saling menyapa 'selamat pagi' saat berpapasan di koridor. T
Read more

Bab 47 - Will You Marry Me?

Lillian masih tidak percaya bisa melihat secara langsung pemandangan indah dibawah laut beserta kehidupan spesies di dalamnya, tapi lebih tidak percaya lagi dengan apa yang dilakukan oleh Harvey saat ini.Tidak pernah terlintas dalam pikiran atau khayalannya kalau Harvey membawa papan bertuliskan 'Will You Marry Me?' ke dalam laut saat mereka sedang menyelam. Ini bukan sekedar kencan romantis, tapi lamaran.Iya. Sebuah lamaran.Pemandu selam yang mendampingi Harvey berenang menghampiri Lillian dengan membawa dua buah papan berukuran sama seperti yang dipegang oleh Harvey. Dia memberikan keduanya kepada Lillian, memberi kode pada wanita itu untuk memilih antara 'Yes' atau 'No'.Kalau sudah begini, apa mungkin Lillian sanggup menolak Harvey? Usahanya untuk menyatakan cinta begitu besar.Tanpa pikir panjang, Lillian mengambil salah satu papan dari tangan pemandu itu. Dengan perasaan terharu, dia mengangkat papan itu dan menunjukkan tulisan yang tertera ke arah Harvey.Sementara itu diata
Read more

Bab 48 - Etis Atau Tidak?

Ternyata Amara tidak bercanda. Mereka semua tahu tentang rencana dibalik liburan Harvey dan Lillian. Dan, pernyataan tentang nikah besok yang dianggap bercanda justru benar - benar kejadian. Pagi hari, saat Lillian membuka pintu, dia menemukan Harvey sudah menunggu di depan pintu kamarnya. Dalam perjalanan ini, Lillian tidur di kamar yang sama dengan Amara. "Apa yang kamu lakukan disini, Har?" sapa Lillian kaget.Hari ini adalah hari terakhir mereka di kapal, Lillian pikir Harvey akan menghabiskan waktu bersama kru kapal seperti kemarin."Hai," sapa Harvey.Bahagia membuatnya terlihat lebih tampan, apalagi didukung dengan penampilannya yang semi formal. Kemeja slim fit hitam dengan dua kancing atas terbuka dipadukan celana selutut warna putih, lalu rambutnya ditata rapi dan janggutnya dicukur rapi. Matanya menatap penampilan Lillian pagi ini."Cantik seperti biasa," pujinya tulus.Lillian tersenyum senang. Dia menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk berdandan dan mengenakan rok te
Read more

Bab 49 - Suami Istri

Seperti yang Harvey bilang, lelaki itu benar - benar sudah mempersiapkan segalanya. Begitu Lillian bertanya apa rencananya, dia langsung menganggap kalau wanita itu setuju menikah dengannya.Harvey langsung meminta Amara dan Richard untuk menjalankan rencana mereka sejak awal. Dalam sekejap mereka sudah berada di hotel dengan berbagai macam persiapan pernikahan.Bagi pasangan yang 'menikah dadakan', persiapan mereka tergolong sempurna. Harvey sudah memesan beberapa model gaun untuk dipilih oleh Lillian. Semuanya bagus dan sesuai selera Lillian. Tak ketinggalan aksesories dan beberapa model heels juga sudah tersedia disana. Hanya dalam semalam, Lillian harus memutuskan apa saja yang ingin dipakainya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tentang dimana dan bagaimana proses pernikahan mereka, Lillian memasrahkan semua pada Harvey. Amara dan Richard juga sangat membantu mereka.Keesokan paginya, setelah selesai sarapan, mereka langsung bergerak menuju ke lokasi pernikahan yang sudah dipesan
Read more

Bab 50 - Pertengkaran Terindah

Amara dan Richard tahu diri. Mereka menyingkir sejenak, memilih liburan di bagian lain kota itu demi memberi kesempatan bulan madu pada pasangan yang baru saja resmi menyandang status suami dan istri.Selama beberapa waktu ke depan, mereka berlibur berdua sekaligus bulan madu di daerah pinggiran Lausanne. Harvey dan Lillian berjalan menuju stasiun sambil bergandengan tangan.Sepanjang liburan di Lausanne mereka sengaja menggunakan transportasi umum untuk pergi kemana - mana. Lillian benar - benar menikmati perjalanan bersama Harvey, sejauh apa pun perjalanan dengan model seperti apa pun tidak akan terasa. Sepanjang jalan mereka bisa bercerita apa saja, topik pembicaraan selalu muncul seakan tidak ada habisnya. Sesekali mereka berhenti berbicara dan menikmati pemandangan tapi yang pasti sambil terus bermesraan.Tangan Harvey terus memegang istrinya, menjaganya supaya tetap berada di sisi trotoar. Sikapnya yang protektif membuat Lillian jatuh cinta kian dalam terhadap Harvey, membuatnya
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status