Home / Pernikahan / Kakak Iparku Mencintaiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Kakak Iparku Mencintaiku: Chapter 11 - Chapter 20

108 Chapters

Bab 11 - Cemburu

Di saat Lillian sedang berseteru dengan Ernest, Harvey memutuskan untuk pergi mengunjungi apartment Richard, satu - satunya teman yang bisa dia percaya saat ini. Pengacara itu bergegas membukakan pintu, dia bengong sesaat begitu menyadari siapa yang datang. "Harvey?" "Hey," sapa Harvey yang terlihat lesu. Dia mendorong Richard agar tidak menghalangi jalan masuk ke dalam apartment. Harvey masuk begitu saja seolah masuk ke dalam rumahnya sendiri. Langkahnya gontai, wajahnya kusut. "Ada apa denganmu?" Richard heran, mereka baru saja bertemu saat makan malam tadi. Dia menutup pintu dan mengikuti langkah Harvey. Harvey menghempaskan tubuhnya di sofa, di depan sebuah ipad yang posisinya berdiri di atas meja. Layarnya dalam kondisi menyala dan menghadap kearah Harvey. "Hey, Har! Harvey!" Suara seorang wanita yang sangat familiar terdengar tak jauh darinya. Nadanya ceria dan bersemangat. Harvey terkejut. Celingukan, dia menoleh ke kanan dan kiri. "Di ipad, Har. Lihat aku!" seru wanita it
Read more

Bab 12 - Bukan Ciuman Sahabat

"Ya, Sayang?" Suara lembut Ernest seakan bergema di suasana malam yang sepi. Lillian terhenyak. Dia seperti melihat Ernest di masa lalu. Laki - laki ramah dan lembut yang dicintainya. Waktu itu panggilan cinta berhamburan dari mulut manis Ernest, membuat Lillian mabuk kepayang. Siapa sangka, tiba - tiba saja Ernest berubah setelah mereka menikah. Laki - laki itu seperti menunjukkan sifat aslinya. Dia begitu kasar, suka menghambur - hamburkan uang dan ringan tangan. "Oke. Aku datang." Suara Ernest memudarkan lamunan Lillian. "Ern... -" Sebelum sempat Lillian menyelesaikan kalimatnya, Ernest sudah masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan kendaraannya, meninggalkan Lillian begitu saja. Seketika pikiran buruk menyelusup di kepala dan hati Lillian bersamaan dengan angin malam yang menghembuskan udara yang dingin. Lillian memeluk dirinya sendiri, sekali lagi memandang mobil yang dikendarai Ernest. Kendaraan beroda empat itu pergi menjauh, lalu menghilang di tikungan. Terlalu kecew
Read more

Bab 13 - Perasaan Yang Sama

Telapak tangan Harvey mulai menyusup kebalik piama yang dipakai oleh Lillian, mengusap kulit halus yang ada di dalam sana. Perjalanan tangan Harvey begitu lancar hingga mendapati Lillian tidak memakai bra."Hm..., apa kamu mencoba menggodaku, Lili?" bisik Harvey di sela - sela ciumannya."Ha?""Lembut sekali," bisik Harvey semakin melantur. Tangannya dengan santai menyentuh bulatan kembar milik Lillian seakan benda itu miliknya.Lillian memutar matanya kesal. Di saat orang sedang terhanyut oleh suasana, kata - kata Harvey malah mengembalikannya pada sebuah kenyataan bahwa hubungan mereka terlarang."Har, stop! Kamu yang memancingku. Jangan katakan kamu ingin mengulang kesalahan yang sama lagi!" Lillian berusaha membentengi diri meski tidak ada ketegasan dalam nada suaranya. Akhir - akhir ini, Harvey terlihat lebih tampan dimatanya. Setiap kali bersama Harvey, Ernest pasti akan tersingkirkan dari pikirannya."Woops...!"Harvey tiba - tiba mengganti posisi mereka. Dia tertawa saat tubuh
Read more

Bab 14 - Posesif Dan Protektif

Gara - gara melihat bekas merah di leher Lillian, pagi - pagi Harvey sudah uring - uringan. Harvey berusaha menyibukkan diri dengan menyiapkan sarapan pagi untuk mereka dan menunggu Lillian turun dengan sendirinya. Dia sengaja tidak membangunkan wanita itu karena masih marah. Biar saja sekali - kali Lillian ijin tidak masuk kerja, toh jatah libur tahunan milik Lillian masih banyak. Harvey mengambil laptop, duduk di meja makan dan membukanya, lalu tangannya meraih mouse. Dalam sekejap layar monitor yang terpampang di hadapannya menampilkan nilai - nilai mata uang dunia, update harga logam mulia terkini hingga pergerakan saham pagi ini. Laki - laki itu mengerang kesal saat suara ponsel yang nyaring memecah konsentrasinya. Padahal dirinya mulai hanyut dengan berita - berita yang dibacanya. Telapak tangannya menggapai ponsel yang ada di sebelah laptop, lalu membaca nama yang tertera di layar. "Ya, Mama?" sapa Harvey begitu menempelkan ponsel di telinganya. Suaranya terdengar berat dan t
Read more

Bab 15 - Bertengkar

Tangan Lillian bergetar saat melihat sisa saldo yang tertera di rekening bank-nya. Uang tabungannya terkuras habis. Di catatan transaksi jelas sekali tertera nama Ernest sebagai penerima dana. Suami kurang ajar itu benar - benar keterlaluan. Dia hanya menyisakan sedikit uang yang bahkan tak akan cukup untuk makan hingga akhir bulan.Uang tunai di dompet dan perhiasan juga sudah lenyap dibawa oleh Ernest. Mau menyebut Ernest dengan sebutan perampok tapi laki - laki itu suaminya. Lillian benar - benar geram. Perasaannya bercampur baur antara muak dan kalut. Tega sekali Ernest memperlakukan dirinya semena - mena seperti ini. Dia tahu kalau Ernest dari dulu tidak pintar mengatur keuangan tapi bukan berarti harus habis - habisan seperti ini kan? Mereka sama - sama bekerja, punya penghasilan masing - masing. Seharusnya uang tidak masalah kalau hanya untuk dipakai keperluan sehari - hari untuk dua orang. Selama ini, hanya pendapatan Lillian yang dipakai untuk biaya hidup. Pendapatan Ernest ya
Read more

Bab 16

"Ada apa lagi? Apa soal Lillian lagi?" tanya Richard jengkel sambil menghampiri Harvey. Setelah membujuk Lillian berkali - kali tanpa hasil, Harvey langsung meminta Richard menemuinya di sebuah cafe.Saat ini mereka duduk di salah satu meja pojok yang jauh dari pandangan orang. Dua gelas kopi dan makanan ringan tersedia menemani bincang pagi ini. Richard menyeruput kopinya sambil memperhatikan cerita Harvey."Kenapa sih kamu tidak mau menuruti usul Amara?" tanya Richard masih jengkel."Tidak bisa. Lillian sedang dalam fase penolakan. Dia curiga Ernest punya wanita lain tapi tidak mau semakin tersulut oleh pernyataanku. Aku tidak mau semakin membuatnya tertekan lalu ngambek," jawab Harvey "Jadi dia ngambek gara - gara kamu ngomong soal itu? Bisa juga Lillian bersikap kekanakan," komentar Richard sambil menyesap kopinya. Di kepalanya Lillian tergambar sebagai wanita yang mandiri dan dewasa, apalagi saat menghadapi Ernest. Jarang sekali terlihat Lillian bermanja - manja.Harvey terkekeh
Read more

Bab 17 - Bersamaku Selamanya

"Har... !" seru Lillian sekuat tenaga, tapi yang terdengar hanya sebuah bisikan. Tenggorokannya kering, sekujur tubuhnya bergetar menahan rasa sakit. "Tolong aku!" teriaknya lagi, tapi tak ada suara yang bisa keluar dari mulutnya. Sekeras apa pun usahanya berteriak, dia tidak bisa bersuara. Mulutnya terbuka dan menutup lagi tapi tak ada terdengar apa pun. Tenggorokannya terasa kering. Lillian merasakan tubuhnya terjerembab di lantai yang dingin, terasa ada yang sakit di tulang belakangnya. Belum sempat dirinya bergerak, dia merasakan ada yang menarik rambutnya dengan keras. "Jangan pernah sentuh barang - barangku!" "Ernest!" pekik Lillian. Otaknya berputar cepat, berusaha mencerna perintah Ernest. Dia tak mengerti barang apa yang dimaksud oleh Ernest. Kulit kepalanya terasa perih, bisa jadi ada rambutnya yang tercabut karena jambakan Ernest. PLAAK! "Ssshh... " Kepala Lillian oleng ketika punggung tangan Ernest menempel tanpa belas kasihan di pipi kirinya, memberikan sensasi pana
Read more

Bab 18 - Usir Dia

"Hidup bersamaku selamanya." Lillian mendengus lalu mengomel. "Kamu ini tidak tahu tempat dan waktu kalau bercanda." "Aku serius." Lillian melongo. Dia kembali menatap Harvey dengan mata bulatnya yang cantik, menelaah setiap perubahan ekspresi yang tergambar di wajah tampan Harvey. Mendadak Lillian bingung mengartikan ucapan Harvey. Apa sih definisi hidup bersama bagi Harvey? Pada kenyataannya, Harvey dan dirinya sering tinggal dibawah atap yang sama. "Baiklah." Akhirnya Harvey bangkit dari tempat duduknya. Dia kemudian berjalan menuju ke arah Lillian, yang ternyata tanpa disadari mempengaruhi jantung Lillian. Harvey mengambil sebuah kursi yang tersedia di ruangan itu, menariknya mendekat hingga jarak antara dirinya dan Lillian juga sangat dekat. Harvey menahan dirinya untuk tidak langsung mencium Lillian. Ada sesuatu dalam dirinya yang ingin terus menyentuh wanita ini. Selama beberapa menit tak ada yang berbicara. Kamar hening dan terasa dingin. Harvey sempat bingung sendiri har
Read more

Bab 19 - Zona Pertemanan

Lillian tersenyum sungkan. "Maaf, merepotkanmu. Aku benar - benar bisa sendiri. Tidak usah segan kalau ada keperluan lain, Harvey memang suka berlebihan sampai menyuruhmu datang jauh - jauh kemari."Amara mengibaskan tangannya, lalu menghampiri Lillian dan memeluknya. "Kebetulan aku sedang mengambil cuti. Dan aku juga rindu dengan cerita - ceritamu. Bagaimana kabarmu?""Aku sudah sehat. Dokter sudah mengijinkan aku pulang besok, tapi Harvey meminta supaya aku dirawat lebih lama karena khawatir ada komplikasi," ceritanya sambil mengerutkan kening. Bibirnya juga cemberut, menunjukkan kalau dirinya sedang kesal.Semakin lama dirinya di rumah sakit, semakin banyak pula cuti yang diambilnya. Ini akan berimbas pada pekerjaannya. Padahal metode operasi yang digunakan tergolong baru dan tidak membutuhkan banyak sayatan sehingga pendarahan yang terjadi juga lebih sedikit. Masa pemulihannya juga lebih cepat, seharusnya dia juga bisa keluar dari rumah sakit lebih awal."Harvey sangat mencintaimu,
Read more

Bab 20 - Logika Dan Perasaan

Lidah Lillian kelu. Bagai tersambar petir, dia hanya bisa terpaku di tempat tidurnya. Harvey akan menikah adalah hal yang wajar. Lillian heran pada dirinya sendiri yang mendadak merasa tak senang mendengar kabar 'bahagia' ini.Susah payah Lillian menarik kedua sudut di bibirnya hingga terulas sebuah senyum tipis."Aku senang sekali mendengarnya, Papa. Semoga Harvey mendapatkan wanita yang lebih baik kali ini," ujarnya, berpura - pura bahagia."Jangan khawatir. Kali ini aku benar - benar selektif memilihkan pasangan untuknya. Aku juga tak ingin Harvey gagal lagi." seru Marcia yang berada tak jauh dari sana. Ibu Harvey dan Ernest itu meraup apa saja yang ada di lemari dan memasukkannya ke dalam tas secara sembarangan tanpa menatanya. Merasa sudah beres semua, wanita itu menutup trolley, lalu menghampiri Lillian dan Bernard."Carina adalah wanita yang tepat untuk Harvey. Dia berpendidikan tinggi dan sopan. Orang tuanya juga punya pengaruh di negara ini. Masa depan Harvey jelas akan sanga
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status