Semua Bab Perjanjian Yang Tak Terlupakan: Bab 81 - Bab 90

111 Bab

Alasan Sebenarnya

"Masalah serius apa yang kau maksud?" Tanya Seok Hyeon yang tak mengerti. Akan tetapi Seung Jo tak lekas menjawabnya, dia malah berjalan ke ruangan tempat di mana rapat para artis dan Chung Seo akan berlangsung. Hal itu membuat Seok Hyeon makin dilanda penasaran, dia masih saja mencecar Seung Jo agar mau bicara. "Apa yang akan mereka bahas Seung Jo, kau tahu sesuatu ya?" Kejarnya lagi. Bahkan saat ini mereka semua sudah duduk di kursi masing-masing. Rapat akan segera dimulai, tinggal menunggu kedatangan Lee Chung Seo saja. Ernest yang memang datang lebih dulu dan duduk di samping kanan Seung Jo ikut menolehkan kepalanya. Suara Seok Hyeon tentu menjadi penyebabnya. "Apa yang kau katakan Seung Jo, lihat anak kecil ini terus merengek sejak masuk ke ruangan." Ernest berkata jahil sembari menekankan kata anak kecil saat melirik ke arah Seok Hyeon. Hal itu memantik tawa Seung Jo, juga para artis lain yang mendengarnya. "Anak kecil ini terlalu ingin tahu urusan orang dewasa Ernest,"
Baca selengkapnya

Sulit Percaya

"Apa?" Hiraya memekik tertahan, saat ini dia memang tengah berada di ruangan Tuan Hwang Dong Hae. Mereka tengah berbicara empat mata saja tanpa ada siapapun di sana. "Tunggu-tunggu sepertinya aku salah dengar," ucap Hiraya lagi. Dia benar-benar perlu memastikan apa yang baru saja dia dengar. Tuan Hwang Dong Hae malah menggeleng pelan, memberi jawaban bahwa apa yang Hiraya dengar adalah kebenaran. "Itu benar, dan ku pastikan telingamu masih berfungsi dengan baik. Apa yang kau dengar itu lah yang akan terjadi," sahut Tuan Hwang Dong Hae dengan tegas. Pria itu duduk bersandar di kursi kebanggaannya sambil menyilangkan kaki. Hiraya menggelengkan kepalanya, dia masih tak percaya. "Tunggu Tuan tapi apa yang kau maksud dengan membuat Yoshi cuti selama satu bulan? Kau bilang cuti itu hanya untuk kesehatannya, lalu kenapa sekarang—"Gadis bermata hitam itu tidak melanjutkan kalimatnya, dia masih tak bisa mencerna ucapan Hwang Dong Hae dengan baik. "Nona Yoshi sedang dalam bahaya, aku sen
Baca selengkapnya

Caranya Menenangkan

Hiraya memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia benar-benar tak bisa dicecar begini!"Kenapa kau malah marah hah? Memangnya kenapa jika aku tak mau bicara dan tak bisa percaya padamu?" Hiraya justru balik bertanya. Nafasnya juga terengah-engah sebab dia kalut dalam emosi. Ernest memilih diam, dia sadar kalau ini bukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Baik dirinya ataupun Hiraya, masih sama-sama tidak bisa mengontrol emosi masing-masing. "Aku akan pergi, kau perlu mendinginkan kepalamu!" Pria itu kemudian bangkit dari duduknya, dia memang hendak meninggalkan Hiraya sendirian di ruangannya. Ernest merasa jika diteruskan bersama mereka pasti akan bertengkar hebat nantinya. Begitu Ernest sampai di depan pintu, Hiraya mendongak dan memanggil pria itu agar kembali. "Ernest berhenti!" Serunya sambil berdiri. Ernest pun menoleh ke arahnya, gerakan tangan pria itu yang hendak meriah handle pintu terhenti. Dia hanya menatap datar ke arah Hiraya yang kini berjalan ke arahnya.
Baca selengkapnya

Bekerjasama

Chung Seo dan sang security tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka lekas menundukkan kepalanya dalam-dalam, tak berani banyak bicara atau membantah lagi. "Ba-baik Tuan Hwang!" Security tersebut undur diri, setelahnya masuklah seorang pria yang amat sangat Tuan Hwang Dong Hae hindari. Siapa lagi kalau bukan Kang Seung Jo. "Ada apa denganmu Seung Jo? Kenapa datang ke ruangan ku tanpa permisi?" Cecar Tuan Hwang dengan nada tidak suka. Dia juga kembali duduk di kursinya lagi. Bukannya takut, Seung Jo malah memilih untuk segera duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Pria itu menyilangkan kakinya dan bersandar di sana. "Sepertinya security mu yang tak bisa bahasa manusia, tadi aku sudah bilang jika ingin menemui mu Tuan Hwang Dong Hae!"Seung Jo menjawabnya tanpa ada rasa sopan sama sekali. Tuan Hwang Dong Hae hanya bisa menghela nafas kasar. Sikap Seung Jo memang sangat keterlaluan terhadapnya. Pria 40 tahun itu bisa saja marah, tapi itu tidak pernah dia lakukan mengingat apa yang p
Baca selengkapnya

Kabar Buruk

"Diam Hiraya, ada seseorang yang memperhatikan ke dalam mobil ini!" Ernest berbicara dengan sangat lirih. Pria itu memang sengaja membuat posisi keduanya seperti tengah bercumbu. Itu dia harap agar orang yang ada di luar mobil pergi dengan cepat karena merasa risih. Ernest menyesali perbuatannya yang tidak membuat kaca mobilnya hitam dan tidak terlihat apapun dari luar. Dia tak pernah berpikiran akan berada di situasi menegangkan seperti ini. "Apa sudah pergi?" Tanya Hiraya karena lehernya sudah merasa kram. Ernest melirik dari ujung matanya, memastikan bahwa keadaan sudah aman. Lalu dia menjauhkan diri dari Hiraya dan duduk dengan benar di kursi kemudi. "Syukurlah, sepertinya sudah." Mereka lalu bernafas lega, dan saling pandang. Berusaha juga memperhatikan sekeliling, apakah benar-benar aman. "Aku menyesal tidak membiarkan Joan dan Haru mengikuti kita," ujar Ernest. Hiraya juga mengangguk mengiyakan. Mereka memang tengah berdua saja tanpa ada pengawalan dari para bodyguard.
Baca selengkapnya

Kehidupan Lain Ernest

Setelah menunggu hampir dua puluh menit, akhirnya Hiraya dan Ernest memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. "Sepertinya sekarang sudah aman," ucap Hiraya yang baru saja menolehkan kepalanya ke belakang. Netra perempuan muda itu memang memindai sekeliling sejak tadi. Itu juga dilakukan oleh Ernest, dan pria itu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu kita bisa pulang sekarang," balas Ernest yang mulai menghidupkan mesin mobil kembali. Perlahan mobil hitam milik Ernest bergerak menjauh dari gang tersebut. Rasa aman kembali dapat Hiraya rasakan seiring dengan jalanan ramai yang dapat dia lihat. Ernest masih sesekali melihat ke arah spion yang memperlihatkan bagian belakang mobilnya. Tidak ada lagi yang mengikuti dan itu sudah cukup membuatnya bernafas lega. Ketika hampir sampai di belokan menuju arah rumah, Ernest memilih untuk berputar ke arah lain. Kening Hiraya berkerut bingung. "Kita mau ke mana lagi Ernest? Bukankah kata kamu kita harus pulang," ungkap Hiraya yang benar
Baca selengkapnya

Mencari tahu tentangnya

Ernest malah tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan dari mulut Hiraya. Dia bahkan sampai memegangi perutnya sendiri yang sudah kram karena terlalu banyak tertawa. "Ernest aku serius," rengek Hiraya yang tidak terima dengan respon pira didepannya ini. Ernest pun meredakan tawanya, lalu menyeka sudut matanya yang sedikit berair. "Hmm ya-ya, baiklah!""Sekarang katakan siapa kamu, kenapa kehidupan mu cukup berbeda dari biasanya? Apa kau orang yang cukup penting di negeri ini?" Cecar Hiraya dengan serius. Tentu saja itu kembali memantik tawa Ernest. Tapi mati-matian pria itu menahannya agar Hiraya tak cemberut lagi. "Sepertinya istriku ini terlalu banyak menonton film, atau jangan-jangan kau termakan buku fiksi yang kau baca?" "Enak saja tidak! Aku tidak seperti itu, dan yang aku tanyakan itu benar-benar serius Ernest!" Hiraya geram. Bisa-bisanya Ernest malah menganggap pertanyannya tadi adalah lelucon?Ernest lalu menghembuskan nafasnya panjang, dia kemudian mendekatkan wajahny
Baca selengkapnya

Menghubungkan Rentetan Peristiwa

Setelah keluar dari kamar Hiraya, Ernest lekas menyerahkan nampan yang ada ditangannya pada maid yang memang sudah menunggu di depan kamar. "Pastikan Hiraya tidur dengan tenang, jangan sampai membuatnya tidak nyaman!" Perintahnya pada para maid dan juga bodyguard yang berjaga. Mereka semua mengangguk paham dan menjawab dengan kompak. "Baik Tuan Muda!"Setelahnya Ernest berjalan ke kamar yang berada di samping kamar Hiraya, berjarak satu ruangan. Pria itu segera masuk dan berdiri di samping jendela besar dengan kaca yang tertutup gorden panjang berwarna putih. "Kenapa aku merasa diteror sejak menikahi Hiraya, ada apa ini sebenarnya?" Batin Ernest yang mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Ingatannya kembali ke beberapa bulan lalu. Tepatnya saat dia dan Hiraya pertama kali bertemu di gedung agensi Diamond Entertainment. Saat itu semuanya baik-baik saja, bahkan sampai hari si mana mereka dipaksa untuk menikah kontrak oleh Hwang Dong Hae. Semuanya memang cukup runyam, tapi tak
Baca selengkapnya

Sweet Heaven

Ernest sudah duduk di meja makan menunggu kedatangan Hiraya. Pria itu masih duduk dengan pandangan yang menatap lurus ke depan, dia tengah melamun!Hiraya yang baru saja datang menyipitkan matanya, dia lalu berdiri didepan Ernest dan melambaikan tangan didepan wajah sang aktor. "Ernest kau melamun?" Mendengar suara Hiraya, Ernest pun terkesiap. Dia menggeleng cepat, dan buru-buru membenarkan posisi duduknya. "Ah tidak-tidak! Aku tidak melamun, cepat kau duduk dan habiskan sarapan mu!" Perintah Ernest dengan canggung. Hiraya tak banyak lagi bicara, sadar kalau pria itu memang enggan terbuka padanya untuk saat ini. Dia hanya duduk di kursi yang ada didepan Ernest dan makan dengan tenang sarapan yang sudah tersaji diatas meja makan. "Apa schedule ku hari ini Hiraya?" Tanya Ernest yang sudah selesai makan.Hiraya mengeluarkan Ipad-nya dan membuka bagian kalender, ada tanggal dan juga jadwal pekerjaan Ernest tertera di sana. "Hari ini kau hanya perlu datang ke agensi saja untuk mulai
Baca selengkapnya

Sweet Heaven part 2

Hiraya lekas merengkuh tubuh Ernest yang rupanya sudah benar-benar lemah. Ming Hyun juga lekas membantu Hiraya untuk membetulkan posisi Ernest guna mendapatkan pertolongan. "Baringkan saja di sini dulu Nona, aku akan cari bantuan dari para staff." Ming Hyun mengatakannya setengah panik.Hiraya mengangguk cepat, dia kemudian berusaha membangunkan Ernest dengan cara seadanya. "Ernest bangunlah kau kenapa?" Hiraya menepuk-nepuk pipi Ernest dan mencoba untuk melonggarkan pakaiannya yang dirasa cukup sulit dan menghambat pernafasan. Ming Hyun sendiri sudah keluar dari ruang latihan vokal. Pria itu segera mencari bala bantuan. "Ernest ayolah bangun," ucap Hiraya dengan nada yang bergetar. Dia benar-benar takut sekarang. Entah kenapa tapi Hiraya meras tidak sanggup jika harus melihat hal buruk terjadi pada sang aktor. Di saat yang sama Ming Hyun kembali datang, kali ini dia tak sendiri. Ada setidaknya tiga orang staff laki-laki yang ikut serta. "Bantu Ernest, dia mendadak tak sadarkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status