Chung Seo dan sang security tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka lekas menundukkan kepalanya dalam-dalam, tak berani banyak bicara atau membantah lagi. "Ba-baik Tuan Hwang!" Security tersebut undur diri, setelahnya masuklah seorang pria yang amat sangat Tuan Hwang Dong Hae hindari. Siapa lagi kalau bukan Kang Seung Jo. "Ada apa denganmu Seung Jo? Kenapa datang ke ruangan ku tanpa permisi?" Cecar Tuan Hwang dengan nada tidak suka. Dia juga kembali duduk di kursinya lagi. Bukannya takut, Seung Jo malah memilih untuk segera duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Pria itu menyilangkan kakinya dan bersandar di sana. "Sepertinya security mu yang tak bisa bahasa manusia, tadi aku sudah bilang jika ingin menemui mu Tuan Hwang Dong Hae!"Seung Jo menjawabnya tanpa ada rasa sopan sama sekali. Tuan Hwang Dong Hae hanya bisa menghela nafas kasar. Sikap Seung Jo memang sangat keterlaluan terhadapnya. Pria 40 tahun itu bisa saja marah, tapi itu tidak pernah dia lakukan mengingat apa yang p
"Diam Hiraya, ada seseorang yang memperhatikan ke dalam mobil ini!" Ernest berbicara dengan sangat lirih. Pria itu memang sengaja membuat posisi keduanya seperti tengah bercumbu. Itu dia harap agar orang yang ada di luar mobil pergi dengan cepat karena merasa risih. Ernest menyesali perbuatannya yang tidak membuat kaca mobilnya hitam dan tidak terlihat apapun dari luar. Dia tak pernah berpikiran akan berada di situasi menegangkan seperti ini. "Apa sudah pergi?" Tanya Hiraya karena lehernya sudah merasa kram. Ernest melirik dari ujung matanya, memastikan bahwa keadaan sudah aman. Lalu dia menjauhkan diri dari Hiraya dan duduk dengan benar di kursi kemudi. "Syukurlah, sepertinya sudah." Mereka lalu bernafas lega, dan saling pandang. Berusaha juga memperhatikan sekeliling, apakah benar-benar aman. "Aku menyesal tidak membiarkan Joan dan Haru mengikuti kita," ujar Ernest. Hiraya juga mengangguk mengiyakan. Mereka memang tengah berdua saja tanpa ada pengawalan dari para bodyguard.
Setelah menunggu hampir dua puluh menit, akhirnya Hiraya dan Ernest memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. "Sepertinya sekarang sudah aman," ucap Hiraya yang baru saja menolehkan kepalanya ke belakang. Netra perempuan muda itu memang memindai sekeliling sejak tadi. Itu juga dilakukan oleh Ernest, dan pria itu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu kita bisa pulang sekarang," balas Ernest yang mulai menghidupkan mesin mobil kembali. Perlahan mobil hitam milik Ernest bergerak menjauh dari gang tersebut. Rasa aman kembali dapat Hiraya rasakan seiring dengan jalanan ramai yang dapat dia lihat. Ernest masih sesekali melihat ke arah spion yang memperlihatkan bagian belakang mobilnya. Tidak ada lagi yang mengikuti dan itu sudah cukup membuatnya bernafas lega. Ketika hampir sampai di belokan menuju arah rumah, Ernest memilih untuk berputar ke arah lain. Kening Hiraya berkerut bingung. "Kita mau ke mana lagi Ernest? Bukankah kata kamu kita harus pulang," ungkap Hiraya yang benar
Ernest malah tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan dari mulut Hiraya. Dia bahkan sampai memegangi perutnya sendiri yang sudah kram karena terlalu banyak tertawa. "Ernest aku serius," rengek Hiraya yang tidak terima dengan respon pira didepannya ini. Ernest pun meredakan tawanya, lalu menyeka sudut matanya yang sedikit berair. "Hmm ya-ya, baiklah!""Sekarang katakan siapa kamu, kenapa kehidupan mu cukup berbeda dari biasanya? Apa kau orang yang cukup penting di negeri ini?" Cecar Hiraya dengan serius. Tentu saja itu kembali memantik tawa Ernest. Tapi mati-matian pria itu menahannya agar Hiraya tak cemberut lagi. "Sepertinya istriku ini terlalu banyak menonton film, atau jangan-jangan kau termakan buku fiksi yang kau baca?" "Enak saja tidak! Aku tidak seperti itu, dan yang aku tanyakan itu benar-benar serius Ernest!" Hiraya geram. Bisa-bisanya Ernest malah menganggap pertanyannya tadi adalah lelucon?Ernest lalu menghembuskan nafasnya panjang, dia kemudian mendekatkan wajahny
Setelah keluar dari kamar Hiraya, Ernest lekas menyerahkan nampan yang ada ditangannya pada maid yang memang sudah menunggu di depan kamar. "Pastikan Hiraya tidur dengan tenang, jangan sampai membuatnya tidak nyaman!" Perintahnya pada para maid dan juga bodyguard yang berjaga. Mereka semua mengangguk paham dan menjawab dengan kompak. "Baik Tuan Muda!"Setelahnya Ernest berjalan ke kamar yang berada di samping kamar Hiraya, berjarak satu ruangan. Pria itu segera masuk dan berdiri di samping jendela besar dengan kaca yang tertutup gorden panjang berwarna putih. "Kenapa aku merasa diteror sejak menikahi Hiraya, ada apa ini sebenarnya?" Batin Ernest yang mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Ingatannya kembali ke beberapa bulan lalu. Tepatnya saat dia dan Hiraya pertama kali bertemu di gedung agensi Diamond Entertainment. Saat itu semuanya baik-baik saja, bahkan sampai hari si mana mereka dipaksa untuk menikah kontrak oleh Hwang Dong Hae. Semuanya memang cukup runyam, tapi tak
Ernest sudah duduk di meja makan menunggu kedatangan Hiraya. Pria itu masih duduk dengan pandangan yang menatap lurus ke depan, dia tengah melamun!Hiraya yang baru saja datang menyipitkan matanya, dia lalu berdiri didepan Ernest dan melambaikan tangan didepan wajah sang aktor. "Ernest kau melamun?" Mendengar suara Hiraya, Ernest pun terkesiap. Dia menggeleng cepat, dan buru-buru membenarkan posisi duduknya. "Ah tidak-tidak! Aku tidak melamun, cepat kau duduk dan habiskan sarapan mu!" Perintah Ernest dengan canggung. Hiraya tak banyak lagi bicara, sadar kalau pria itu memang enggan terbuka padanya untuk saat ini. Dia hanya duduk di kursi yang ada didepan Ernest dan makan dengan tenang sarapan yang sudah tersaji diatas meja makan. "Apa schedule ku hari ini Hiraya?" Tanya Ernest yang sudah selesai makan.Hiraya mengeluarkan Ipad-nya dan membuka bagian kalender, ada tanggal dan juga jadwal pekerjaan Ernest tertera di sana. "Hari ini kau hanya perlu datang ke agensi saja untuk mulai
Hiraya lekas merengkuh tubuh Ernest yang rupanya sudah benar-benar lemah. Ming Hyun juga lekas membantu Hiraya untuk membetulkan posisi Ernest guna mendapatkan pertolongan. "Baringkan saja di sini dulu Nona, aku akan cari bantuan dari para staff." Ming Hyun mengatakannya setengah panik.Hiraya mengangguk cepat, dia kemudian berusaha membangunkan Ernest dengan cara seadanya. "Ernest bangunlah kau kenapa?" Hiraya menepuk-nepuk pipi Ernest dan mencoba untuk melonggarkan pakaiannya yang dirasa cukup sulit dan menghambat pernafasan. Ming Hyun sendiri sudah keluar dari ruang latihan vokal. Pria itu segera mencari bala bantuan. "Ernest ayolah bangun," ucap Hiraya dengan nada yang bergetar. Dia benar-benar takut sekarang. Entah kenapa tapi Hiraya meras tidak sanggup jika harus melihat hal buruk terjadi pada sang aktor. Di saat yang sama Ming Hyun kembali datang, kali ini dia tak sendiri. Ada setidaknya tiga orang staff laki-laki yang ikut serta. "Bantu Ernest, dia mendadak tak sadarkan
Hiraya dan Ernest memang benar-benar pulang dari rumah sakit. Akan tetapi baru saja hendak pulang bersama, ponsel Hiraya berdering. Dengan setengah malas gadis itu menggeser tombol hijau di layar. "Halo ya Tuan Lee?" Tanya Hiraya pada Lee Chung Seo yang memang menghubunginya saat ini. Ernest yang duduk disampingnya, di kabin belakang mobil pun hanya menoleh sekilas. Meskipun jelas kalau pria itu mendengarkan apa yang dibicarakan Hiraya dengan asisten pribadi direktur utama Diamond Entertainment tersebut. ["Nona Hiraya, apakah kau sudah pergi jauh?"] Tanya Chung Seo, sebab dia tahu kalau Hiraya sempat berada di agensi beberapa saat lalu. Dia tak tahu saja kalau Ernest sempat masuk rumah sakit tadi. "Iya, aku dan Ernest sudah hampir sampai ke rumah kami. Ada apa?" Tanya Hiraya, dia melirik ke arah Ernest. ["Begini Nona, ada beberapa pekerjaan penting yang harus aku lakukan bersamamu. Ini berkaitan dengan beberapa job baru Ernest yang baru masuk ke pihak agensi. Aku perlu mendiskusi
Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu
Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur
Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk
Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa
"A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih
Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are
Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka
"Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t
Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.