“Ibu, boleh aku bertanya?” Ayana menatap Kamila ragu-ragu.“Tentu, sayangku.” Wanita itu tersenyum tipis sembari menatap Ayana penuh kelembutan. “Apa Ibu tidak menyukai Paman Aron? Kenapa waktu itu Ibu langsung meninggalkannya, padahal dia anak yang baik.” Ayana berucap pelan, mata bulat nan jernihnya mengerjap polos. Kamila tergugu, ia memalingkan wajah—menatap ke sembarang arah. “Ibu, jika pertanyaanku menyinggung. Tidak usah dijawab, aku hanya penasaran—sedikit, hehe ….” Gadis kecil itu tersenyum lucu, seolah mengerti saja apa arti pernyataannya barusan. Kamila menghembuskan napas berat, ia menunduk dalam. Merasa begitu egois karena melibatkan perasaan buah hatinya. “Ibu, aku sudah siap. Dan mengapa Ayana masih belum mengenakan sepatu? Sebentar lagi pukul delapan.” Saga datang sambil menenteng tasnya. “Ah, ya. Maaf, Sayang. Ibu tak fokus.” Kamila memaksakan senyum dengan mata berkaca-kaca.Selang tiga puluh menit kemudian, Saga serta Ayana sampai di sekolahnya. Kamila sendiri
อ่านเพิ่มเติม