“Ibu, boleh aku meminta tolong ambilkan sup dagingnya?” tanya Saga pada Kamila.“Tentu sayangku, tunggu sebentar.” Wanita itu mengambil mangkok kecil yang ada di sebelahnya, lalu menung sedikit kuah beserta isinya pada piring yang berisi nasi putih. Dan memberikannya pada Saga. “Em, enak! Masakan Ibu memang tidak ada duanya!” Saga menggelengkan kepala sambil mengunyah pelan. “Iyalah, siapa dulu dong. Ibunya Ayana gitu, loh!” sahut gadis kecil yang sibuk dengan buku gambarnya.Saga mendelik.”Selalu saja ikut nimbrung, dasar aneh!” Kamila yang melihat pertengkaran itu terkekeh serak, lalu mengusap lutut Saga yang tampak membiru. “Setelah ini istirahat, ya? Sudah pukul dua siang,” ungkap wanita itu. “Baik, Ibu. Oh, ya. Kapan kita kembali ke rumah Paman Tara? Aku sungguh tidak nyaman di sini,” kata Saga seraya mengambil botol air di atas nakas, dan meneguk isinya perlahan. Kamila terdiam, jika yang ini ia masih belum memiliki jawaban, karena Aron pasti tak akan membiarkannya pergi beg
Baca selengkapnya