Semua Bab Terpaksa Menikah Muda: Bab 61 - Bab 70

187 Bab

Sepenggal Kisah Kelam

“Dokter Relin, sendiri saja?” Wanita itu mendongak, melihat rekan kerjanya. “Iya, Dokter. Saya sedang menunggu Bibi Dona.” Relin menjawab santai sembari mempersilahkan sang empu untuk duduk. “Ah, ya. Saya turut sedih atas apa yang menimpa Dokter Tama, semoga beliau segera pulih.” Relin tersenyum tipis. “Aamiin, omong-omong Dokter belum pulang? Sudah pukul sebelas malam.” Wanita itu terkekeh pelan. “Awalnya mau pulang, tapi mampir dulu ke kantin buat beli coffee. Eh, taunya melihat Dokter Relin sendirian sedang makan malam.” Relin yang sedang menyantap nasi goreng di hadapannya tersenyum manis. “Iya, nih. Tumben sekali adik bayinya mau makan nasi malam-malam.” “Tapi Dokter Relin, walau sedang hamil justru semakin cantik dan seksi. Jadi, siapa yang tidak kepincut.” Wanita itu meringis. “Maksud saya, Anda sangat menarik dalam keadaan apa pun.” Relin terkekeh serak. “Terima kasih atas pujiannya,” ucapnya malu-malu.“Sama-sama Dokter, dan saya doakan semoga bisa bersama Tuan Aron
Baca selengkapnya

Sosok Sang Penolong

Relin yang akan menemui Dona seketika tersentak kala berpapasan dengan Aron, pria itu berlari tergesa-gesa dengan wajah pucat pasi. Dan herannya mengapa Aron tak menghiraukan keberadaanya.“Aron!” Relin berlari kecil dan menarik tangan sang empu, benar saja. Aron langsung berhenti walau tak menoleh. “Kau—”“Lepaskan,” selanya dingin. Relin terperangah, ada apa dengan pria itu. Sungguh ia tak suka jika Aron bersikap acuh tak acuh seperti ini. “Kau kenapa?” Ia semakin mendekat dan berdiri di depan sang empu. “Wajahmu pucat,” bisiknya, lalu menangkup wajah Aron. “Lepaskan!” sentaknya kesal.Seketika jantung wanita itu mencelos, jika tak berpegangan pada tembok di sampingnya, mungkin ia akan jatuh dari tangga. “Tuan!” Suara teriakan Bimo menyentak atensi Aron, dengan cepat pria itu berlari menjauh, tanpa menghiraukan Relin yang masih membeku atas sikap kasarnya tadi. Ketika sudah sampai di dalam BMW-nya, Aron bergegas menancap gas membelah jalan raya. Pikirannya sedang kalut sekarang,
Baca selengkapnya

Keaadan Yang Terbalik

“Tuan, Anda sudah siuman?”Aron tersentak saat melihat Bimo yang sudah berdiri di samping kasurnya, ketika ingin duduk ia meringis karena kepalanya berdenyut hebat. “Apa yang terjadi?” tanya pria itu serak. “Anda ditemukan pingsan di jembatan, apa yang Anda lakukan saat hujan deras seperti itu?” Bimo bertanya balik, sangat khawatir ketika ia dan timnya berpencar mencari Aron semalam, dan menemukan sang empu sudah tak sadarkan diri.Aron terdiam, memejamkan mata sembari memijat pelipis pelan. Terakhir yang ia ingat sedang berhenti di jembatan sambil memikirkan cara untuk turun menyusuri sungai panjang itu dalam keadaan hujan deras. “Pukul berapa sekarang?” Lirihnya tanpa menjawab pertanyaan Bimo.“Pukul dua siang, Tuan,” balas Bimo.Kening Aron berkerut bingung, selama itukah ia memejamkan mata? Pria itu mengusap keningnya yang terasa begitu panas—ah, tapi seluruh tubuhnya juga. Sepertinya ia demam tinggi. “Siapkan mobil, dan kerahkan semua anak buahmu untuk terus mencari Kamila. J
Baca selengkapnya

Surat Dari Kamila

Berbulan-bulan sudah Kamila pergi, hidup Aron berjalan seperti biasa. Namun, hanya kekosongan yang dirasakan. Ia tak tahu, ternyata wanita itu mempengaruhinya begitu besar. Ia juga sudah mengerahkan seluruh anak buahnya, baik mencari Kamila di bandara maupun pelabuhan. “Jika Kamila ke luar negeri, tidak mungkin, bukan? Wanita itu sama sekali tak memiliki sanak saudara,” ungkap Aron. “Benar, Tuan. Apakah ada orang di balik semua ini? Mengingat Nyonya Kamila sama sekali tak meninggalkan jejak,” tanya Bimo. “Tidak mungkin, dia sama sekali tak memiliki koneksi dengan siapa pun, kau tahu sendiri jika sedari kecil dia hidup di desa. Dan ketika ke kota, Kamila selalu berada di rumah ini,” jawab Aron lugas. Bimo menghembuskan napas berat. “Kalau pergi ke luar kota, pasti menggunakan data diri lengkap, tapi Tuan mengatakan jika Nyonya Kamila sama sekali tak membawa apa pun pada malam itu.” Bimo berucap lirih, tapi masih bisa didengar oleh sang tuan muda. Aron termenung, bagaimana mungkin
Baca selengkapnya

Hari Bahagia Dan Tragis

“Bukankah kau berjanji akan menikahiku?” Pria itu terdiam seraya mengalihkan atensi ke arah lain, wajah tampannya semakin bersinar tatkala terkena sinar mentari pagi. Kendati demikian, tatapan mata amber itu tak bisa berbohong jika ia menyimpan begitu banyak beban serta kesedihan.“Aron, bukankah dulu kau meminta untuk kembali? Dan sekarang kenapa sikapmu berubah, bahkan ketika sampai aku akan melahirkan.” Lirih Relin penuh derita. Berbulan-bulan semenjak kepergian wanita yang bernama Kamila itu pergi—dan sikap Aron kian mendingin. Tidak bisa, pria ini tak boleh mempermainkannya begitu saja. HPL-nya diperkirakan satu minggu lagi, dan ia butuh support dari orang tercinta. “Saya sedang keliru mengenai itu, dan juga—kau tentu tahu jika saya masih berstatus suami Kamila.” Kini ia mengalihkan atensinya pada Relin.Wanita itu membeku dengan napas memburu. “Mengapa kau begitu tega?” tanya Relin tak percaya.”Kau thu bukan, jika anakku butuh figur seorang ayah. Dan dengan entengnya kau memut
Baca selengkapnya

Bukan Akhir, Tapi Awal

Setelah tiga hari si kembar berada di inkubator—dan tepat pada hari ketujuh Kamila langsung pulang ke kediamannya, tentu saja dibantu oleh Bastara serta Agni. Mereka berdualah yang selalu tampak sibuk menyiapkan segala keperluannya. “Terima kasih, Tuan. Maaf merepotkan Anda,” ucap Kamila pada pria itu.“Tidak apa-apa, kau langsung istirahat saja. Ah, iya. Besok ada tukang bersih-bersih serta memasak ke sini, dia kerja dari pukul delapan pagi sampai empat sore,” ungkap Bastara. Kening Kamila berkerut. “Bukankah saya yang Tuan tugaskan untuk merawat rumah ini?”Bastara terkekeh serak. “Tentu, tapi tidak mungkin kau bersih-bersih serta memasak dengan keadaan seperti ini, bukan?” Kamila mengulum bibir, semakin tak enak kala merepotkan orang lain. Ia menatap cincin berlian yang tersemat di jari manisnya. Lalu membuka perlahan dan memberikannya pada Bastara. “Tuan, ambillah. Ini mahar dari suami saya, Anda bisa menjualnya untuk biaya rumah sakit dan biaya hidup saya sebelum memulai bekerj
Baca selengkapnya

Keputusan Bimo

“Apa maksudmu jika saya yang mengakhiri hubungan?” tanya Aron datar. Relin menunduk dengan wajah sedih. “Kau meminta usai karena aku tidak kunjung menerima lamaranmu, padahal kau tahu sendiri alasanku menolaknya.” Aron terdiam, ia mencoba mengingat-ingat. Namun, justru semakin pusing yang didapat. Relin mendongak, menatap Aron yang sedang meringis kesakitan. “Paman Tama tak kunjung menyetujui pertunangan kita karena dia ingin kau fokus pada bisnismu, di tengah kebingungan itu, ada Mas Panji yang mau menikahiku. Tentu aku tak bisa menolak, apalagi Ibu dan Ayah ingin segera menimang cucu.” Aron menatap wanita itu dengan napas tercekat. “Panji? Kau menikah dengan sepupu saya sendiri?” Relin mengangguk, dan mulai menceritakan dari awal Panji melamarnya, sampai sang suami pergi untuk selama-lamanya. Dan Aron, hanya bisa terdiam mendengar penjelasan Relin. Ia merasa bersalah karena sudah berpikiran buruk pada wanita cantik di sampingnya ini. Pria itu mengepalkan tangan, andai ayahnya
Baca selengkapnya

Wanita Di Dalam Mimpi

“Ayah?” Relin membuka mata perlahan ketika Farzan menepuk lembut keningnya. Ia menguap sebentar, lalu menekan tombol yang berada pada remot kontrol, biasanya terdapat di pagar pengaman tempat tidur pasien sisi sebelah kiri. Dan setelahnya wanita itu menyandarkan punggung senyaman mungkin. “Maaf, Ayah membangunkanmu, ya?” tanya Farzan sembari mengambil duduk di kursi samping hospital bed. Relin menggeleng singkat, melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. “Ayah tidak bekerja?” Farzan menghembuskan napas pelan. “Ayah akan ke kebun nanti siang, karena ada panen sayuran, sekalian mengecek proses recooling serta sortasi. Berhubung kemarin ada pelanggan Ayah yang komplain.”Relin mengangguk pelan, sudah lama rasanya ia tak mengobrol dengan sang ayah karena kesibukan masing-masing. Apalagi mereka tinggal terpisah. “Nak, sebenarnya sudah lama Ayah ingin bertanya mengenai hal ini padamu.” Farzan menatap putri satu-satunya penuh kelembutan. “Apa kau menjalin hubungan kem
Baca selengkapnya

Akhir Dari Semuanya

“Berapa lama lagi suami saya akan terbangun dari komanya?” Dokter tampan di usianya yang tak lagi muda itu mengernyitkan kening. “Maaf, Nyonya. Maksud Anda Tuan Tama?” Dona mendengkus. “Siapa lagi, suami saya hanya dia!” ucapnya ketus. Dokter itu tersenyum kikuk, tapi tak urung untuk menjelaskan secara perlahan. “Begini, Nyonya. Saya tidak dapat memprediksi kapan pasien siuman, peluang kesembuhan tergantung pada keparahan penyebab serta respons pasien terhadap pengobatan,” jelas sang dokter. Berhadap Dona mengerti.Wanita itu berdehem sembari mengangguk singkat. “Baik, silahkan keluar.” Setelahnya ruangan Tama kembali hening, Dona mengambil duduk sembari menatap dalam sang suami. “Mas, aku harap kau setuju jika Aron menikah dengan Relin. Karena ini momen yang tepat, dan aku tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini.”***“Dari mana Tuan Bimo tahu saya ada di kota ini?” tanya Kamila setelah mengambil posisi duduk pada gazebo yang terdapat pada halaman belakang kediaman Bastara.“Semi
Baca selengkapnya

Saga & Ayana

“Ibu, apakah tidak apa-apa jika aku mencampur adonan ini?” tanya gadis kecil dengan lesung pipi yang menghiasi wajah manisnya.Kamila melihat kentang yang sudah di haluskan itu. “Tidak apa-apa, Ibu juga sudah memasukkan semua bumbu-bumbunya,” jawab Kamila pada sang putri. Sesekali ia tersenyum kala Ayana menggerutu melihat adonannya yang terjatuh. “Ibu, ini saus yang Ibu minta.” Seorang anak laki-laki menyerahkan dua buah botol, yang berisi saus sambal dan asam manis. “Terima kasih, Aga,” ujar Kamila. “Sama-sama, Ibu. Apakah ada lagi yang bisa aku bantu?” Saga—anak laki-laki itu mengambil duduk di samping ibunya. “Tolong bantu Ibu memecahkan telur ini, nanti taruh di mangkok yang berwarna biru itu.” Kamila mencontohkannya, dan diangguki oleh Saga. “Ibu tahu tidak, Bibi Agni mengajakku ke Bali Zoo minggu depan, katanya itu hadiah karena aku dapat nilai bagus saat menggambar.” Ayana mulai berceloteh sembari membentuk adonan itu menggunakan sendok dan menaruhnya di piring. “Bukanka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
19
DMCA.com Protection Status