Semua Bab Terpaksa Menikah Muda: Bab 41 - Bab 50

187 Bab

Kejam

“Biar Arfin saja, asalkan jangan suruh Kak Mila, dia sedang sakit, Bibi.” Arfin memegang tangan Atika, tak kuasa melihat kakaknya yang sedang membersihkan kandang kuda milik sang tuan muda. Kamila bahkan sudah dua kali muntah, apalagi indra penciumannya sangat sensitif.“Diam kau! Lebih baik kau cepat ke kebun, atau saya laporkan Nyonya Dona!” Ancam Atika. Arfin menggeleng kuat, terhitung sudah enam hari Aron pergi ke desa yang akan dibangun rumah sakit. Dan Arfin sungguh tak tahu lagi harus mengadu kepada siapa, semua orang di kediaman ini seolah bungkam ketika Dona maupun Atika membentak Kamila atau menyuruhnya melakukan apa pun. Ia menatap ke sembarang arah, wajahnya memerah karena lapar dan juga kelelahan. Sepulangnya dari kebun untuk membantu memindahkan keranjang ke teruk muatan, ia sama sekali belum makan. Tangan kecilnya meremas ujung bajunya, adai ada Bimo di sini. Pasti orang kepercayaan Aron itu tak mungkin membuatnya kelaparan serta melihat Kamila kesusahan. Arfin mendo
Baca selengkapnya

Kepulangan Tuan Muda

“Mas Panji?” Relin tersentak dari duduknya, lalu menarik kakinya yang sedang dipijat oleh Erza. Dan melangkah menuju sang suami “Lho, bukankah tugasnya lima bulan, Mas?” tanya wanita itu heran, tapi tak urung untuk memeluk pria itu.Panji tersenyum manis. “Aku khawatir, Sayang. Kata Ibu kau terus muntah dan demam, untuk itu aku izin selama tiga hari,” jawab Panji sambil membalas pelukan istri tercintanya. “Aku senang Mas Panji pulang, dan rasa mualku memang semakin parah. Untung ada Erza yang selalu sigap ke sini, bahkan sampai memijat kakiku.” Relin menarik tangan Panji untuk duduk di sofa. “Kau tahu, Relin menghubungiku saat di kampus. Untung aku sudah tidak ada kelas,” jelas Erza bersedekap dada.Panji tertawa pelan sebelum menjawab, “Maaf Mas, aku jadi tak enak karena permintaan istriku membuat Mas Erza repot.” “Dasar kau ini, sama sahabat sendiri tidak ada ikhlas-ikhlasnya!” Relin menepuk bahu pria itu manja, lalu terkekeh setelahnya. “Santai saja, Panji. Aku sudah kebal dija
Baca selengkapnya

Semanis Madu

“Apa yang sedang Ibu lakukan?” celetuk Aron dari ambang pintu. “I–ibu hanya memeriksa perut Kamila. Katanya tiba-tiba kram.” Dona tersenyum tipis, mencoba menghilangkan wajah tegangnya.Aron melirik Kamila serta ibunya secara bergantian, setelah tak melihat kejanggalan. Ia langsung menarik tangan Kamila. “Ayo ke kamar, biarkan Arfin istirahat.” Kamila menurut, lalu mengikuti langkah Aron. Mengabaikan Dona yang menatap tajam padanya. Pagi harinya, Aron sudah duduk di kursi ruang kerjanya yang terdapat pada kediaman utama. “Jadi, semua ini ulah pelayan tua itu?” “Benar, Tuan, Dia juga menyuruh Nyonya Kamila membersihkan istal,” jawab Bimo. Aron terkekeh dingin. “Apakah karena dia pikir menjadi kepala pelayan bisa lolos dari hukuman?” Bimo tersenyum miring, walau dalam hati sudah ingin menendang wanita tua itu dari kediaman ini. Ia begitu murka ketika mendapat kesaksian serta bukti CCTV yang ada. “Jadi, apakah saya langsung seret ke gudang bawah tanah dan tidur bersama berbagai jen
Baca selengkapnya

Ayo Kita Kencan!

“Nyonya, tolong saya.” Atika menatap Dona dengan wajah bersimbah air mata, karirnya sedang terancam sekarang. Dan ia tak mungkin mengorbankan itu semua, tapi Atika juga takut kala menerima hukuman yang Aron berikan.“Lho, saya sudah memberikan pilihan, jika jalan satu-satunya kau harus bersimpuh meminta maaf pada Kamila. Toh, kau juga tak mau dipecat atau menerima hukuman untuk tidur selama satu bulan di gudang bawah tanah,” sahut Dona acuh tak acuh. Ia tak mau terlibat dalam tindakan bodoh sang kepala pelayan ini.Atika menggeleng kuat, mana mungkin ia melakukan tindakan rendahan seperti itu, apalagi sampai bersimpuh di kaki Kamila. “Sa–saya ….” Ia menggigit bibir bawah gelisah. “Ya, sudah. Cepat kemasi pakaianmu, dan saya tinggal mencari kandidat baru yang menggantikan posisimu saat ini,” ungkap Dona santai.Atika meremas kedua tangannya, ia sudah mengabdi puluhan tahun, dan bisa-bisanya Dona ingin menggantinya dengan orang baru. Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan. Atika menatap serius
Baca selengkapnya

Pacaran Setelah Menikah

“Waktu itu kau ke mana bersama Bimo?” Kamila menatap Aron gugup. “Maksudnya, Tuan?” Aron mengemudikan kendaraannya dengan santai, sebelum kembali melirik pada Kamila. “Kau sama Bimo ke mana saat pulang malam-malam sambil membawa banyak makanan itu?” ulangnya. Kening Kamila berkerut kala mencoba mengingatnya, sesaat kemudian ia menatap ke arah Aron. “Di dekat supermarket, Tuan. Mungkin tiga puluh menit dari sini.” “Kau masih mengingat lokasinya?” tanya Aron lagi. “Masih, apakah Tuan ingin berbelanja di sana?” Ia mencoba memastikan, walau tak yakin jika Aron akan menyantap makanan di pinggir jalan.“Ya, memangnya hanya Bimo yang bisa membawamu ke sana!” gerutu Aron. Kamila membuang wajah ke arah jendela, lalu mengusap pipinya yang terasa panas. Bolehkah ia berharap jika Aron sedang cemburu? Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, kendaraan yang Aron kendarai sudah sampai di lokasi tujuan. Ia segera memarkirkan roda empatnya, lalu membukakan pintu untuk Kamila. “Ayo,
Baca selengkapnya

Mengakhiri Hidup

“Relin?” Kamila tersentak kaget, sudah pukul dua dini hari, ia memang terbangun karena haus. Ketika membuka pintu, wanita itu cukup terkejut karena Relin sudah berdiri di pintu kamarnya dengan piyama tipis. “Hai, maaf sudah mengagetkan.” Relin berujar santai sembari mengintip dari celah pintu kamar yang terbuka. “Aron masih tidur, ya?” Kamila terperangah sebentar, secara perlahan keningnya memunculkan kerutan samar. Ia bingung sendiri atas pertanyaan Relin, bukankah memang ini waktunya istirahat? “Em, ya. Kalau boleh tahu ada keperluan apa, nanti saya sampaikan setelah dia terbangun.” Relin menggeleng singkat. “Tidak usah, awalnya saya ingin jalan-jalan bersamanya. Maaf bukanya lancang, tapi sepertinya saya sedang mengidam,” ungkap wanita itu.Kamila tersenyum kikuk, tak tahu harus menjawab apa. Lagi pula, sejak kapan Relin di kediaman ini, karena sepulangnya jalan-jalan bersama Aron, rumah dalam keadaan sepi, hanya pelayan yang berlalu lalang.“Kalau begitu saya kembali tidur saja,
Baca selengkapnya

Proses Investigasi

Waktu menunjukkan pukul delapan malam, dan suasana di dalam ruangan ini semakin kacau. Aron bahkan hanya bisa membeku melihat keluarga besarnya yang menangis pilu ketika melihat jasad sang sepupu di atas hospital bed. Awalanya Aron akan langsung pulang ke kediamannya setelah menerima telepon dari Dona, tapi wanita itu kembali menghubunginya jika jasad Panji akan di bawa ke rumah sakit Dewangga. Sementara itu, ibu dan ayah Panji yang baru datang langsung menangis sejadi-jadinya, pun dengan Relin, wanita itu beberapa kali pingsan dan ditenangkan oleh Dona. Berita tentang kematian Panji seketika menyebar luas, maklum saja mereka adalah orang penting di kota ini. Kamar hotel tempat Panji menginap dipasangkan garis polisi, dan kasusnya masih tahap investigasi oleh pihak berwajib. Selama ini Panji dikenal sebagai pribadi yang santai dan menghindari pertikaian, pria itu juga sangat baik serta menghormati kedua orang tuanya. Tak ada yang menyangka jika Panji akan mengakhiri hidupnya denga
Baca selengkapnya

Titik Terang

Sudah dua hari sejak Panji dikebumikan, Aron juga sudah menerima laporan dari Bimo jika tim penyidik tidak menemukan zat berbahaya di restoran cepat saji itu, bahkan ada CCTV saat proses pembuatannya, baik dari dapur serta saat Panji datang sampai pergi.Semua karyawan yang bertugas pada hari itu juga sudah diperiksa, tapi mereka memang sama sekali tak tahu menahu, dan justru mereka dengan senang hati diperiksa latar belakangnya, keluarga, serta teman terdekat jika tak mempunyai masalah dengan Panji, sampai menaruh zat berbahaya pada makanan pria itu. Pun dengan hotel tempat Panji menginap. Tapi hasilnya sama saja dengan yang terjadi pada restoran tepat saja. Untuk keluarga Panji sendiri sudah di introgasi, dan jawaban Relin cukup mengejutkan. Aron perlu memastikan lagi apakah semuanya benar, karena pada saat itu dia tak bisa mendengarkannya secara langsung. “Tuan, apakah Anda akan pergi lagi?” tanya Kamila ketika melihat Aron bersiap-siap, entah akan ke mana lagi pria itu. Padahal d
Baca selengkapnya

Hadiah Untuk Kamila

Depresi serta gangguan mental sendiri dua hal dominan yang menjadi penyebab timbulnya seseorang melakukan bunuh diri. Pada beberapa kasus bunuh diri, biasanya akan timbul perasaan intens seperti marah, kecewa, serta panik. Meskipun yang bersangkutan tak pernah diagnosis gangguan mental jenis apa pun.Orang tua Panji begitu terpukul setelah mendengar penjelasan dari Aron, mereka juga menyalahkan diri sendiri karena terlalu sibuk, dan hanya mempercayai asisten serta supir rumah tangganya untuk menemani Panji dari kecil. Walau tak terlalu dekat dengan sang putra akibat kesibukan, tentu Mereka sangat menyayangi darah dagingnya sendiri. Namun, apa mau dikata, semuanya sudah terjadi. Dan mereka hanya bisa meratapi waktu yang terbuang begitu banyak.“Kau setuju ‘kan jika Relin sementara waktu tinggal di sini. Dia terus bersedih di rumahnya karena sering mengingat Panji,” ucap Dona sembari melihat ke arah Aron.Relin memang tidak mau di rumah ibu serta ayahnya, karena ia tetap kesepian. Mak
Baca selengkapnya

Sikap Aneh

“Kau kenapa?” tanya Aron ketika melihat Kamila yang sejak tadi hanya diam dengan wajah murung. Wanita itu tersentak kaget saat Aron menyentuh punggung tangannya, Ia tersenyum kaku sembari menatap pada sang suami. “Tidak apa-apa, maaf aku melamun.”“Jangan melamun dong, kalau lagi makan,” ujar Dona sembari menuangkan nasi goreng pada piring Relin.“Maaf, Bu.” Kamila tersenyum kikuk dan kembali berfokus pada sarapannya, sungguh ia masih shock mendengar klinik tempatnya memeriksa kandungan kebakaran. Sepertinya ia harus menghubungi dokter Meyda untuk menyarankannya klinik yang lain.“Kau makin cantik saja Kamila.” Relin melempar senyum tipis, menatap wajah Kamila yang tampak bersinar.Kamila tertegun, lalu tersenyum malu-malu. "Terima kasih, Relin.” "Dia memang cantik, dan Ayo lanjutkan sarapanmu." Aron tiba-tiba menepuk pucuk kepala Kamila, membuat sang empu semakin dilanda rasa gugup.***“Apakah Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?” tanya Bimo ketika kamila menghampirinya. Kamila melih
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
19
DMCA.com Protection Status