Semua Bab Terpaksa Menikah Muda: Bab 21 - Bab 30

187 Bab

Siapa Pelakunya?

Kamila memakan sate di tangannya dengan air mata berjatuhan, ia begitu sakit hati mendengar kalimat pedas yang Aron layangkan padanya. Setelah mengatakan hal tersebut, Aron berlalu pergi ke kamarnya. Dan selang sepuluh menit kemudian, Bimo datang membawakan pesanan Kamila.Pria itu juga sempat bertanya mengapa matanya membengkak, dan Kamila hanya menggeleng sembari mengucapkan terima kasih. Ia tak tahu mengapa secengeng ini, padahal sebelumnya apa pun kalimat hinaan yang Aron lontrakan, ia tak akan ambil hati. Keesokan harinya, ia terbangun dengan kepala berdenyut serta rasa mual tak tertahankan, dengan cepat Kamila menuju kamar mandi dan memuntahkan cairan berwarna kuning, seperti kemarin. Ia terduduk dengan tubuh terkulai lemas, tetapi suara gedoran di pintu kamarnya membuat Kamila tersentak. Dengan susah payah ia bangkit serta membasuh wajah terlebih dahulu agar terlihat segar. “Mentang-mentang kau tinggal di rumah ini, berasa menjadi nyonya, huh? Cepat ke dapur, sebentar lagi Tu
Baca selengkapnya

Kebohongan Ibu Mertua

“Selamat, Sayang! Bibi tidak menyangka kau hamil!” Dona memeluk Relin erat, walau dalam hati dongkol luar biasa, karena seharusnya wanita ini hamil anak Aron, bukan dari pria lain. “Terima kasih Bibi, aku juga tidak menyangka bisa diberikan kepercayaan secepat ini.” Relin memang memeriksanya kemarin, dan usia kehamilannya berjalan dua minggu. Tapi sayangnya sang suami tak ada di sisinya karena sedang ada di luar kota, alhasil ia hanya bisa memberitahunya via telepon, dan reaksi Panji benar-benar mengharukan.“Ayo duduk di sini, Sayang. Nanti kau kelelahan.” Dona menuntun Relin untuk duduk di sofa, setelah itu ia terus mengelus lembut lengan wanita cantik di sampingnya. “Lalu apakah Panji akan pulang setelah tahu kau hamil?”Relin terlihat murung. “Tidak Bibi, Mas Panji benar-benar tak bisa meninggalkan pekerjaanya. Mungkin dia akan pulang dua minggu lagi.”“Astaga, pasti berat sekali hamil muda tanpa ditemani suami.” Dona memasang wajah sedih, tanganya menepuk-nepuk pelan punggung ri
Baca selengkapnya

Kamila Juga Menginginkan Itu

“Aron! Aku hamil!” serunya riang, mengabaikan raut Aron langsung menegang. Relin terdiam ketika tak mendapat sahutan, ia melepas pelukannya, menatap tepat pada Aron yang tak menampakkan ekspresi apa pun. “Kau tak senang?” lanjutnya lirih. Aron yang tersadar dari lamunannya hanya terdiam, lalu menatap Relin dalam. “Senang.” Tapi ekspresinya hanya datar dan dingin, siapa yang tak akan salah paham? Ia melangkah menuju sofa, dan duduk di samping Kamila, sementara Relin menunduk sedih sembari kembali ke posisi semula. Cup!Kamila tersentak ketika Aron mencium pucuk kepalanya, bukan hanya ia yang kaget, kedua wanita yang duduk di hadapannya pun menganga melihatnya. Sejak kapan seorang pria arogan seperti Aron Dewangga blak-blakan melakukan skinship di tempat umum, Relin saja yang menjalin hubungan dari remaja bersama pria itu hanya bisa terkesiap di tempatnya. “Aron, sebaiknya jangan berlaku seperti itu di tempat umum. Walau kalian suami istri, rasanya tak nyaman saja ketika orang lain m
Baca selengkapnya

Dona Tahu Kamila Mengandung?

“Tuan Bimo, semua keranjangnya sudah Arfin hitung.” Bimo yang sejak tadi berkutat dengan tablet di tangan menjadi menoleh. “Berapa jumlahnya?” “Total semuanya 185, ini tadi Arfin catat juga. Dan sudah Arfin hitung ulang sampai tiga kali.” Anak laki-laki itu menyerahkan kertas di tangannya pada Bimo.Bimo menerimanya dengan senang hati, lalu tersenyum puas setelahnya. Arifin memang anak yang rajin dan pekerja keras. Sepulang sekolah anak itu selalu mengikutinya untuk ke kebun dan mengecek hasil panen yang ada. “Terima kasih, kau memang sangat pintar.”Arfin tersenyum malu, ini semua tentu saja berkat didikan Kamila padanya. “Sama-sama Tuan, Bimo. Apakah Arfin boleh istirahat?” “Tentu, sana ke gazebo. Saya sudah belikan makan siang serta camilan.”Netra Arfin berbinar. “Hore! Terima kasih sekali lagi, Tuan Bimo!” Arfin bergegas pergi, tak sabar ingin mengisi perutnya. Namun, ketika sampai di gazebo. Yang ia lihat justru sang tuan muda, anak laki-laki itu terlihat ragu untuk mendekat.
Baca selengkapnya

Butuh Pembuktian

Saat hendak membuka pintu kamarnya, tangannya langsung dicekal kuat. Ia langsung berbalik dan terkesiap ketika Dona menatapnya murka. “Jelaskan apa maksud testpack ini?!” Dona membuka pintu kamar kamar Kamila kasar, lalu menarik wanita itu agar masuk bersamanya, ia tak ingin ada yang melihat semua ini. Apalagi ada Relin serta Erza di kediamannya. Napas Kamila tercekat melihat tiga testpack di tangan Dona. “Cepat katakan! Mengapa ada benda ini di lacimu!” teriak Dona lantang, urat lehernya sampai menonjol ditambah matanya memerah menahan amarah. “Nyonya … itu memang punya saya,” ucap Kamila mencoba tenang, padahal ia tak lepas berdoa pada Tuhan agar menyelamatkannya dari wanita di hadapannya ini. “Tapi setelah saya periksa hasilnya negatif,” lanjutnya sembari menatap Dona penuh keyakinan. Kamila menyembunyikan kepalan tangannya di belakang tubuh, ia memang membeli empat buah testpack, dan yang satunya di paviliunnya dulu. Sementara sisanya ia bawa ke ke kediaman utama, tapi dari ma
Baca selengkapnya

Wanita Agresif

Kini kandungan Kamila memasuki usia enam minggu, perutnya masih terlihat rata tentunya, tapi Kamlia selalu berhati-hati sekarang. Ia juga sebisa mungkin menghindari masalah agar tak mendapatkan hukuman. Wanita itu dengan lincah menyiapkan makan siang untuk keluarga Dewangga, sebenarnya ada tiga lagi juru masak lainnya. Tapi yang dua itu sudah dipindahkan ke bagian kebersihan, karena pelayan yang sebelumnya sudah berhenti. Dan tinggalah Kamila serta Sari sebagai juru masak—walau wanita itu lebih sering leha-leha daripada membantunya. “Kau sudah membuat sup daging, tidak? Kata Bibi Atika hari ini Tuan Tama minta dibuatkan untuk makan siangnya,” celetuk Sari sambil memakan pisang goreng di hadapannya, memberikan Kamila bekerja seorang diri. “Tidak,” jawab Kamila singkat, ia masih menggoreng ayam serta menumis. Lagi pula, sejak kapan ayah mertuanya makan siang di rumah? “Lho, kenapa jawabnya nyolot sekali? Padahal kau tinggal membuat sup daging saja, apa susahnya, sih?” ketus Sari sew
Baca selengkapnya

Permintaan Ayah Mertua

“Selamat siang, Ayah. Mas Aron,” sapa Kamila gugup, netranya bersirobok dengan mata hazel menawan sang suami. “Silahkan duduk, Kamila. Dan mari kita makan siang bersama.” Tama menyambut ramah, sedangkan Bimo sudah pergi entah ke mana. “Baik, Ayah. Terima kasih.” Kamila mengambil duduk di samping Aron, pria itu tak sungkan menatapnya secara terang-terangan. Ia menjadi salah tingkah sendiri, takut ada yang salah dengan penampilannya.Mereka mulai menyantap hidangan makan siang, sesekali Tama mengajak Kamila mengobrol. Walau terdapat deheman tak suka dari Aron karena berbicara saat makan. "Kupasin." Kamila menoleh ke arah sampingnya ketika Aron menyerahkan sepiring udang padanya, wanita itu mengulum bibirnya dan tak lupa mengupas kulit udang goreng itu untuk sang suami. "Halah, biasanya juga sendiri. Dasar manja," sindir Tama sambil menyeruput kuah sup daging di depannya. "Ayah makan saja, ini urusan suami istri!" ketus Aron datar. Ia kembali menyodorkan sepotong ayam pada Kamila.
Baca selengkapnya

Tragedi Besar

Sore harinya, kedua insan itu sedang mengobrol hangat. “Mas, nanti kalau adik kecil lahir namanya siapa?” Relin mendongak menatap pada sang suami.“Kita belum tahu jenis kelaminnya, Sayang,” jawab pria itu sembari mengusap surai lembut wanita dicintai, yang sedang bersandar pada dada bidangnya. Panji tak pernah menduga jika Relin menjadi istrinya, ia sudah memiliki perasaan ini dari lama. Namun, ia pendam dalam-dalam. Puncaknya ketika orang tuanya mengatakan jika Aron akan dijodohkan dengan anak dari teman Abraham, Panji tentu saja terkejut bukan main, dan yang lebih mengherankannya lagi, Aron menerima begitu saja. Padahal ia tahu betul bagaimana watak pria itu.Panji pun mengambil langkah ekstrim, dengan cara meminta pada orang tuanya untuk meminang Relin, dan untungnya Relin serta kedua orang tuanya memberinya lampu hijau. Lalu secepat kilat ia menyiapkan segalanya, takut mereka berubah pikiran. “Memangnya Mas Panji maunya perempuan atau laki-laki?” tanya Relin. “Terserah apa yan
Baca selengkapnya

Mulai Candu

“Cedera otak traumatik?” Lirih Aron dengan tatapan kosong ke depan. “Benar, Tuan.” Dokter itu membenarkan letak kacamatanya yang melorot. ”Cedera otak traumatik sendiri dikarenakan benturan keras saat kecelakaan, terjatuh, dan banyak faktor lainnya.”“Lalu mengapa ayah saya tidak kunjung siuman?” Aron kembali menimpali, rasa khawatir begitu menyerbunya sekarang. Dokter itu terdiam sejenak, lalu menatap Aron serius. “Dokter Tama tidak merespon terhadap rangsangan seperti rasa sakit, cahaya dan suara. Jadi, dengan berat hati saya sampaikan jika beliau mengalami koma.” Sementara itu, Bimo sedang mengintrogasi supir pribadi Tama yang sudah siuman, pria itu mengalami luka robek pada pelipisnya serta cedera engkel kaki. “Jadi, mobil yang menabrak kalian itu kehilangan kendali?” tanya Bimo.“Benar Tuan, awalnya Tuan Tama ingin ke kebun buah dulu, tapi beliau takutnya kemalaman, dan kamil langsung ke kebun bunga. Dalam perjalanan pulang, baru lima ratus meter keluar dari kabun itu, tiba-tib
Baca selengkapnya

Ngidam Versi Tuan Muda

Suara rintihan dari kamar mandi membangunkan Kamila dari tidur nyenyaknya, ia melihat ke samping yang kosong. Kening Kamila berkerut, lalu menoleh pada jam dinding. Sudah pukul dua dini hari, ia dengan cepat bangkit dari tidurnya karena suara rintihan itu terus terdengar. “Tuan, apakah Anda di dalam?” tanyanya takut-takut. Tanpa sadar Kamila membuka pintu kamar mandi, dan menemukan Aron yang sudah terduduk lemas. “Ya, Tuhan!” serunya sembari memegang bahu pria itu, wajahnya pucat pasti serta keringat dingin membanji tubuhnya, Ia langsung membantu Aron berdiri, walau ukuran tubuhnya sangat kecil dibandingkan sang suami. Kamila membaringkan Aron susah payah, ketika hendak mengambil ponselnya untuk menghubungi Bimo. Aron langsung mencekal tangan wanita itu, membuat pergerakan sang empu terhenti. “Peluk saya, wangimu sangat menenangkan. Dan besok jangan lupa belikan saya parfum murahan yang kau pakai, mengerti?!” Bagaimana mungkin masih bisa menghina seseorang dalam keadaan sakit sepert
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status